Orang yang pernah mengalami kekurang gizi perlu memperoleh tambahan zat gizi selama pemulihan. Namun, pemberian makan langsung dengan jumlah banyak bisa memicu refeeding syndrome.
Alih-alih mengembalikan berat badan dengan sehat, asupan makanan yang berlebihan justru bisa membahayakan jiwa.
Apa itu refeeding syndrome?
Refeeding syndrome adalah kondisi yang terjadi akibat perubahan mendadak pada metabolisme tubuh dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Refeeding sendiri merupakan proses pengenalan makanan setelah seseorang mengalami kurang gizi, kelaparan, atau berpuasa jangka panjang.
Proses pengenalan makanan biasanya dilakukan pada anak-anak yang pernah mengalami gizi buruk atau penderita gangguan makan yang sedang menjalani perawatan.
Refeeding harus dilakukan dengan hati-hati karena berisiko tinggi menyebabkan refeeding syndrome.
Perubahan metabolisme yang begitu cepat menyebabkan kadar mineral tubuh menjadi tidak seimbang dan fungsi organ tubuh juga akan terkena dampaknya.
Bagaimana refeeding syndrome bisa terjadi?
Selama kekurangan gizi, tubuh Anda tidak memperoleh cukup karbohidrat.
Tanpa adanya karbohidrat, kadar gula darah menjadi rendah. Hal ini lantas menurunkan produksi hormon insulin yang berfungsi mengatur kadar gula darah.
Selain itu, tubuh Anda juga kehilangan sumber energi utamanya. Tubuh yang tadinya membakar karbohidrat kini membakar lemak dan protein. Proses ini turut berimbas pada keseimbangan mineral tubuh.
Saat kekurangan nutrisi, kadar mineral fosfat menjadi tidak seimbang. Padahal, sel-sel tubuh membutuhkan fosfat untuk mengubah karbohidrat menjadi energi.
Ketika produksi energi beralih pada pembakaran lemak dan protein, fosfat tidak lagi terpakai sehingga jumlahnya menurun.
Begitu tubuh mendapatkan asupan makanan kembali, terjadi perubahan metabolisme secara drastis. Tubuh Anda mulai kembali mendapatkan karbohidrat sebagai sumber energinya.
Produksi energi yang tadinya berasal dari lemak dan protein akan kembali pada karbohidrat. Kadar gula darah mulai naik, begitu pun dengan jumlah hormon insulin.
Sel-sel tubuh kemudian kembali mencari fosfat untuk mengubah karbohidrat menjadi energi. Namun, jumlah fosfat di dalam tubuh sudah telanjur rendah sehingga tubuh kesulitan membakar karbohidrat menjadi energi.
Rendahnya kadar fosfat ikut memengaruhi keseimbangan mineral lain, yakni natrium dan kalium. Kondisi ini disebut juga dengan gangguan keseimbangan elektrolit yang akhirnya menyebabkan refeeding syndrome.
Apa saja gejala refeeding syndrome?
Begitu terjadi ketidakseimbangan elektrolit akibat proses refeeding yang terlalu cepat, tubuh bisa mengalami beberapa gangguan.
Gejala refeeding syndrome yang muncul bisa berbeda-beda, tergantung dengan berkurangnya jumlah mineral tertentu.
- Masalah saraf dan otot, kejang, kebingungan, serta hilangnya massa otot akibat kadar fosfat yang rendah.
- Lesu, lemah, mual, muntah, dan detak jantung tidak teratur akibat jumlah magnesium yang terlalu sedikit
- Lesu, lemah, sering buang air kecil, masalah jantung, dan sumbatan pada usus akibat kadar kalium rendah.
- Gejala lainnya yang mencakup gula darah tinggi, timbunan cairan pada kaki, otot lemah, hingga masalah mental.
Apa saja faktor risiko penyebab refeeding syndrome?
Terdapat faktor risiko sindrom refeeding yang jelas. Anda mungkin berisiko bila Anda mengalami satu atau lebih kondisi kesehatan di bawah ini.
- Indeks massa tubuh (IMT) di bawah 16.
- Penurunan berat badan tak terduga sebanyak lebih dari 15% dalam waktu 3–6 bulan belakangan.
- Kekurangan atau justru tidak mendapatkan asupan zat gizi selama lebih dari 10 hari.
Anda juga memiliki faktor risiko mengalami refeeding syndrome jika Anda memiliki dua atau lebih dari kondisi kesehatan berikut.
- IMT kurang dari 18,5.
- Berat badan turun tiba-tiba sebanyak lebih dari 10% dalam kurun waktu 3–6 bulan.
- Mendapatkan asupan zat gizi yang sedikit atau tidak sama sekali selama lebih dari 5 hari.
- Riwayat penyalahgunaan alkohol dan narkoba.
Bagaimana cara mengatasi refeeding syndrome?
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) menetapkan pedoman untuk menangani penderita refeeding syndrome dengan cara berikut ini.
- Mengecek kadar kalium, kalsium, fosfat, dan magnesium.
- Mendapatkan asupan vitamin B1 melalui mulut sebesar 200–300 mg per hari.
- Mengonsumsi multivitamin B dosis tinggi sebanyak 1–2 tablet tiga kali sehari atau vitamin B dosis penuh melalui infus, dan suplemen multivitamin sekali sehari.
- Mendapatkan asupan dan suplemen fosfat, kalsium, dan magnesium secara perlahan melalui mulut atau infus.
- Memantau kadar kalium, fosfat, kalsium, dan magnesium selama 2 minggu pertama dan sesuaikan dosis asupan zat gizi dan cairan sesuai kondisi pasien.
Apa saja komplikasi pada pengidap refeeding syndrome?
Mengutip studi terbitan Nutrition Issues in Gastroenterology, gangguan pada cairan tubuh pada penderita berisiko menyebabkan komplikasi seperti berikut.
- Dehidrasi atau berisiko mengalami kelebihan cairan dalam tubuh.
- Kelainan kardiovaskular, seperti aritmia, tekanan darah rendah, gagal jantung kongestif, kardiomiopati, dan gagal jantung.
- Masalah pernapasan, di antaranya gagal pernapasan, otot diafragma melemah, kesulitan menggunakan ventilator.
- Gangguan pada muskuloskeletal, seperti rhabdomyolysis, nyeri otot, keram, dan lemah.
- Masalah pada saraf, yakni kebingungan atau delirium, ensefalopati Wernicke, ataksia, dan tetany.
- Gangguan pada darah, yaitu anemia, trombositopenia, berkurangnya oksigen ke jaringan tubuh.
- Gagal ginjal akut.
- Asidosis metabolik.
Refeeding syndrome adalah komplikasi yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pengenalan makanan kembali atau refeeding.
Meskipun bertujuan baik bagi pemulihan pasien, pengenalan makanan dengan cara yang keliru bisa membahayakan kesehatannya.
Ingat, setiap pasien memiliki kondisi tubuh dan kebutuhan gizi yang berbeda. Oleh sebab itu, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi menentukan program pengenalan makanan yang sesuai.
[embed-health-tool-bmi]