backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Berbagai Gejala Glaukoma yang Harus Anda Waspadai, Berdasarkan Jenisnya

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Berbagai Gejala Glaukoma yang Harus Anda Waspadai, Berdasarkan Jenisnya

    Selain katarak, gangguan penglihatan penyebab kebutaan lain yang juga umum menyerang lansia adalah glaukoma. Namun, dampak glaukoma bisa lebih parah lagi karena kebutaan yang diakibatkannya tidak dapat disembuhkan sama sekali. Itu sebabnya, penting bagi Anda mengenali dan mewaspadai berbagai gejala glaukoma yang mungkin timbul sedini mungkin.

    Kebutaan akibat glaukoma bersifat permanen

    Glaukoma adalah kerusakan saraf optik atau mata yang menyebabkan gangguan penglihatan dan kebutaan. Kondisi ini umumnya terjadi karena tingginya tekanan dalam bola mata.

    Saraf mata adalah sekumpulan serat saraf yang menghubungkan retina ke otak. Saat saraf mata rusak, sinyal yang bertugas menyampaikan apa yang Anda lihat ke otak jadi terganggu. Seiring perkembangannya, glaukoma dapat menimbulkan gejala berupa hilangnya penglihatan.

    Saraf mata biasanya akan rusak mulai dari bagian pinggir (perifer). Ini menyebabkan lapang pandang penglihatan Anda akan semakin menyempit. Ibaratnya, seperti Anda melihat dengan teropong.

    Ketika mengeker pemandangan lewat lensa teropong, luas pandang Anda lebih sempit dibandingkan jika tidak pakai teropong, bukan?

    Nah, semakin banyak saraf yang rusak, maka “teropong” itu akan semakin mengecil, bahkan sampai tertutup menjadi gelap alias buta. Kerusakan saraf akibat glaukoma ini bersifat permanen.

    Penyebab glaukoma sendiri terbagi menjadi 2, yaitu primer dan sekunder. Pada glaukoma primer, kerusakan mata tidak diketahui apa penyebab pastinya. Sementara itu, glaukoma sekunder biasanya terjadi karena ada penyakit lain yang sudah ada sebelumnya.

    Apa saja gejala-gejala umum glaukoma?

    cara mengatasi gejala glaukoma

    Biasanya, penyakit glaukoma tidak akan menunjukkan gejala apa pun pada fase awalnya. Penyakit ini cenderung akan berkembang semakin memburuk perlahan-lahan seiring berjalannya waktu. 

    Setelah beberapa tahun berlalu, penderitanya mungkin akan mulai merasakan gangguan penglihatan pada bagian pinggir matanya (penglihatan periferal), terutama bagian mata yang dekat dengan hidung.

    Inilah sebabnya penyakit ini kerap kali disebut dengan silent killer atau pembunuh dalam diam. Kebanyakan orang yang mengidap glaukoma merasa baik-baik saja dan tidak menyadari adanya perubahan pada kondisi mata mereka, hingga kerusakan telanjur parah.

    Beberapa gejala glaukoma yang mendadak muncul, antara lain:

    • rasa sakit di mata yang intens
    • mual dan muntah
    • mata memerah
    • sakit kepala
    • bagian sekitar mata terasa lunak bila disentuh
    • terdapat lingkaran yang menyerupai pelangi saat melihat cahaya
    • penglihatan buram atau kabur

    Menurut situs American Academy of Ophthalmology, beberapa orang bisa saja tidak merasakan gejala kerusakan mata, tapi memiliki tekanan mata yang melebihi kondisi normal (hipertensi okular). Orang-orang ini tergolong sebagai pasien “suspek glaukoma” dan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengidap glaukoma sewaktu-waktu.

    Bahkan, dalam kasus tertentu, seseorang juga bisa saja menjadi suspek glaukoma meski tekanan pada matanya masih normal. Kondisi ini biasanya terjadi ketika dokter mendeteksi adanya kelainan pada saraf optik orang tersebut.

    Maka itu, seseorang yang termasuk dalam suspek glaukoma harus menjalani pemeriksaan rutin walaupun belum ada gejala yang berarti. Hal ini penting untuk mencegah timbulnya penyakit glaukoma, serta menentukan obat-obatan yang tepat bila diperlukan.

    Waspadai gejala glaukoma berdasarkan jenisnya

    Secara garis besar, ada 2 jenis glaukoma, yakni glaukoma primer sudut terbuka dan glaukoma primer sudut tertutup.

