Trauma mungkin saja kambuh sewaktu-waktu

Jika ditelisik lebih dalam, otak bisa saja melepaskan rangsangan berlebihan ini sewaktu-waktu, terutama ketika Anda mengalami kejadian buruk di kemudian hari. Bila terus dibiarkan, jaringan saraf yang ada di otak bisa rusak dan memicu penyakit kronis pada beberapa bagian tubuh.
Misalnya Anda pernah merasa sangat kehilangan dan trauma karena orangtua meninggal sejak Anda masih kecil. Bertahun-tahun kemudian, Anda harus kembali menelan pahit saat orang terdekat yaitu pasangan Anda meninggal akibat kecelakaan.
Ketika pengalaman buruk ini kembali terulang, rasa trauma yang telah lama terpendam alias tidak aktif akan kembali muncul ke permukaan. Otak akan mulai memproduksi zat-zat kimia dan hormon stres untuk mengeluarkan rasa sakit yang semakin kuat.
Rasa nyeri ini tidak hanya mengganggu sistem saraf otak, tapi juga bisa menjalar ke bagian tubuh lainnya. Lama kelamaan, hal ini dapat memicu penyakit kronis.
Seorang psikiater di Australia, dr. Michelle Atchison, mengatakan bahwa semakin dini usia Anda saat mengalami trauma, maka semakin besar pula kemungkinan Anda terkena complex post-traumatic stress disorder (CPTSD).
Gejala CPTSD tentu lebih parah daripada gejala PTSD, bahkan gejalanya bisa sangat sulit dideteksi dari sisi medis. Ini karena gejalanya mirip seperti gejala berbagai penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung koroner, bronkitis kronis dan asma, sindrom iritasi usus, hingga psoriasis.
Cara mengurangi dampak trauma masa lalu

Memang tidak mudah untuk mengurangi atau bahkan melupakan semua pengalaman buruk di masa lalu. Akan tetapi, ini bukan berarti Anda akan terus-menerus membiarkan trauma ini ada bahkan sampai memicu penyakit kronis, bukan?
Tenang, berikut ini langkah-langkah yang bisa Anda lakukan untuk memulihkan trauma yang mengganggu:
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar