Selain orang dewasa, bayi juga bisa mengalami penyakit meningitis karena tergolong mudah menular. Maka dari itu, orangtua perlu segera membawa bayi ke dokter agar cepat ditangani. Simak penjelasan mengenai gejala, penyebab, hingga pengobatan meningitis pada bayi di bawah ini.
Apa itu meningitis pada bayi?
Meningitis adalah kondisi yang menyebabkan peradangan pada selaput tipis yang menutupi otak (meninges) dan sumsum tulang belakang.
Perlu Anda ketahui bahwa bayi dan balita adalah kelompok yang paling rentan mengalami meningitis. Pasalnya, lebih dari 50% kasus meningitis terjadi pada kelompok ini.
Namun, tak perlu khawatir berlebihan karena apabila dokter melakukan penanganan dengan cepat dan tepat, si Kecil dapat sembuh dari penyakit meningitis.
Maka dari itu, bayi perlu mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal dan secara rutin untuk mencegah penyakit infeksi seperti meningitis.
Gejala meningitis pada bayi
Mengutip dari Stanford Children’s Health, gejala meningitis pada bayi bisa berbeda-beda tergantung dari usia dan penyebabnya.
Apalagi, gejala meningitis awalnya memang tidak terlihat mengkhawatirkan. Beberapa bayi mungkin hanya terlihat rewel, lelah, atau seperti mengalami flu.
Ini karena infeksi penyebab meningitis pada bayi terjadi dari gangguan saluran pernapasan. Setelah flu, ia akan mengalami infeksi pada sinus serta telinga.
Namun setelah itu, meningitis bisa berkembang secara tiba-tiba sekaligus menjadi serius dengan cepat, sehingga berbagai gejala kemudian akan bermunculan, di antaranya:
- menjadi lebih rewel dari biasanya,
- bayi demam,
- lebih banyak tidur,
- sulit mengonsumsi ASI,
- tangisan lebih kencang,
- terdapat ruam serta bercak berwarna ungu,
- mengalami kejang dan muntah, serta
- bintik-bintik lembut yang menonjol di kepala (fontanel).
Kapan perlu ke dokter?
Jika bayi sudah mengalami demam, terlihat sakit, serta muncul ruam, segera cari perawatan medis karena gejala meningitis sering muncul tiba-tiba dan mirip dengan penyakit lainnya.
Hal lainnya yang perlu orangtua perhatikan mengenai gejala meningitis pada bayi, meliputi berikut ini.
- Jangan menunggu hingga muncul ruam baru pergi ke dokter.
- Tidak semua bayi mengalami keseluruhan gejala.
- Komplikasi infeksi bisa terjadi dengan atau tanpa meningitis.
- Percaya pada insting Anda agar bertindak cepat.
Penyebab meningitis pada bayi
Penyebab umum terjadinya meningitis pada si Kecil adalah adanya infeksi dari bakteri atau virus, jamur, atau parasit.
Infeksi ini berpindah ke cairan tulang belakang serebral (CSF) yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang.
Bakteri meningitis biasanya lebih berbahaya daripada virus meningitis. Akan tetapi, apabila gejala meningitis mulai terlihat, apa pun penyebabnya tetap membutuhkan perawatan medis sesegera mungkin.
Beberapa jenis penyebab meningitis dapat menyebar seperti kebanyakan penyakit infeksi pada bayi, yaitu melalui sentuhan benda, batuk, dan bersin dari orang yang terinfeksi.
1. Virus penyebab meningitis
Berikut ini beberapa virus penyebab meningitis.
- Virus influenza menyebar melalui batuk, bersin, dan kontak dengan orang yang sedang terinfeksi influenza.
- Non-polio enteroviruses, paling sering menyebar melalui kontak dengan kotoran, ludah, atau ingus dari hidung.
- Virus herpes simplex (HSV), seseorang dapat menyebarkan HSV ke si Kecil bahkan bayi baru lahir.
- Virus varicella-zoster, tergolong sangat menular dan menyebabkan cacar dan ruam.
- Campak dan gondong, virus dari penyakit ini pun sangat menular dan bisa menyebar sewaktu berbicara, batuk, bersin.
2. Bakteri penyebab meningitis
Sementara itu, bakteri yang bisa menjadi penyebab meningitis meliputi berikut ini.
- Streptococcus grup B, ini ditularkan dari ibu ke bayi yang baru lahir.
- Escherichia coli, menyebar dari ibu ke bayi selama persalinan jika terkontaminasi bakteri ini dari makanan.
- Streptococcus pneumoniae dan Hemophilus influenzae tipe B, bakteri ini umumnya menyebar melalui batuk dan bersin.
- Listeria monocytogenesis, menyebar melalui makanan yang terkontaminasi.