    Perbedaan antara keduanya adalah:

    • Glaukoma sudut terbuka biasanya tidak menunjukkan gejala hingga kerusakan timbul, sedangkan glaukoma sudut tertutup masih mungkin menimbulkan beberapa gejala ringan sebelum serangan terjadi.
    • Gangguan penglihatan akibat glaukoma sudut terbuka terjadi perlahan, sedangkan glaukoma sudut tertutup bisa terjadi secara perlahan atau juga serangan mendadak (tipe akut).

    Selain itu, ada pula jenis glaukoma yang sudah ada sejak pengidap lahir dan diyakini merupakan kondisi genetik, yaitu glaukoma kongenital pada bayi dan anak-anak. Ciri-ciri dan gejala dari glaukoma pada bayi dan anak-anak biasanya juga memiliki perbedaan tertentu dengan jenis glaukoma lainnya.

    Berikut perbedaan tanda-tanda dan gejala glaukoma, berdasarkan jenis-jenisnya.

    1. Gejala glaukoma sudut terbuka

    Glaukoma sudut terbuka tidak memiliki gejala yang jelas, dan bisa berkembang perlahan hingga bertahun-tahun. Namun, yang paling umum, gejala glaukoma sudut terbuka adalah:

    • Bintik hitam di sisi pinggir mata
    • Penglihatan tampak seperti teropong

    Bintik-bintik hitam di sisi pinggir mata akan mulai muncul sebagai gejala awal glaukoma sudut terbuka. Ini menandakan bahwa saraf di belakang mata telah mengalami kerusakan sedikit demi sedikit, mulai dari yang paling pinggir.

    Gejala tersebut seringnya tidak disadari oleh si empunya tubuh sampai kemunculannya benar-benar sudah parah di kemudian hari. Saat sudah berada pada tahap lanjut, barulah penglihatan Anda akan tampak seperti teropong, atau disebut tunnel vision.

    Tunnel vision

    (sumber: theophthalmologist.com)

    2. Gejala glaukoma sudut tertutup

    Beberapa gejala glaukoma sudut tertutup yang terjadi di awal perkembangan penyakitnya adalah penglihatan kabur, muncul lingkaran-lingkaran putih dan menyilaukan pada pandangan, sakit kepala ringan, atau mata yang terasa sedikit nyeri.

    Ketika gejala-gejala tersebut terjadi, sebaiknya segera bersiap konsultasi ke dokter mata. Sebab, selanjutnya akan terjadi serangan sudut tertutup, yang akan memunculkan gejala:

    • nyeri yang hebat di mata atau dahi
    • mata merah
    • penurunan penglihatan atau pengelihatan kabur
    • melihat pelangi atau lingkaran cahaya
    • sakit kepala
    • mual dan muntah

    Jika gejala serangan ini terjadi, Anda harus segera ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

    3. Gejala glaukoma kongenital

    Glaukoma kongenital atau pediatrik adalah kondisi langka yang ditemukan pada bayi dan anak-anak. Biasanya, kondisi ini terdeteksi pada tahun pertama usia anak.

    Serupa dengan glaukoma pada umumnya, kondisi ini juga terjadi akibat perkembangan sistem drainase (pembuangan cairan) pada mata yang tidak sempurna, sehingga mengakibatkan tingginya tekanan pada mata.

    Sebagai orangtua, Anda bisa menyadari ciri-ciri dan gejala glaukoma kongenital pada anak Anda, seperti:

    Apa saja jenis pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi glaukoma?

    hipermetropi atau rabun dekat

    Jika Anda sudah mulai merasakan tanda-tanda dan gejala di atas, segera periksakan diri ke klinik atau rumah sakit terdekat. Dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan apakah benar gejala-gejala yang Anda alami merupakan glaukoma.

    Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan Anda, serta melakukan pemeriksaan pada mata Anda terlebih dahulu. Setelah itu, Anda akan diminta menjalani tes mata tambahan, seperti:

    • Gonioskopi, untuk memeriksa kondisi sudut drainase pada mata
    • Tonometri, untuk mengukur tekanan pada mata Anda
    • Pemeriksaan lapang pandang, untuk mengetahui mana bagian mata yang mulai mengalami penurunan penglihatan
    • Pemeriksaan ketebalan kornea mata

    Selain mendiagnosis apakah Anda mengidap glaukoma atau tidak, hasil pemeriksaan tersebut juga dapat menentukan apa jenis pengobatan glaukoma yang sesuai dengan kondisi Anda. Tergantung dari hasil pemeriksaan, dokter mungkin akan meresepkan obat tetes, obat minum, atau merekomendasikan laser dan prosedur bedah mata.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Rr. Bamandhita Rahma Setiaji · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan