Crinone merupakan salah satu merek dagang untuk obat progesteron. Obat ini mengandung hormon progesteron yang ditujukan untuk mengatasi berbagai masalah reproduksi pada wanita, seperti gangguan menstruasi dan susah hamil. Agar tahu informasi lengkap seputar obat Crinone, simak ulasan berikut.
Golongan obat: Progestins
Kandungan obat: Progesteron 8%
Apa itu Obat Crinone?
Crinone adalah salah satu merek obat yang mengandung hormon progesteron.
Kegunaan obat Crinone untuk memicu menstruasi pada wanita yang belum memasuki masa menopause.
Obat bekerja dengan cara mengatasi kurangnya kadar progesteron alami dalam tubuh yang menyebabkan amenore (absen haid) dan menurunnya kesuburan pada wanita.
Selain itu, Crinone bisa digunakan untuk mencegah penebalan dinding rahim (hiperplasia endometrium) pada wanita postmenopause yang menjalani terapi penggantian hormon estrogen.
Pada wanita yang menjalani program bayi tabung (in vitro fertilization), fungsi obat Crinone berguna untuk membantu meningkatkan kesuburan pada wanita yang mengalami endometriosis dan gangguan fase luteal.
Fase luteal adalah fase keempat dalam periode menstruasi wanita. Di mana dinding rahim mengalami penebalan agar siap ditanami sel telur yang sudah dibuahi.
Pada wanita yang memiliki kadar hormon progesteron rendah, dinding rahim kesulitan menebal sehingga sel telur yang sudah dibuahi sulit tertanam. Kondisi ini akan menghambat terjadinya kehamilan.
Oleh karena itu, manfaat Crinone dapat digunakan untuk mengatasi gangguan pada fase ini.
Sediaan dan Dosis Crinone
Crinone adalah golongan obat keras yang hanya boleh digunakan sesuai dengan resep dokter. Adapun dosis penggunaan obat ini disesuaikan dengan tujuan pengobatan, yaitu sebagai berikut.
1. Mengatasi gangguan fase luteal
Crinone gel dapat digunakan satu kali dalam sehari sehari. Penggunaan obat ini bisa dimulai pada hari ke-18 hingga hari-ke 21 setelah terjadi ovulasi (pelepasan sel telur).
Biasanya, dokter menyarankan penggunaan obat ini hanya selama 6-12 kali dalam satu kali masa terapi.
2. Program hamil
Crinone untuk program hamil dengan metode IVF (bayi tabung) digunakan pada hari ke-18 hingga hari ke-21 pada periode haid terakhir.
Dosis penggunaannya untuk program hamil yakni sebanyak 1 kali dalam sehari. Lama penggunaan Crinone yaitu sekitar 6-12 hari.
Namun, jika hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda-tanda kehamilan, penggunaannya dilanjutkan hingga kurun waktu 12 minggu.
Cara pakai obat crinone
Crinone disediakan dalam bentuk suppositoria, yaitu sejenis tablet berbentuk menyerupai peluru yang terbuat dari gel yang dipadatkan.
Penggunaan obat ini hanya untuk vagina. Oleh karena itu, pastikan Anda tidak memasukkan obat ini ke dalam mulut.
Untuk menggunakannya, simak langkah-langkah berikut.
- Keluarkan suppositoria Crinone dari kemasan, hindari memegang obat terlalu lama karena dapat meleleh dengan mudah.
- Masukkan supositoria Crinone secara langsung ke dalam vagina menggunakan aplikator yang disediakan.
- Aplikator hanya dapat digunakan sebanyak satu kali kemudian dibuang.
- Masukkan suppositoria hingga seluruh bagiannya masuk ke dalam vagina.
- Hindari memasukkan obat ini sambil berdiri atau jongkok karena dapat dengan mudah meleleh keluar.
- Untuk memudahkan, Anda dapat memasukkannya dalam posisi berbaring sambil mengganjal bokong dengan bantal.
Crinone berbentuk padat tetapi sangat mudah mencair. Agar tetap padat, hindari menaruh obat ini pada suhu ruang, simpanlah dalam lemari pendingin di bawah suhu 25°Celsius.
Agar lebih memahami cara penggunaan Crinone yang tepat, tanyakan lebih lanjut ke dokter atau apoteker.
Efek samping Crinone
Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh penggunaan obat Crinone antara lain sebagai berikut.
- keputihan,
- vagina gatal, nyeri, atau perih,
- payudara terasa nyeri, bengkak, atau lembek,
- panggul terasa keram atau nyeri,
- sakit kepala,
- mengantuk,
- sakit perut,
- diare,
- sembelit,
- perut kembung, serta
- tangan dan kaki berkeringat.
