Kortikosteroid adalah kelompok obat dengan senyawa kimia yang mempunyai struktur mirip hormon steroid di tubuh manusia. Senyawa ini memiliki efek anti-inflamasi atau mengurangi peradangan.
Golongan obat: anti-inflamasi.
Apa itu kortikosteroid?
Kortikosteroid adalah sekelompok obat yang berfungsi menekan peradangan dan reaksi kekebalan tubuh yang berlebih.
Obat-obatan dalam golongan kortikosteroid juga biasa disebut steroid.Â
Kelompok obat kortikosteroid bekerja dengan cara mengurangi zat pemicu peradangan. Selain itu, obat-obatan ini menjaga tubuh agar kerusakan jaringan tidak semakin parah.
Obat golongan kortikosteroid juga mengurangi aktivitas sistem kekebalan tubuh berlebih dengan cara memengaruhi cara kerja sel darah putih.
Steroid juga diberikan pada pasien transplantasi organ untuk mencegah penolakan organ akibat reaksi imun berlebih.
Ringkasan
Jenis kortikosteroid
Berikut beberapa macam obat steroid.
1. Dexamethasone
Obat ini tersedia dalam bentuk obat tetes mata, kaplet, injeksi salep mata, dan sirup. Konsentrasi deksametason mulai dari 0,5 mg, 1 mg, 0,75 mg, dan 5 mg.
Merek dagang yang bisa ditemukan, yaitu Nolvadex dan Cendo Xitrol.
Jenis kortikosteroid ini juga kerap digabung dengan antibiotik untuk tetes mata dan antihistamin untuk mengurangi gejala alergi.
Beberapa jenis merek dagang dexamethasone yaitu Alletrol, Trodex, Pycameth, Megasonum, Etadexta, Licodexon, Medithasone, Flacoid, dan Ramadexon.
Klik artikel berikut untuk mengetahui dosis dexamethasone.
2. Prednisone
Di Indonesia, prednisone tersedia dalam bentuk tablet dan kaplet minum dengan konsentrasi sebesar 5 mg dan 5.000 mg.
Beberapa merek dagang yang bisa dijumpai yaitu Metason, Lexacort, Trifacort, Inflason, Eltazon, Pehacort, dan Flites.
Dosis dan cara pakai obat bisa lihat di artikel prednison.
3. Methylprednisolone
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan serbuk injeksi dengan konsentrasi sebesar 4 mg, 8 mg, 16 mg, 125 mg, dan 500 mg.Â
Beberapa merek dagang yang bisa dijumpai,yaitu Mesol, Meproson, Medixon, Novestrol, Prolon, Yalone, Medrol, Gamesolone, dan Cormetison.
Dosis kortikosteroid ini bisa dilihat di artikel metilprednisolon.
4. Hydrocortisone
Di Indonesia, hidrokortison tersedia dalam bentuk salep mata, krim, tetes mata, tablet, serbuk injeksi, salep kulit, losion kulit kepala, dan cairan obat luar.Â
Jenis kortikosteroid ini biasanya dikombinasikan dengan obat antijamur dan antibiotik. Konsentrasi obat yang tersedia mulai dari 1 mg, 2,5 mg, 10 mg, 20 mg, 25 mg, 30 mg, dan 100 mg.
Anda bisa melihat dosisnya di artikel hidrokortison.
5. Betamethasone
Berdasarkan data BPOM, betametason tersedia dalam bentuk tablet, krim, sirup, tetes mata, salep.Â
Konsentrasi obat terdiri dari 0,1 mg, 0,25 mg, 0,5 mg, 1 mg, 2 mg, dan 5 mg.
Kortikosteroid ini juga sering dikombinasikan dengan antibiotik atau antihistamin untuk mengatasi gatal-gatal dan infeksi jamur.Â
6. Triamcinolone
Obat ini tersedia dalam bentuk losion, salep, krim, pasta oral, cairan injeksi, tablet, semprot hidung, dan suspensi injeksi. Kandungan triamcinolone sebesar 0,055 mg, 1 mg, 4 mg, 10 mg, dan 40 mg.
Merek dagang yang bisa Anda jumpai di antaranya Sinocort, Flamicort, Dermacure, Triamcort, Kenalog, Gencinolon, Econazine, dan Kenacort.
Dosis obat bisa Anda lihat pada artikel triamsinolon.
7. Budesonide
Budesonide di Indonesia berbentuk kapsul, tablet lepas lambat, serbuk inhaler, suspensi inhalasi, dan cairan inhalasi. Obat ini biasanya digunakan untuk penyakit Crohn dan asma.
Obat ini tersedia dalam konsentrasi sebesar 0,25 mg, 0,5 mg, 1 mg, 3 mg, 9 mg, 80 mcg, 160 mcg, dan 200 mcg.
Beberapa merek dagang yang bisa Anda jumpai, yaitu Symbicort, Pulmicort, Actacort, Budenofalk, Sonide, dan lain-lain.
Bila ingin mengetahui dosis obat kortikosteroid ini, kunjungi artikel budesonide berikut.
8. Mometasone
Sediaan mometasone terdiri dari krim, salep, salep lemak, gel, dan serbuk inhaler dengan konsentrasi sebesar 1 mg, 80 mcg, 160 mcg, dan 320 mcg.Â
Obat ini biasa digunakan untuk mengatasi gatal, rinitis alergi, dan asma.Â
Beberapa merek dagang mometasone, di antaranya Tol, Elofa, Ufimeson, Iflacort, Atectura Breezhaler, Mesonta, Inameta, Elocon, dan lain-lain.Â
Baca artikel mometasone berikut untuk mengetahui dosisnya.
9. Prednisolone
Obat kortikosteroid ini tersedia dalam bentuk tablet, sirup, injeksi, suspensi oral.
Prednisolone digunakan untuk berbagai jenis penyakit akibat radang dan autoimun yang lebih luas, tidak khusus ke penyakit tertentu.
Merek dagang prednisolone di antaranya Cendo Cetapred, Chloramfecort-H, dan Polypred. Klik artikel prednisolone untuk mengetahui dosis lebih lanjut.
Efek samping kortikosteroid
Efek samping bergantung pada jenis obat dan lamanya pengobatan.
Penggunaan steroid berlebihan tanpa pengawasan dokter bisa memperparah efek samping.
1. Efek samping kortikosteroid minum
Beberapa efek samping umum penggunaan obat kortikosteroid minum, di antaranya:
- nafsu makan meningkat,
- berat badan naik,
- perubahan mood,
- otot lemah,
- pandangan buram,
- tubuh mudah memar,
- rentan terkena infeksi,
- wajah membengkak,
- osteoporosis,
- perburukan diabetes,
- perburukan tekanan darah tinggi,
- iritasi lambung,
- gugup,
- gelisah,
- sulit tidur,
- katarak,
- glaukoma, dan
- tubuh membengkak akibat penumpukan air.
2. Efek samping kortikosteroid inhaler
Efek samping steroid inhaler, di antaranya:
- mimisan,
- sulit berbicara,
- sakit tenggorokan,
- suara serak atau parau,
- batuk, dan
- sariawan.
Ada pula beberapa studi yang menemukan kortikosteroid inhaler yang digunakan pada pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) bisa meningkatkan risiko pneumonia.
3. Efek samping kortikosteroid oles
Berikut efek samping efek samping kortikosteroid oles.
- Peradangan folikel rambut (folikulitis).
- Kulit menipis.
- Stretch marks.
- Dermatitis kontak.
- Rosacea.
- Perubahan warna kulit.
- Rambut pada tubuh semakin lebat.
- Jerawat.
4. Efek samping kortikosteroid injeksi
Inilah efek samping steroid suntik.
- Nyeri tak tertahankan.
- Lebam atau penumpukan darah di bawah kulit.
- Wajah memerah dalam beberapa jam.
- Infeksi dan menyebabkan kulit kemerahan, nyeri, dan bengkak.
- Lemak pada bagian suntikan hilang.
- Kulit semakin pucat di bagian suntikan.
Peringatan dan perhatian saat pakai kortikosteroid
Jangan pakai obat kortikosteroid bila Anda memiliki kondisi berikut.
- Infeksi yang menyebar luas.
- Masalah pembekuan darah, seperti hemofilia.
Sebelum menggunakan obat steroid, beri tahu dokter bila Anda memiliki kondisi berikut.
- Penyakit liver.
- Penyakit mental.
- Luka.
- Penyakit jantung.
- Baru saja serangan jantung.
- Hipertensi.
- Diabetes.
- Epilepsi.
- Glaukoma.
- Hipotiroidisme.
- Osteoporosis.
- Obesitas.
- Psikosis.
- Tukak lambung.
- TBC paru.