Quarter-life crisis menjadi salah satu istilah yang banyak dibicarakan, khususnya oleh generasi milenial yang berada di rentang usia 20–30 tahun. Ini merupakan sebuah fase ketika seseorang merasa cemas atas ketidakpastian yang ada di hidupnya.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Quarter-life crisis menjadi salah satu istilah yang banyak dibicarakan, khususnya oleh generasi milenial yang berada di rentang usia 20–30 tahun. Ini merupakan sebuah fase ketika seseorang merasa cemas atas ketidakpastian yang ada di hidupnya.
Kondisi ini membuat sebagian besar orang mempertanyakan apa sebenarnya yang ingin mereka capai selama hidup. Lantas, bagaimana fase ini harus dihadapi?
Dalam ilmu psikologi, quarter-life crisis adalah suatu masa ketika seseorang merasa cemas, ragu, gelisah, dan bingung terhadap tujuan hidupnya.
Kekhawatiran atau kecemasan berlebih ini bisa meliputi hal-hal seperti pekerjaan, asmara, hubungan dengan orang lain, hingga keuangan.
Emosi negatif yang timbul sering kali membuat seseorang menjadi stres atau mengalami gangguan psikologis, seperti depresi.
Fase quarter-life crisis biasanya terjadi pada rentang usia 20–30 tahun. Namun, ada pula yang menghadapi krisis ini pada usia 18 tahun.
Quarter-life crisis pada kelompok usia tersebut tergolong langka, tetapi tetap bisa menimbulkan dampak negatif yang nyata, salah satunya gangguan mental pada remaja.
Gejala yang menandai krisis seperempat abad ini mungkin terlihat sepele dan sering terjadi. Namun, jangan abaikan hal tersebut, apalagi jika sudah terlalu mengganggu pikiran Anda.
Berikut beberapa tanda yang dapat Anda kenali.
Mulai mempertanyakan hidup adalah salah satu gejala awal quarter-life crisis yang sering disepelekan karena dianggap biasa.
Berbagai pertanyaan bisa timbul di dalam kepala, misalnya apa sebenarnya tujuan hidup Anda atau pencapaian yang sudah diraih selama ini.
Jika Anda sering mempertanyakan hal tersebut pada diri sendiri, bisa jadi Anda sedang menghadapi krisis seperempat abad
Selalu merasa terjebak dalam situasi apa pun? Atau merasa hidup tidak berjalan sesuai dengan harapan dan usaha yang telah dilakukan?
Ini bisa menjadi tanda dari stres berkepanjangan sekaligus quarter-life crisis.
Gejala selanjutnya dari fase quarter-life crisis adalah hilangnya semangat dalam melakukan aktivitas apa pun, seperti bekerja atau sekedar melakukan hobi.
Lama-kelamaan, Anda mungkin juga akan merasa kehilangan arah karena tidak lagi menemukan hal-hal yang memunculkan motivasi.
Bosan dengan pekerjaan yang itu-itu saja, tetapi juga takut untuk keluar ? Nah, ini merupakan salah satu pertanda yang muncul saat seseorang berada dalam krisis seperempat abad.
Pekerjaan yang Anda lakukan sekarang memang sudah menjadi zona nyaman, tetapi tidak membuat Anda berkembang.
Namun, Anda berpikir bahwa akan sulit memulai segalanya dari awal, sehingga Anda pun bingung harus bertahan atau keluar dari zona nyaman.
Setelah memilih untuk menetap pada pekerjaan tersebut, Anda hanya melakukan hal-hal yang berulang, terus mengalami burnout, dan pencapaiannya terasa kurang.
Seiring waktu, ini bisa menyebabkan masalah mental pada pekerja kantoran maupun orang-orang yang bekerja di bidang lainnya.
Merasa terombang-ambing dalam hal percintaan maupun finansial juga menjadi masalah ketika quarter-life crisis terjadi.
Dalam hal percintaan, ini biasanya terjadi saat Anda menjalin hubungan serius. Anda mungkin mempertanyakan apakah pilihan tersebut sudah tepat atau belum.
Sementara itu, stres akibat masalah keuangan juga bisa menyebabkan quarter-life crisis. Pengeluaran lebih besar daripada pemasukan membuat Anda tidak memiliki tabungan untuk masa depan.
Fase quarter-life crisis sering juga sering terjadi karena adanya tekanan dari keluarga atau lingkungan sekitar.
