backup og meta

OCD (Obsessive-Compulsive Disorder)

OCD (Obsessive-Compulsive Disorder)

Sebagian dari Anda mungkin sudah tidak asing dengan istilah OCD alias obsessive-compulsive disorder. OCD sering dianggap sebagai kondisi yang membuat pengidapnya mencuci tangan berulang kali atau menginginkan segalanya simetris, padahal gangguan psikologis ini lebih dari itu.

Simak informasi berikut untuk memahami lebih lanjut seputar OCD, tanda-tandanya, penyebabnya, hingga penanganannya.

Apa itu OCD (obsessive-compulsive disorder)?

stres memicu diabetes

Obsessive-compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif adalah salah satu jenis gangguan kecemasan kronis atau jangka panjang yang umum terjadi.

Gangguan mental ini menyebabkan seseorang memiliki pikiran yang tidak terkendali (obsesif) sehingga mendorongnya untuk melakukan perilaku berulang (kompulsif).

Pikiran yang muncul ini tidak diinginkan oleh pengidap OCD. Bahkan, terkadang, mereka pun menyadari bahwa pemikiran tersebut tidak masuk akal dan sangat mengganggu.

Meski demikian, pikiran yang mengganggu ini tidak dapat dikontrol dan mungkin saja akan ada dalam benak mereka sepanjang waktu.

Orang-orang dengan OCD mungkin mencoba menyingkirkan pikiran yang mengganggu tersebut dengan melakukan perilaku tertentu sesuai dengan aturan atau langkah yang mereka buat sendiri.

Sebagai contoh, mereka mungkin merasa perlu mencuci tangan berkali-kali karena takut terkontaminasi, menempatkan barang-barang secara simetris, atau menghitung hal-hal tertentu yang ada di hadapannya.

Bagi mereka, melakukan tindakan tersebut dapat membuat pikiran dan rasa cemasnya hilang. Namun, sayangnya, kelegaan ini tidak pernah bertahan lama.

Seberapa umumkah kondisi ini?

Berdasarkan studi yang dipublikasikan The Journal of Clinical Psychiatry pada 2020, sekitar 1% orang di dunia mengalami obsessive-compulsive disorder. Adapun wanita 1,6 kali lebih mungkin mengalami OCD dibandingkan pria.

Tanda dan gejala OCD

tanda penyakit mental

Tanda dan gejala penyakit OCD biasanya berupa munculnya perilaku obsesif dan kompulsif yang bukan disebabkan oleh penggunaan obat atau kondisi lainnya.

Namun, seseorang juga mungkin hanya mengalami gejala obsesif atau kompulsif. Berikut adalah perbedaan antara keduanya.

Gejala obsesif

Berikut beberapa pikiran obsesif yang sering muncul.

  • Takut terkontaminasi kotoran atau kuman
  • Segala sesuatu harus teratur dan simetris. 
  • Pikiran agresif atau mengerikan tentang melukai diri sendiri atau orang lain. 
  • Gambar atau pemikiran seksual yang mengganggu.
  • Hal berulang mengenai suara, gambar, kata-kata, atau angka tertentu.
  • Berlebihan tentang benar/salah, agama, dan moral.
  • Pikiran takut akan kehilangan atau membuang sesuatu yang penting.

Gejala kompulsif

Berikut adalah contoh tanda dan gejala perilaku kompulsif pada orang-orang dengan obsessive-compulsive disorder.

  • Mencuci tangan secara berlebihan sampai kulit Anda menjadi lecet. 
  • Menggosok gigi, mandi, atau buang air berulang kali.
  • Membersihkan peralatan rumah tangga berulang kali.
  • Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikannya sudah terkunci. 
  • Mengecek kompor sudah mati atau belum berulang kali. 
  • Menghitung dalam pola tertentu. 
  • Mengulang doa, kata, atau frasa. 
  • Mengatur atau menata barang dengan cara tertentu. 
  • Menyimpan koran, surat, atau wadah tertentu meski tidak lagi dibutuhkan.
  • Memastikan keamanan orang yang dicintai, seperti pasangan, anak, anggota keluarga lain, atau teman, secara berulang-ulang.

Tingkat keparahan gejala gangguan obsesif-kompulsif pun bisa ringan, sedang, hingga parah, dan cenderung memburuk ketika mengalami stres yang berat

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda memiliki tanda-tanda seperti yang disebutkan di atas, terutama bila sudah mengganggu aktivitas harian dan memengaruhi kehidupan Anda, sebaiknya kunjungi psikolog atau psikiater.

Anda pun perlu segera berkonsultasi ke ahlinya jika memiliki pikiran untuk melakukan bunuh diri, baik akibat tidak tahan dengan pikiran obsesif maupun alasan lainnya.

OCD vs perfeksionisme

Gangguan obsesif kompulsif berbeda dengan perfeksionisme yang menuntut hasil dengan sempurna. Pikiran orang-orang yang mengalami OCD lebih dari sekadar kekhawatiran, dan bahkan kerap memengaruhi kehidupan mereka.

Penyebab obsessive-compulsive disorder

Sejauh ini, para ilmuwan masih belum dapat menemukan penyebab pasti dari gangguan obsesif kompulsif. Namun, beberapa faktor berikut mungkin berpengaruh terhadap timbulnya penyakit ini.

1. Faktor biologis

Beberapa studi menemukan bahwa OCD mungkin terjadi karena perubahan bahan kimia alami di otak, seperti serotonin, atau fungsi otak Anda.

Seseorang dengan penyakit ini mungkin tidak memiliki serotonin yang cukup sehingga ia cenderung mengulangi perilaku yang sama berulang kali.

2. Faktor genetik

Penyakit ini mungkin terjadi karena faktor genetik yang diturunkan dalam keluarga. Meski demikian, gen yang mungkin memengaruhi kondisi ini belum diketahui.

3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan pun mungkin bisa menjadi penyebab OCD. Beberapa bentuknya yaitu:

  • trauma masa kecil,
  • infeksi bakteri streptokokus atau yang disebut Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal Infections (PANDAS), atau
  • perilaku obsesif kompulsif yang dipelajari dari mengamati anggota keluarga dari waktu ke waktu.

Faktor risiko gangguan obsesif-kompulsif

Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk mengidap gangguan obsesif-kompulsif.

  • Memiliki orangtua atau anggota keluarga yang mengidap gangguan obsesif kompulsif. 
  • Mengalami kejadian traumatis yang membuat Anda merasa tertekan secara emosional.
  • Mengalami gangguan kesehatan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan zat tertentu. 

Komplikasi gangguan obsesif-kompulsif

Gangguan obsesif-kompulsif dapat menimbulkan berbagai masalah baru pada kesehatan Anda. Dilansir dari Mayo Clinic, berikut adalah beberapa komplikasi penyakit OCD yang mungkin terjadi:

  • Kehabisan waktu untuk melakukan aktivitas lain karena perilaku atau ritual berlebihan yang Anda lakukan.
  • Kesulitan melakukan pekerjaan, sekolah, atau kegiatan sosial.
  • Masalah kesehatan kulit, seperti dermatitis kontak akibat sering mencuci tangan.
  • Masalah hubungan dengan orang lain.
  • Kualitas hidup yang buruk secara keseluruhan.
  • Pikiran dan perilaku ingin bunuh diri.

Diagnosis OCD

Dokter atau ahli kesehatan mental akan mendiagnosis OCD berdasarkan gejala yang Anda alami. Kemudian, mereka akan melakukan pemeriksaan klinis untuk memastikan penyebab dari gejala tersebut.

Adapun tes yang umum dilakukan untuk mendiagnosis OCD ialah evaluasi psikologis. Tes ini dilakukan dengan mendiskusikan pikiran, perasaan, dan pola perilaku Anda.

Ini bertujuan untuk memastikan apakah gejala tersebut berkaitan dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsif. Pada tes ini, dokter juga akan menanyakan kondisi Anda melalui keluarga atau kerabat Anda.

Perlu dipahami pula, gejala OCD terkadang mirip dengan gangguan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, depresi, skizofrenia, dan obsessive-compulsive personality disorder (OCPD).

Padahal, OCD dan OCPD berbeda, begitu pun dengan penyakit mental lainnya. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk menyampaikan kepada dokter mengenai gejala yang Anda alami agar diagnosisnya juga tepat.

Pengobatan OCD

Meskipun obsessive-compulsive disorder tidak bisa sembuh sepenuhnya, pengobatan berikut dapat membantu mengontrol gejalanya sehingga Anda dapat beraktivitas dengan normal.

1. Obat-obatan

Pada umumnya, obat antidepresan, yang biasa diberikan untuk mengatasi depresi, adalah pilihan pertama para dokter. Beberapa obat antidepresan yang sering diberikan, yaitu:

Agar pengobatan berjalan dengan efektif, dokter biasanya merekomendasikan lebih dari satu jenis obat. Sering kali, dokter juga meresepkan obat antipsikotik untuk membantu mengontrol gejala.

Namun, perlu dipahami pula bahwa keefektifan obat-obat ini mungkin tak langsung terlihat. Paling tidak, dibutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk melihat perbaikan gejala.

 2. Terapi perilaku kognitif

Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT) bertujuan untuk membantu individu mengubah cara mereka berpikir, merasa, dan berperilaku.

Jenis terapi ini mengacu pada dua bentuk perawatan sebagai berikut.

  • Exposure and response prevention (ERP): pada terapi ini, Anda akan dipaparkan secara bertahap pada objek penyebab kecemasan agar terbiasa. Anda akan belajar melawan dorongan untuk melakukan perilaku kompulsif akibat objek tersebut.
  • Terapi kognitif: jenis terapi ini bertujuan untuk menghilangkan perilaku kompulsif. Dalam terapi ini, Anda akan diajari cara-cara yang sehat dan efektif untuk menanggapi pikiran obsesif Anda.

Perawatan rumahan untuk obsessive-compulsive disorder

mengurangi stres menjelang persalinan

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi gangguan obsesif-kompulsif.

  • Minum obat dari dokter sesuai dengan yang direkomendasikan. Jangan berhenti mengonsumsi obat tanpa sepengetahuan dokter meskipun Anda sudah merasa lebih baik.
  • Pelajari serta praktikkan teknik dan keterampilan tertentu untuk membantu mengontrol gejala seperti yang telah diajarkan oleh terapis Anda.
  • Perhatikan jika ada perubahan tertentu pada diri Anda yang menjadi tanda bahwa gejala akan segera muncul. Tanyakan pada dokter apa yang harus Anda lakukan jika tanda-tanda tersebut terjadi. 
  • Ikuti support group yang dapat membantu Anda menghadapi dan mengelola OCD.
  • Lakukan aktivitas yang Anda sukai dan menyehatkan, seperti rekreasi.
  • Rutin berolahraga, mengonsumsi makan makanan yang sehat, serta tidur yang cukup.
  • Hindari merokok dan mengonsumsi alkohol.
  • Cari cara menghilangkan stres yang efektif untuk Anda, seperti meditasi, pijat, jalan-jalan, atau yang lainnya.
  • Tetap lakukan aktivitas normal, seperti bekerja, sekolah, dan bersosialisasi dengan keluarga dan teman.

Gangguan obsesif-kompulsif merupakan satu dari banyak gangguan mental yang penyebabnya tidak diketahui. Oleh karena itu, tidak ada cara pasti yang dapat mencegah penyakit ini.

Meski demikian, dengan diagnosis dan perawatan lebih dini, Anda dapat mencegah gejala datang kembali serta menurunkan risiko terjadinya komplikasi yang dapat semakin mengganggu kehidupan Anda.

Tanyakan pada dokter atau ahli kesehatan mental untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Obsessive-Compulsive Disorder. familydoctor.org. (2022). Retrieved 12 July 2023, from https://familydoctor.org/condition/obsessive-compulsive-disorder/?adfree=true

Obsessive-compulsive disorder (OCD) – Symptoms and causes. Mayo Clinic. (2023). Retrieved 12 July 2023, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obsessive-compulsive-disorder/symptoms-causes/syc-20354432

What is OCD?. International OCD Foundation. (2023). Retrieved 12 July 2023, from https://iocdf.org/about-ocd/

What Causes OCD?. International OCD Foundation. (2023). Retrieved 12 July 2023, from https://iocdf.org/about-ocd/what-causes-ocd/

What Is Obsessive-Compulsive Disorder?. American Psychiatric Association. (2022). Retrieved 12 July 2023, from https://www.psychiatry.org/patients-families/ocd/what-is-obsessive-compulsive-disorder

Fawcett, E., Power, H., & Fawcett, J. (2020). Women Are at Greater Risk of OCD Than Men. The Journal Of Clinical Psychiatry, 81(4). doi: 10.4088/jcp.19r13085

Versi Terbaru

12/07/2023

Ditulis oleh Ihda Fadila

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

3 Jenis Olahraga yang Bantu Mengurangi Perasaan Cemas dan Depresi

Anak Mengalami OCD, Apa yang Dapat Anda Lakukan sebagai Orang Tua?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 12/07/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan