Diet adalah salah satu cara yang dilakukan banyak orang untuk menurunkan berat badan. Nah salah satu diet yang kini sedang populer dan diyakini ampuh melunturkan lemak yaitu diet ketogenik atau diet keto. Ternyata selain diet keto, ada pula diet ketofastosis. Meski terdengar sama, ternyata keduanya berbeda lho. Lantas, apa bedanya diet ketogenik dan diet ketofastosis? Baca terus untuk mengetahuiya.
Apa beda diet ketogenik dan diet ketofastosis?
Diet ketogenik
Diet ketogenik adalah istilah yang digunakan untuk pola makan dengan kandungan karbohidrat yang sangat rendah namun tinggi lemak. Jika pada umumnya diet menghindari lemak, diet keto justru menekankan asupan tinggi lemak, protein yang sedang, dan rendah karbohidrat. Sehingga harapannya, kalori harian yang didapat, yaitu sekitar 70% – 75% dari lemak, 20% dari protein, dan 5% dari karbohidrat.
Pada proses ini, tubuh akan memasuki fase yang disebut sebagai ketosis, yaitu saat seseorang tidak mengonsumsi karbo atau mengonsumsi sedikit sekali karbohidrat. Nah dalam kondisi kekurangan karbohidrat, tubuh akan mulai membakar lemak untuk dijadikan sebagai sumber energi.
Diet ketofastosis
Diet ketofastosis merupakan gabungan dari diet ketogonik dan fastosis. Jika ketogenik merupakan sebuah pola makan rendah karbohidrat, tinggi lemak, dan protein sedang, maka fastosis adalah fasting on ketosis yang artinya puasa dalam keadaan ketosis. Lamanya puasa berkisar dari 6 – 12 jam, bahkan lebih, bergantung kondisi tubuh masing-masing individu.
Sebenarnya, fastosis adalah usaha mengembalikan pola hidup manusia sebenarnya, yang akan menghasilkan pola makan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi metabolisme lemak yang optimal.
Apakah saja efek dari diet ketogenik dan diet ketofastosis?
Diet ketogenik
Meski terdengar sebagai diet yang sempurna, pakar nutrisi memperingatkan Anda tentang berbagai efek samping yang mungkin saja muncul. Pertama, dibutuhkan waktu selama dua hingga empat pekan untuk pola makan seperti ini supaya tubuh menyesuaikan diri dan masuk dalam fase ketosis.
Kedua, jika tubuh tidak memasuki fase ketosis dan Anda tidak memiliki cukup karbohidrat sebagai bahan bakar tubuh, efek buruknya Anda tidak akan kehilangan lemak. Konsumsi lemak yang berlebihan juga akan memberikan efek samping bagi tubuh seperti peningkatan kolesterol atau trigliserida. Apalagi jika sumbernya berasal dari lemak jenuh maupun lemak trans yang banyak ditemukan dalam makanan yang digoreng, dan lain sebagainya.
Seperti diketahui, untuk mendapatkan metabolisme tubuh yang sehat, tubuh memerlukan keseimbangan nutrisi. Termasuk karbohidrat. Jika Anda sembarangan membatasi asupan karbohidrat, maka ada beberapa efek buruk yang bisa terjadi pada tubuh. Di antaranya rasa lapar terus-menerus dan pusing. Anda juga berisiko menjadi lemas dan mudah mengantuk.
Diet ketofastosis
Umumnya orang yang akan menjalankan diet ini akan mengalami “healing crisis”, yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi-kondisi tidak enak yang terjadi saat seseorang mengubah sistem metabolisme. Kondisi tidak enak yang dimaksud adalah berupa timbulnya jerawat parah – akibat mengonsumsi lemak berlebih, kulit gatal-gatal, kulit kering, ketombe, mual, bahkan lemas.
Harus dipahami, bahwa mengubah metabolisme tubuh berarti juga akan berdampak pada pergantian sel-sel tubuh untuk menyesuaikan dengan cara kerja yang baru. Itu sebabnya, muncul healing crisis. Lamanya kondisi ini berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang mengalami penyesuaian dengan cepat, ada juga yang lebih lama.
Tidak seperti metode diet lain, ketofastosis membutuhkan komitmen dan niat dari orang yang akan menjalaninya. Artinya, diet ini harus dilakukan seumur hidup. Pasalnya, diet ini mengubah total kebiasaan pola makan seseorang. Jadi jika Anda bolak-balik melakuan diet ini, akibatnya akan merusak metabolisme tubuh.
Mana yang lebih baik?
Sebelum Anda memutuskan untuk melakukan kedua diet ini, ada baiknya Anda berkonsultasi dulu ke dokter. Pasalnya, baik diet ketogenik dan diet ketofastosis lebih cocok dijalani oleh orang yang memiliki riwayat kesehatan normal dan punya hasil medical check up yang bagus, terutama gula darah serta kolesterol. Selain itu, sebelum Anda memulai diet ini, galilah banyak informasi dan cari tahu bagaimana diet ini akan mengubah Anda. Selain itu, persiapkan diri Anda apakah benar-benar berubah secara drastis.
Pada dasarnya tidak ada cara cepat untuk menurunkan berat badan secara sehat. Namun idealnya, menerapkan pola gaya hidup sehat dengan memperhatikan asupan makanan yang seimbang dan rutin melakukan aktivitas fisik akan membantu Anda berat badan secara sehat.
Kalkulator BMI
Benarkah berat badan Anda sudah ideal?
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.