Mereka mungkin mulai membandingkan pencapaian Anda dengan orang lain atau menekan untuk segera menikah.
Hal tersebut bisa menimbulkan keraguan terhadap diri Anda sendiri, rasa khawatir, dan kesulitan untuk mengambil keputusan yang tepat.
Setiap orang mungkin memiliki gejala quarter-life crisis yang berbeda, bahkan yang tidak disebutkan di atas. Namun, tidak semua orang yang mengalami gejala di atas berarti sedang menghadapi quarter-life crisis.
Selain beberapa kondisi di atas, quarter-life crisis juga bisa muncul akibat kebiasaan berikut.
Dalam penelitian yang berjudul The Holistic Phase Model of Early Adult Crisis (2013), dijelaskan bahwa seseorang yang mengalami quarter-life crisis akan melewati empat fase berikut.
Fase ini ditandai dengan rasa terjebak akan suatu kondisi, seperti pekerjaan, pendidikan, hingga hubungan asmara. Akibatnya, muncul kesulitan untuk keluar dari zona tersebut.
Pada fase ini, kesadaran untuk bisa mengubah keadaan mulai terbentuk. Namun, Anda harus ekstra hati-hati saat melangkah.
Karena jika salah, Anda mungkin kembali ke fase pertama atau malah mengambil keputusan yang buruk.
Ini merupakan titik ketika seseorang berhasil mencapai satu target, kemudian terdorong untuk melakukan perubahan lain.
Contohnya, saat Anda berhasil meneyelesaikan kuliah, Anda termotivasi mencari pekerjaan atau studi yang lebih tinggi
Pada fase ini, perasaan Anda sudah cukup stabil. Komitmen akan pekerjaan atau hubungan pun mulai terbentuk. Pada fase quarter-life crisis terakhir ini, Anda siap menghadapi tantangan lainnya.
Meski menjadi sesuatu yang umum terjadi, jika dibiarkan saja quarter-life crisis ini ternyata bisa berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan mental Anda. Jadi, penting untuk mengetahui bagaimana cara bijak menghadapinya.
Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan saat menghadapi krisis seperempat abad:
Anda harus mengenal dan berdamai dengan diri sendiri. Contohnya, coba mulai dengan apa yang ingin Anda lakukan ke depan, kelebihan, serta kekurangan Anda.
Jadikan hal tersebut sebagai bahan evaluasi sekaligus motivasi untuk menjalani hidup. Hal ini dilakukan agar Anda tahu apa tujuan hidup Anda.
Jika Anda memiliki keraguan atau masalah, cobalah untuk membagikannya dengan orang lain. Jangan memendam emosi karena ini justru berdampak buruk bagi Anda.
Pada akhirnya, sebagai makhluk sosial, Anda sesekali akan membutuhkan pertolongan orang lain untuk mencari solusi dari suatu masalah.
Satu hal yang erat kaitannya dengan quarter-life crisis adalah senang membandingkan diri sendiri dengan orang lain, padahal ini tidak akan ada habisnya.
Fokus terhadap diri sendiri untuk berkembang merupakan langkah yang baik untuk mengurangi kebiasaan tersebut. Ini juga merupakan bentuk dari mencintai diri sendiri.
Tidak perlu terlalu jauh, cukup rencanakan apa yang ingin Anda capai lima tahun ke depan. Selain itu, pikirkan dengan matang bagaimana Anda meraih mimpi tersebut.
Perencanaan ini juga bisa berupa perencanaan finansial supaya Anda memiliki tabungan untuk masa depan yang lebih baik.
Jika Anda merasa tidak produktif dan hanya jalan di tempat, cobalah untuk mencari kegiatan baru atau hobi untuk mengurangi stres.
Hobi baru tidak hanya membantu mengatasi krisis ini, tapi juga dapat membuat Anda merasa jauh lebih baik.
Anda harus menjemput impian Anda, sebab menunggu tidak akan membuat segalanya berjalan dengan baik. Cari tahu caranya dan percayalah pada diri sendiri ketika mulai menjalani kegiatan itu.
Selain itu, dibutuhkan sebuah sikap positif agar fase quarter-life crisis tidak memengaruhi hidup Anda.
Jika merasa tidak mampu menghadapi quarter-life crisis sendiri, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan profesional ke psikolog.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar