Berapa skor kacamata minus Anda? Hati-hati jika mata minus Anda terlampau tinggi. Pasalnya, minus yang terlampau tinggi berisiko terhadap jenis penyakit mata lainnya yang lebih serius. Untuk mengantisipasinya, ketahui fakta mengenai kondisi tersebut melalui ulasan berikut.
Apa itu mata minus tinggi?
Mata minus atau rabun jauh (miopi) adalah gangguan refraktif yang membuat seseorang tidak dapat melihat objek dalam jarak jauh secara jelas.
Ini terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina, bukan pada permukaan retina.
Akibatnya, retina tidak dapat menangkap cahaya dari objek yang Anda lihat sehingga Anda tidak bisa melihat objek tersebut secara jelas.
Lalu, apa yang dimaksud dengan mata minus tinggi? Seseorang dikatakan memiliki mata minus tinggi jika gangguan refraktif yang dimilikinya mencapai -6,00 dioptri (D) atau lebih.
Sementara itu, miopi yang tergolong ringan jika ukurannya di bawah -3,00 D. Adapun kondisi ini dimulai pada masa anak-anak awal. Namun, ukuran minus juga bisa terus bertambah pada tahun-tahun berikutnya.
Ini terbukti dengan semakin banyaknya jumlah orang yang memiliki miopi tinggi. Bahkan, melansir Community Eye Health Journal, jumlah penderita miopi tinggi diprediksi mencapai 9,8% dari populasi global atau dengan total 938 juta orang pada 2050.
Apa penyebab mata minus tinggi?
Anatomi mata (sumber: glaucoma.org)
Mata minus tinggi umumnya terjadi karena bentuk bola mata yang lebih panjang atau meregang dari umumnya, kelainan pada lensa, atau kornea mata yang melengkung terlalu tajam.
Akibatnya, cahaya yang masuk ke mata jatuh pada titik yang tidak tepat dan penglihatan menjadi buram.
Meski begitu, para ilmuwan tidak memahami pasti apa penyebab dari mata minus tersebut.
Namun, kondisi ini sering dikaitkan dengan faktor genetik yang diturunkan atau minus yang bertambah seiring pertambahan usia.
Adapun pertambahan minus ini sering terkait dengan gaya hidup yang buruk, seperti:
- terlalu sering membaca buku,
- bekerja di depan layar komputer, atau
- menggunakan gadget dalam jarak dekat.
Biasanya, pertambahan minus ini terjadi pada masa remaja atau dewasa awal, dan berkurang saat berusia 20-30 tahun.
Di sisi lain, masalah kesehatan lain juga bisa menyebabkan miopi atau mata minus yang bertambah, seperti diabetes atau katarak.
Apakah minus tinggi berbahaya?
Memiliki mata minus, terutama jika tinggi, tentu sangat mengganggu aktivitas. Anda bisa menjadi kesulitan untuk melihat objek yang jauh di depan mata dan penglihatan Anda menjadi buram.
Bahkan, gejala lainnya pun bisa muncul akibat kondisi ini, seperti:
- sakit kepala,
- mata lelah atau tegang, dan
- menyipitkan mata.
Buka cuma mengganggu aktivitas sehari-hari, rabun jauh yang parah ini juga meningkatkan risiko masalah mata lainnya. Bila dibiarkan, kondisi ini bisa menimbulkan kebutaan.
Lantas, apa saja komplikasi dari minus tinggi yang bisa menimbulkan bahaya untuk kesehatan mata Anda? Berikut beberapa rangkumannya.
1. Ablasio retina
Ablasio retina adalah kondisi terlepasnya bagian retina dari jaringan pendukung sekitarnya di belakang bola mata. Kondisi ini bisa menyebabkan sejumlah gejala berikut.
- Seperti melihat kilatan cahaya yang tiba-tiba.
- Ada bayangan di penglihatan sisi (perifer).
- Floaters, yaitu munculnya bintik atau seperti awan yang tampak mengambang di depan mata.
- Ada tirai abu-abu yang menutupi sebagian penglihatan.
- Penglihatan berkurang atau kehilangan penglihatan secara mendadak.
Lalu, mengapa mata minus tinggi bisa menyebabkan ablasio retina? Seseorang dengan rabun jauh parah umumnya memiliki bentuk bola mata yang lebih panjang dari orang lainnya.
Bola mata yang semakin panjang ini akan semakin menipiskan retina Anda. Penipisan lapisan retina ini lama-lama dapat menyebabkan retina sobek dan berlubang.
Kondisi ini menyebabkan cairan vitreus (cairan di bagian tengah bola mata) merembes masuk ke celah antara retina dan lapisan di belakangnya.
Cairan ini kemudian menumpuk dan menyebabkan seluruh lapisan retina terlepas dari dasarnya. Gejala ablasio retina yang disebutkan di atas pun kemudian muncul.
2. Glaukoma
Glaukoma adalah sekelompok penyakit mata yang menyebabkan kerusakan pada saraf mata. Saraf ini berperan menyampaikan informasi ke otak agar Anda bisa melihat.
Artinya, bila saraf mata rusak, fungsi penglihatan Anda pun bisa berkurang, hilang, atau menjadi buta total.
Beberapa gejala glaukoma lainnya pun bisa terjadi, tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Gejala ini bisa berupa:
- sakit kepala,
- sakit mata,
- mata merah,
- bintik-bintik buta di penglihatan sisi, serta
- mual dan muntah.
Kerusakan saraf mata pada glaukoma sering terjadi karena tekanan yang tinggi pada mata Anda.
Tekanan tersebut bisa terjadi karena berbagai penyebab, seperti cedera mata atau penglihatan buram yang berlangsung lama, termasuk pada penderita mata minus tinggi.
3. Katarak
Katarak adalah kondisi ketika lensa mata menjadi keruh. Kondisi ini menyebabkan cahaya yang masuk ke mata terhambat sehingga menimbulkan masalah penglihatan.
Menurut suatu penelitian, seseorang yang memiliki rabun jauh parah sebelum berusia 20 tahun lebih mungkin mengalami katarak pada kemudian hari.
Pasalnya, bentuk bola mata yang panjang pada penderita miopi menyebabkan permukaan lensa kehilangan nutrisi sehingga lensa tidak lagi jernih.
Di sisi lain, penelitian lainnya menyebut, bola mata yang panjang menyebabkan kerusakan sel reseptor cahaya di retina.
Adapun kondisi ini bisa menyebabkan katarak pada penderita rabun jauh parah.
Oleh karena itu, bagi Anda yang memiliki mata minus tinggi, sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan mata ke dokter untuk dapat mengurangi risiko atau bahaya di atas.
Bagaimana mengatasi mata minus tinggi?
Pasien dengan miopi tinggi tahap awal umumnya hanya membutuhkan resep kacamata atau lensa kontak untuk mengatasi penglihatan yang kabur.
Meski demikian, bedah refraktif, seperti LASIK, LASEK, atau photorefractive keratectomy (PRK), mungkin akan dokter sarankan pada beberapa orang.
Selain itu, pengobatan lainnya juga terus dikembangkan untuk mencegah mata minus semakin parah.
American Association for Pediatric Ophthalmology and Strabismus menyebut, pemberian obat atropin dosis rendah telah terbukti dapat memperlambat perkembangan miopi.
Meski demikian, jenis pengobatan yang akan dokter berikan tergantung pada kondisi masing-masing pasien.
Oleh karena itu, selalu konsultasikan kepada dokter mengenai jenis pengobatan yang tepat sesuai kondisi Anda.
[embed-health-tool-bmi]