- Neisseria meningitidis, bakteri ini bisa menyebar melalui air liur orang dewasa ke bayi.
Orangtua juga perlu tahu bahwa bayi lebih berisiko mengalami meningitis jika ia terkena infeksi serta memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Komplikasi yang bisa terjadi akibat meningitis
Penanganan dari penyakit ini harus ditangani segera, karena jika tidak akan menyebabkan masalah kesehatan lainnya.
Beberapa masalah kesehatan yang berujung pada komplikasi akibat meningitis meliputi:
- hilangnya fungsi pendengaran,
- perkembangan yang terlambat,
- kerusakan otak,
- gagal ginjal,
- mengalami kejang, dan
- kematian.
Diagnosis meningitis pada bayi
Dokter akan bertanya kepada Anda mengenai riwayat kesehatan serta gejala yang dialami.
Apabila setelah pemeriksaan fisik dokter mencurigai meningitis pada si Kecil, maka dokter akan melakukan CT scan, pemeriksaan darah, tes urine, dan pungsi lumbal.
Pemeriksaan tersebut perlu dokter lakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri di cairan otak bayi.
- Lumbal pungsi, satu-satunya tes untuk memeriksa cairan otak dan sumsum tulang belakang.
- Tes darah, untuk membantu mendiagnosis infeksi penyebab meningitis.
- CT scan, melihat apakah ada kondisi lainnya yang mirip dengan gejala meningitis.
- MRI, melihat apakah ada perubahan inflamasi pada area meninges bayi.
Pengobatan meningitis pada bayi
Pengobatan serta perawatan meningitis pada bayi akan dokter lakukan sesuai dengan gejala, usia, serta kondisi kesehatan sebelumnya.
Sebagai contoh, jika penyebab meningitis adalah bakteri, dokter akan memberikan antibiotik melalui intravena (IV), serta obat kortikosteroid untuk mengurangi peradangan.
Sementara jika penyebab meningitis adalah virus, dokter hanya bisa memberikan obat pereda nyeri untuk meredakan gejala. Hal ini karena meningitis virus umumnya pulih dalam 7–10 hari.
Pencegahan meningitis pada bayi
Meningitis adalah penyakit yang jarang terjadi, tetapi penyakit ini dapat menjadi penyebab infeksi serius pada otak, sumsum tulang belakang, dan darah penderitanya.
Tidak hanya itu, infeksi akan cepat berkembang menjadi sangat berbahaya, bahkan dapat mematikan hanya dalam beberapa jam.
Ini yang membuat orangtua perlu mengetahui gejala meningitis serta melakukan pencegahan seperti tidak melewatkan pemberian vaksin pada bayi.
Di Indonesia, vaksin meningitis tidak masuk dalam daftar lima imunisasi wajib untuk bayi.
Pasalnya, salah satu imunisasi wajib tersebut seperti imunisasi DPT dapat memberikan perlindungan bagi bayi.
Perlindungan tersebut untuk menghindari bayi dari bakteri Haemophylus influeza tipe B (HiB) yang merupakan satu dari beberapa penyebab meningitis.
Centers for Disease, Control, & Prevention merekomendasikan vaksin MenACWY pada bayi yang berusia 2 hingga 10 bulan.
Namun, sebelum melakukan vaksin, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter. Ada beberapa kondisi yang membuat bayi tidak dianjurkan untuk mendapatkan vaksin.
Selain melakukan vaksin lengkap, penting juga untuk selalu menjaga kebersihan si Kecil sebagai cara mencegah penyebaran virus.
Untuk menjaga kebersihan, hal di bawah ini dapat mencegah penyebarannya.
- Cuci tangan dengan tepat setelah melakukan hal apa pun. Ajari pula bayi untuk mencuci tangan dengan benar.
- Hindari berbagi minuman, makanan, alat makan, serta sikat gigi dengan bayi.
- Bersihkan permukaan mainan bayi dan barang lainnya dengan desinfektan.
Konsultasikan kepada dokter untuk mendapat penjelasan lebih lengkap soal vaksin meningitis serta informasi lainnya.
Kesimpulan
- Bukan hanya orang dewasa, bayi juga bisa mengalami meningitis, bahkan bayi yang baru lahir.
- Kondisi ini bisa ditandai dengan gejala yang berbeda-beda tergantung usia bayi, di antaranya berupa rewel, flu, demam, muntah, hingga demam.
- Pada bayi, meningitis bisa disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur, dan parasit.
- Pengobatan meningitis pada bayi dapat dilakukan sesuai dengan penyebabnya, di antaranya yaitu antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri atau antivirus untuk meredakan infeksi virus.
[embed-health-tool-vaccination-tool]