Efek samping yang dialami setiap wanita berbeda-beda dan Anda bisa saja mengalami gejala lainnya yang tidak disebutkan di atas.
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami kondisi berikut.
- Keluar bercak darah atau perdarahan dari vagina.
- Rasa nyeri atau terbakar saat buang air kecil.
- Muncul benjolan pada payudara.
- Sakit kepala yang berat disertai rasa nyeri di belakang mata dan gangguan penglihatan.
- Gejala depresi seperti gangguan tidur, tubuh lemah, dan perubahan mood.
- Gejala serangan jantung seperti: mual, muntah, berkeringat, nyeri dan rasa tertekan pada dada, serta rasa nyeri yang menyebar ke area rahang dan bahu.
- Gejala penyakit hati seperti: mual, nyeri pada perut bagian atas, gatal-gatal, merasa lelah, hilang nafsu makan, urine berwarna gelap, tinja berwarna seperti tanah liat, dan jaundice (kulit dan bola mata menguning).
- Gejala strok seperti: lemah atau mati rasa pada salah satu sisi tubuh, sakit kepala berat secara tiba-tiba, sulit berbicara, sulit menyeimbangkan tubuh.
Di sisi lain, sebaiknya Anda tidak menggunakan obat Crinone jika mengalami kondisi-kondisi berikut.
- Memiliki riwayat alergi terhadap penggunaan obat yang mengandung progesteron, baik yang generik maupun merek paten lainnya.
- Memiliki alergi terhadap tumbuhan yang termasuk dalam komposisi Crinone.
- Pernah mengalami strok, penggumpalan darah, dan masalah sirkulasi darah lainnya.
- Mengidap kanker payudara atau rahim.
- Menderita penyakit liver (hati).
- Baru saja mengalami kehamilan ektopik dan aborsi.
Pastikan untuk memantau kondisi Anda secara berkala setidaknya sekali dalam sebulan jika rutin memakai Crinone.
Jika Anda mengalami gejala pusing dan mengantuk, disarankan untuk menggunakan obat ini sebelum tidur.
Perhatikan pula kondisi payudara Anda dengan rutin melakukan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) untuk memastikan tidak ada benjolan yang terbentuk di area payudara.
Apakah Crinone aman digunakan oleh ibu hamil dan menyusui?
Crinone tidak boleh digunakan oleh ibu yang sedang hamil, kecuali jika dokter memakai obat tersebut sebagai terapi kesuburan untuk program hamil.
Sampaikanlah pada dokter jika Anda hamil selama menjalani terapi Crinone. Hal ini bertujuan agar dokter dapat menyesuaikan dosis dan mengevaluasi penggunaannya.
Namun, jika Anda tidak sedang menjalani program hamil, sebaiknya gunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan saat menjalani terapi obat ini.
Adapun pada ibu menyusui, hormon progesteron yang dimasukkan ke dalam vagina dapat terserap oleh tubuh dan memengaruhi ASI.
Kondisi ini dapat berbahaya bagi bayi yang sedang menyusu.
Sampaikanlah pada dokter jika Anda sedang menyusui agar penggunaan obat ini dapat ditunda.
Interaksi obat Crinone dengan obat lain
Crinone dapat berinteraksi dengan obat lainnya yang dimasukkan ke dalam vagina.
Oleh karena itu, hindari memasukkan obat lain selama 6 jam selepas memasukkan 0bat ini.
Selain itu, obat ini dapat berinteraksi dengan obat-obatan untuk mengatasi jamur pada vagina.
Sebaiknya, hindari pengobatan infeksi jamur vagina secara bersamaan dengan penggunaan obat ini, kecuali jika dokter mengijinkan.
Sebelum menggunakan obat ini, pastikan Anda memberi tahu dokter jika Anda memiliki kondisi-kondisi seperti:
- tekanan darah tinggi,
- penyakit jantung,
- gagal jantung kongestif,
- migrain,
- asma,
- penyakit ginjal,
- kejang atau epilepsi, atau
- riwayat depresi.
Wanita yang memiliki kondisi yang disebutkan di atas perlu berhati-hati terhadap penggunaan Crinone.
Selain itu, sampaikan pula jika Anda memiliki faktor risiko penyakit pada pembuluh darah jantung seperti:
- diabetes,
- lupus,
- kolesterol tinggi,
- merokok,
- berat badan berlebih, dan
- memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit arteri koroner (CAD).
Melansir situs situs Drugs, penggunaan obat Crinone dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah, strok, serangan jantung, dan kanker payudara.
Sampaikanlah kepada dokter jika Anda memiliki faktor risiko terhadap penyakit-penyakit tersebut.
[embed-health-tool-bmi]