Pernahkah Anda mendengar tentang buah kersen? Buah ini sangat mirip dengan buah ceri karena pohonnya rindang dan ukuran buahnya yang juga kecil mungil. Dibandingkan dengan buah kersen, Anda mungkin lebih sering mengonsumsi buah ceri. Padahal, buah kersen memiliki kandungan nutrisi yang dapat memberikan berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh. Apa saja sih? Nah, simak yuk penjelasan berikut!
Kandungan nutrisi pada buah kersen
Nama latin dari buah kersen adalah Muntingia calabura. Namun, orang Amerika lebih mengenalnya sebagai Jamaica cherry atau strawberry tree. Dalam 100 gram buah kersen, terdapat kandungan gizi sebagai berikut:
- Air: 77.8 gram
- Protein: 0.324 gram
- Lemak: 1.56 gram
- Serat: 4.6 gram
- Kalsium: 124.6 miligram (mg)
- Fosfor: 84 mg
- Zat besi: 1.18 mg
- Karoten: 0.019 mg
- Thiamin (Vitamin B1): 0.065 mg
- Riboflavin (Vitamin B2): 0.037 mg
- Niasin: 0.554 mg
- Asam askorbat (Vitamin C): 80.5 mg
Berbagai manfaat kesehatan dari buah kersen
Dari berbagai kandungan nutrisi tersebut, Anda bisa mendapatkan manfaat kesehatan sebagai berikut:
1. Membantu mengatasi rasa nyeri
Saat Anda merasakan nyeri, baik yang berasal dari sakit kronis, radang sendi (arthritis), atau asam urat, mengonsumsi buah kersen memiliki manfaat untuk membantu meredakannya. Buah kersen memang tidak bisa mengobati penyakit atau mengatasi penyebab dari kondisi tersebut.
Namun, Anda bisa mengelola sekaligus meredakan rasa nyeri yang timbul saat mengalami masalah kesehatan tersebut. Pasalnya, buah kersen memiliki kandungan antioksidan, salah satunya vitamin C, yang dapat berfungsi untuk menghambat rasa nyeri.
Sebuah penelitian pada Journal of Translational Medicine menyatakan bahwa vitamin C memiliki efek analgesik yang dapat meredakan rasa nyeri.
2. Membantu menurunkan tekanan darah
Tekanan darah tinggi (hipertensi) bisa terjadi karena kebiasaan merokok, mengonsumsi garam dan lemak jenuh terlalu banyak, hingga faktor keturunan. Jika Anda tidak segera mengatasi kondisi ini, risiko mengalami berbagai masalah kesehatan yang lebih serius, seperti stroke dan serangan jantung, akan semakin meningkat.
Nah, ternyata buah kersen memiliki manfaat dalam menurunkan tekanan darah. Pasalnya, buah kersen memiliki kandungan oksida nitrat, salah satu zat kimia alami dalam tubuh yang membantu pembuluh darah untuk lebih rileks. Dengan begitu, darah bisa lebih mudah mengalir dan mengurangi tekanannya.
Bahkan, para ahli telah berhasil membuktikan manfaat kandungan buah kersen yang satu ini. Ya, sebuah penelitian tahun 2018 menyatakan bahwa oksida nitrat memiliki peranan penting untuk menurunkan tekanan darah.
3. Meningkatkan sistem imunitas tubuh dan mencegah infeksi
Buah kersen memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk kesehatan tubuh. Jika mengonsumsi buah ini, Anda bisa mengurangi terjadinya kerusakan sel, meningkatkan daya tahan tubuh, mengurangi berbagai risiko penyakit, hingga mempercepat proses pemulihan.
Selain itu, mengonsumsi buah kersen juga dapat membantu Anda mengatasi berbagai peradangan, termasuk pembengkakan pada sendi hingga meredakan demam. Tak hanya itu, sifatnya yang antibakteri dan antijamur juga membantu Anda mencegah berbagai infeksi, termasuk mengatasi flu.
Bahkan, percaya atau tidak, mengonsumsi buah ini sembari minum teh yang terbuat dari daun buah kersen dapat mengatasi sakit kepala, salah satu gejala awal dari flu dan pilek.
4. Menjaga kesehatan saluran pencernaan
Pola hidup tak sehat dapat memicu timbulnya berbagai penyakit, tak terkecuali masalah kesehatan yang menyerang saluran pencernaan. Biasanya, timbulnya perut kembung, heartburn, buang angin terus-menerus, mual, dan muntah menjadi pertanda adanya masalah pada saluran pencernaan.
Untungnya, buah kersen memiliki manfaat dalam mengatasi kondisi ini. Ya, buah yang memiliki sifat anti inflamasi dan anti bakteri ini dapat membantu Anda mencegah sekaligus mengatasi masalah pada saluran pencernaan, salah satunya tukak lambung.
Bahkan, sebuah penelitian tahun 2015 berhasil membuktikan khasiat buah kersen dalam mengatasi masalah kesehatan pada saluran pencernaan tersebut. Meski demikian, para ahli masih harus melakukan penelitian lebih lanjut, mengingat penelitian tersebut masih baru dilakukan pada hewan.
11 Penyakit yang Paling Sering Terjadi pada Sistem Pencernaan