backup og meta

13 Perilaku Tidak Sehat yang Sering Dilakukan Tanpa Sadar

13 Perilaku Tidak Sehat yang Sering Dilakukan Tanpa Sadar

Banyak yang tahu bahwa merokok dan konsumsi makanan berlemak tidak baik bagi kesehatan. Namun, ada pula sejumlah perilaku tidak sehat lain yang tanpa disadari mengganggu kesehatan fisik dan mental Anda. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Beragam perilaku tidak sehat yang harus dihindari

Perilaku hidup yang tidak sehat berperan dalam perkembangan penyakit kronis, termasuk menjadi penyebab diabetes, penyakit jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronis, dan bahkan kanker.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit kronis menyebabkan 41 juta kematian tiap tahunnya. Ini setara dengan 71% total kematian di seluruh dunia.

Maka dari itu, penting bagi Anda untuk mulai memperhatikan beberapa kebiasaan sehari-hari. Berikut ini merupakan contoh gaya hidup atau kebiasaan yang tidak sehat.

1. Terlalu banyak menonton TV atau main gawai

kebiasaan buruk nonton tv

Terlalu sering menonton TV atau main handphone menyimpan pengaruh negatif bagi kesehatan tubuh. Perilaku ini terkait dengan peningkatan risiko obesitas, diabetes, dan emboli paru.

Selain itu, sering melakukan kebiasaan ini tanpa diimbangi aktivitas fisik bisa menurunkan kemampuan kognitif otak.

Hal ini terbukti melalui sebuah studi dalam jurnal JAMA Psychiatry (2016)Peneliti mengadakan tes kognitif pada orang yang rata-rata menonton TV lebih dari tiga jam per hari selama 25 tahun.

Diketahui hasil tes pada orang tersebut lebih buruk daripada orang yang tidak sering menonton TV.

2. Terlambat makan

Jangan pernah berpikir bahwa menunda waktu makan akan menurunkan berat badan Anda.

Sering telat makan malah akan meningkatkan nafsu makan pada waktu setelahnya. Hal ini bisa membuat Anda makan lebih banyak dan meningkatkan risiko obesitas dan diabetes.

Kebiasaan ini juga buruk bagi kesehatan karena akan melambatkan metabolisme yang membuat tubuh Anda terasa lemas. Selain itu, menunda makan juga bisa menyebabkan asam lambung naik.

Sebaiknya, luangkan waktu sejenak untuk makan agar Anda tetap fokus dan semangat beraktivitas.

3. Makan saat tidak lapar

gangguan makan eating disorder

Sekadar memakan camilan atau melampiaskan diri dari rasa stres dengan makan terlalu sering mungkin akan menyebabkan kelebihan kalori bagi tubuh Anda. 

Kemudian, kelebihan kalori menyebabkan berat badan Anda naik di atas normal dan akhirnya terjadilah obesitas. Kondisi ini meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan.

Tidak hanya diabetes, obesitas juga meningkatkan risiko penyakit lain, termasuk penyakit jantung, stroke, dan bahkan kanker. Maka dari itu, penting menjaga waktu dan pola makan Anda.

4. Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit

Gaya hidup tidak sehat dengan mengonsumsi makanan terlalu banyak maupun terlalu sedikit bisa menjadi salah satu pertanda dari gangguan makan (eating disorder).

Pada umumnya, gangguan makan terjadi akibat masalah psikologis dan emosional, seperti rendah diri dan pandangan yang buruk tentang citra tubuhnya.

Apabila tidak segera ditangani, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi fisik dan psikis, termasuk penyakit jantung, gangguan pencernaan, stres, depresi, hingga perilaku bunuh diri.

5. Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan

Sebagian orang memercayai bahwa merokok dan minum alkohol ialah “jalan keluar” yang bisa meringankan efek stres yang dialaminya.

Nikotin memang dalam rokok dapat memicu pelepasan dopamin yang menimbulkan efek menenangkan. Sementara itu, alkohol akan memperlambat respons tubuh terhadap stres.

Meski demikian, kebiasaan buruk ini punya dampak yang buruk bagi kesehatan. Beberapa contohnya yakni peningkatan tekanan darah, kerusakan jaringan otot, dan berkurangnya oksigen dalam darah.

6. Terlalu lama membuka media sosial

Sebagian orang mungkin mulai merasa “terisolasi” akibat berkutat dengan media sosial. Isolasi sosial tersebut tentu buruk bagi kesehatan mental dan fisik Anda. 

Para peneliti dari University of Cologne, Jerman, juga menemukan fakta bahwa terlalu lama membuka media sosial bisa menimbulkan rasa iri terhadap teman yang akhirnya meningkatkan risiko depresi.

Terrlalu lama bermain media sosial juga membuat Anda relatif malas bergerak. Sebaiknya, batasi waktu bermain gawai dan media sosial, lalu alihkan dengan kebiasaan yang lebih sehat.

7. Terlalu lama duduk

terlalu lama duduk

Terlalu lama duduk di kursi mungkin akan memperburuk kesehatan fisik Anda. Pasalnya, duduk dalam jangka panjang berkaitan dengan gaya hidup sedentari alias malas gerak yang tentu tidak sehat.

Pasalnya, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. 

Tak hanya fisik, kesehatan psikologis Anda juga mungkin terganggu. Orang dengan gaya hidup sedentari juga berisiko lebih tinggi untuk mengalami stres dan depresi.

Cobalah untuk menggerakkan badan Anda setiap setengah jam saat duduk dalam waktu lama. Hal sederhana ini bisa menjaga tubuh dan pikiran Anda tetap baik.

8. Tidak rutin beraktivitas fisik

Gaya hidup sedentari juga erat kaitannya dengan kecenderungan untuk jarang atau tidak berolahraga sama sekali. Ini merupakan salah satu perilaku atau kebiasaan tidak sehat yang berdampak buruk bagi diri Anda.

Dalam jangka pendek, tubuh yang kurang olahraga mungkin hanya menunjukkan tanda-tanda seperti mudah lelah, pegal-pegal, stres, sulit tidur, dan berat badan naik.

Akan tetapi, lama-kelamaan kebiasaan ini akan meningkatkan risiko penyakit kronis yang mengancam jiwa, termasuk penyakit jantung dan stroke.

9. Bergadang

Terjaga pada malam hari dan tidur ketika keesokan paginya ialah salah satu kebiasaan yang buruk bagi kesehatan Anda. 

Orang yang bergadang cenderung akan melakukan perilaku tidak sehat pada esok harinya, seperti tidak melakukan aktivitas fisik dan telat makan. 

Apabila Anda memiliki kebiasaan bergadang, ubahlah perilaku itu secara perlahan sampai tubuh terbiasa dan dapat beraktivitas normal.

10. Marah yang meledak-ledak

“Sabar ada batasnya”, pepatah itu ada benarnya. Meski tak disarankan untuk menahan marah, kenali juga batasannya agar jangan sampai memuncak dan bahkan meledak-ledak.

Peneliti dari Johns Hopkins University School of Medicine, AS, menemukan fakta bahwa orang dengan tingkat amarah tinggi 19% lebih rentan terkena penyakit jantung daripada orang yang lebih tenang.

Jadi, bila Anda mudah marah dan sering meledak-ledak, inilah saatnya untuk mulai mengendalikan cara Anda bereaksi terhadap pemicunya.

11. Menganggap diri sendiri bodoh

mudah lelah

Setiap kali melakukan kesalahan atau kekurangan, biasanya Anda akan mengkritik diri atau menyebut diri sendiri bodoh. Terkadang, hal ini bahkan bisa membuat Anda menarik diri dari lingkungan sosial.

Kebiasaan ini memang tak langsung merujuk pada kesehatan Anda. Namun, perilaku ini akan menempatkan diri Anda pada posisi yang buruk dan merusak kesehatan mental. 

Mengkritik keras diri sendiri mungkin meningkatkan risiko terjadinya gejala depresi. Sementara itu, mengubah cara berpikir lebih positif dapat membantu Anda merasa lebih baik.

12. Mengingat-ingat sumber stres masa lalu

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Behavior Research and Therapy (2017) menemukan fakta bahwa terus-menerus merenungkan suatu masalah atau trauma masa lalu bisa memicu gejala depresi.

Kepikiran terus, atau dalam dunia psikologis disebut ruminasi (rumination), dapat membuat Anda sering dihantui oleh pikiran-pikiran negatif yang tak kunjung hilang.

Daripada melakukan hal itu, secara perlahan cobalah untuk menikmati waktu Anda yang berharga dan buatlah rencana masa depan yang lebih baik. Jika kesulitan, mintalah bantuan profesional, seperti psikolog.

13. Meremehkan bahaya polusi udara

Saat bepergian keluar rumah, terlebih bila mengendarai sepeda motor di jalan perkotaan yang padat, ada baiknya bagi Anda untuk selalu mengenakan masker

Udara yang Anda hirup saat itu kemungkinan mengandung zat-zat yang mencemarkan udara, seperti particulate matter (PM) dan karbon monoksida (CO).

Kebiasaan atau gaya hidup tidak sehat yang sering disepelakan ini bisa memicu masalah serius bagi kesehatan, seperti gangguan pada paru-paru dan jantung Anda.

Masih ada banyak perilaku tidak sehat yang mungkin sering Anda sepelekan. Tentunya, penting untuk menerapkan pola hidup sehat guna mencegah penyakit dan kondisi seperti di atas.

Terapkan pola hidup sehat

Lakukan hal-hal sederhana, misalnya dengan bijak memilih makanan, rutin olahraga minimal 30 menit per hari, dan memenuhi waktu tidur 7–9 jam tiap malamnya. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau tenaga profesional terkait bila Anda mengalami kesulitan untuk melakukan kebiasaan baik tersebut.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Al-Maskari, F. Lifestyle Diseases: An Economic Burden on the Health Services. United Nations. Retrieved 26 July 2023, from https://www.un.org/en/chronicle/article/lifestyle-diseases-economic-burden-health-services

Noncommunicable diseases. World Health Organization. (2021). Retrieved 26 July 2023, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases

Lee, H., Lee, H., Kang, A., Cha, Y., & Operario, D. (2020). Psychological stress, smoking, and hazardous drinking behaviors in South Korea: findings from the Korea National Health and Nutrition Examination Survey. Journal Of Substance Use, 26(1), 13-20. https://doi.org/10.1080/14659891.2020.1760379

Gariépy, G., Doré, I., Whitehead, R. D., & Elgar, F. J. (2019). More than just sleeping in: a late timing of sleep is associated with health problems and unhealthy behaviours in adolescents. Sleep medicine, 56, 66–72. https://doi.org/10.1016/j.sleep.2018.10.029

Connolly, S., & Alloy, L. (2017). Rumination interacts with life stress to predict depressive symptoms: An ecological momentary assessment study. Behaviour Research And Therapy, 97, 86-95. https://doi.org/10.1016/j.brat.2017.07.006

Primack, B., Shensa, A., Sidani, J., Whaite, E., Lin, L., & Rosen, D. et al. (2017). Social Media Use and Perceived Social Isolation Among Young Adults in the U.S. American Journal Of Preventive Medicine, 53(1), 1-8. https://doi.org/10.1016/j.amepre.2017.01.010

Appel, H., Gerlach, A., & Crusius, J. (2016). The interplay between Facebook use, social comparison, envy, and depression. Current Opinion In Psychology, 9, 44-49. https://doi.org/10.1016/j.copsyc.2015.10.006

Hoang, T., Reis, J., Zhu, N., Jacobs, D., Launer, L., & Whitmer, R. et al. (2016). Effect of Early Adult Patterns of Physical Activity and Television Viewing on Midlife Cognitive Function. JAMA Psychiatry, 73(1), 73. https://doi.org/10.1001/jamapsychiatry.2015.2468

Biswas, A., Oh, P., Faulkner, G., Bajaj, R., Silver, M., Mitchell, M., & Alter, D. (2015). Sedentary Time and Its Association With Risk for Disease Incidence, Mortality, and Hospitalization in Adults. Annals Of Internal Medicine, 162(2), 123-132. https://doi.org/10.7326/m14-1651

Culbert, K. M., Racine, S. E., & Klump, K. L. (2015). Research Review: What we have learned about the causes of eating disorders – a synthesis of sociocultural, psychological, and biological research. Journal of child psychology and psychiatry, and allied disciplines, 56(11), 1141–1164. https://doi.org/10.1111/jcpp.12441

Lee, B., Kim, B., & Lee, K. (2014). Air Pollution Exposure and Cardiovascular Disease. Toxicological Research, 30(2), 71-75. https://doi.org/10.5487/tr.2014.30.2.071

Yamaguchi, A., Kim, M., & Akutsu, S. (2014). The effects of self-construals, self-criticism, and self-compassion on depressive symptoms. Personality And Individual Differences, 68, 65-70. https://doi.org/10.1016/j.paid.2014.03.013

Allison, K., Goel, N., & Ahima, R. (2013). Delayed Timing of Eating: Impact on Weight and Metabolism. Current Obesity Reports, 3(1), 91-100. https://doi.org/10.1007/s13679-013-0084-5

Versi Terbaru

27/07/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

6 Perubahan Gaya Hidup untuk Anda yang Sering Depresi

Batuk dan Pilek pada Anak


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 27/07/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan