Apa yang terlintas dalam benak Anda saat mendengar istilah “lemak hewani”? Lemak ini biasanya dianggap sebagai penyebab obesitas dan sumber penyakit. Padahal, tubuh Anda juga butuh asupan lemak dari hewan untuk menjalankan berbagai fungsi.
Apa itu lemak hewani?
Lemak hewani adalah lemak yang berasal dari hewan. Istilah “lemak” (fats) merujuk pada produk lemak yang berbentuk padat dalam suhu ruang. Istilah lemak berbeda dengan produk berbentuk cair yang disebut “minyak” (oils).
Produsen pada umumnya tidak memproduksi lemak hewani secara sengaja. Lemak ini merupakan produk sampingan dari proses pemeliharaan hewan untuk menghasilkan daging, susu, telur, dan sebagainya.
Lemak hewani sebenarnya dapat berasal dari berbagai bagian tubuh hewan. Namun, dalam praktik komersial seperti peternakan, para produsen mendapatkan lemak dengan mengekstraksi jaringan tubuh hewan ternak seperti ayam, sapi, dan babi.
Dari proses ekstraksi inilah diperoleh tiga jenis lemak hewani di bawah ini.
- Rendered fats: lemak diperoleh dengan cara rendering, yakni proses ekstraksi lemak atau minyak dari bahan (jaringan hewan) yang diduga mengandung lemak dengan kadar tinggi.
- Milk fats: susu diolah hingga menghasilkan produk lemak padat seperti mentega.
- Marine oils: minyak berasal dari makanan laut seperti ikan.
Setiap jenis hewan akan menghasilkan lemak dengan karakteristik yang berbeda-beda. Ada produk yang mengandung lebih banyak lemak jenuh, ada yang titik asapnya tinggi, dan masih banyak lagi.
Meski demikian, secara kimiawi lemak dan minyak hewani sama-sama terbuat dari trigliserida. Jika diuraikan lebih lanjut, trigliserida sendiri tersusun atas asam lemak dan gliserol. Trigliserida merupakan penyusun dari berbagai macam lemak alami.
Manfaat lemak hewani bagi kesehatan
Lemak hewani kerap dianggap sebagai penyebab berbagai penyakit, khususnya stroke, pengerasan pembuluh darah, dan penyakit jantung. Anggapan tersebut sebagian besar disebabkan karena lemak hewani identik dengan lemak jenuh.
Padahal, jika ditilik kembali, lemak dari hewan berpotensi memberikan beragam manfaat di bawah ini.
1. Lemak jenuh tidak selalu buruk
Sekitar 38 – 43% komposisi lemak hewani memang merupakan lemak jenuh. Berbagai penelitian pun telah membuktikan bahwa pola makan tinggi lemak jenuh meningkatkan kolesterol jahat, peradangan dalam tubuh, dan risiko obesitas.
Namun, risiko kesehatan tersebut biasanya berkaitan dengan asupan lemak jenuh dari makanan olahan, makanan yang digoreng, makanan manis, dan junk food. Efeknya tak bisa disamakan dengan asupan lemak jenuh dari sumber hewani.
Asalkan dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, lemak jenuh dari hewan justru memiliki manfaat bagi tubuh. Menurut sebuah studi dalam jurnal Advances in Nutrition, lemak jenuh dari susu full fat bahkan dapat membantu menjaga kesehatan jantung.
2. Lemak tak jenuh memiliki banyak fungsi bagi tubuh
Selain lemak jenuh, perlu diingat bahwa lemak hewani juga terdiri dari lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh ini terbagi lagi menjadi asam lemak omega 3, 6, dan 9 dengan fungsinya masing-masing.
Sebagai contoh, asam lemak omega-3 berfungsi membentuk membran sel tubuh dan membantu fungsi reseptor sel pada membran ini. Omega-3 juga membantu membentuk hormon, mengurangi peradangan, serta mendukung fungsi otak.
Sementara itu, omega-6 berperan dalam tumbuh-kembang, kesehatan rambut dan kulit, kepadatan tulang, serta metabolisme. Omega-9 membantu menurunkan kolesterol jahat dan mencegah pembentukan plak pada pembuluh arteri.
3. Asam lemak omega-3 sangat penting untuk otak
Ikan berlemak dan telur merupakan contoh kecil dari makanan sumber omega-3. Salah satu bentuk omega-3 yang disebut DHA (asam dokosaheksanoat) mempunyai fungsi utama sebagai penyusun sekitar 20% komponen lemak pada otak Anda.
DHA pada lemak hewani membantu pembentukan myelin, yakni lapisan lemak yang menyelubungi sel saraf dan mempercepat penghantaran sinyal saraf. Tanpa DHA, myelin tidak bisa terbentuk dengan sempurna sehingga kemampuan otak pun menurun.
Selain itu, DHA juga membantu memperkuat sawar darah otak. Ini adalah membran yang memisahkan serta menyaring darah yang masuk ke dalam otak. Dengan begitu, otak akan aman dari zat-zat yang mungkin berbahaya.
Cara sehat mengonsumsi lemak hewani
Di bawah ini beberapa cara sehat untuk mengonsumsi lemak hewani.
1. Batasi jumlahnya
Guna mengurangi risiko penyakit, batasi asupan lemak jenuh Anda agar tidak melebihi 10% dari total asupan kalori harian. Ini berarti jika kebutuhan kalori Anda 2.000 kkal, asupan lemak jenuh tidak boleh lebih dari 200 kkal atau sekitar 22 gram.
Setelah mengetahui batasannya, perhatikan kandungan lemak jenuh pada makanan yang Anda makan sehari-hari. Contohnya, kandungan lemak jenuh pada satu potong daging ukuran sedang dan telur masing-masing yakni 4 gram dan 1,5 gram.
2. Perhatikan sumbernya
Pilihlah sumber lemak hewani yang alami dan menyehatkan, seperti daging ayam, telur, daging sapi, atau susu. Kendati mengandung lemak jenuh, berbagai makanan ini juga kaya zat gizi bermanfaat seperti protein, vitamin, dan mineral.
Hindari lemak dan minyak dari junk food, makanan manis, makanan yang digoreng, dan makanan olahan. Pasalnya, beragam makanan ini biasanya tinggi kalori dan lemak, tapi tidak mengandung zat gizi lain yang tubuh Anda butuhkan.
3. Perbanyak asupan lemak tak jenuh
Jangan lupa memperbanyak asupan lemak tak jenuh dari makanan yang mengandung omega-3, omega-6, dan omega-9. Zat gizi ini memiliki banyak manfaat bagi tubuh dan dapat membantu menurunkan risiko berbagai penyakit.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa asupan omega-6 harus seimbang dengan omega-3. Meskipun bermanfaat, asupan omega-6 yang jauh lebih tinggi dibandingkan omega-3 mungkin bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
Selain sebagai cadangan energi, tubuh pun memerlukan lemak hewani untuk menyerap zat gizi, membentuk sistem imun, dan menjalankan berbagai fungsi lainnya. Jadi, jangan lupa lengkapi pola makan Anda dengan makanan yang mengandung zat gizi ini.
[embed-health-tool-bmi]