backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Ketahui Graft versus Host Disease (GvHD), dari Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/05/2022

    Ketahui Graft versus Host Disease (GvHD), dari Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan

    Prosedur medis diharapkan dapat membantu mengatasi masalah medis yang Anda miliki. Meski begitu, prosedur medis yang Anda jalani pun terkadang menimbulkan risiko kesehatan tertentu. Salah satu risikonya adalah graft versus host disease (GvHD).

    Apa itu graft versus host disease?

    Graft versus host disease (GvHD) adalah komplikasi yang dapat terjadi setelah prosedur transplantasi organ atau jaringan dari pendonor.

    Salah satu yang sering terjadi GvHD, yaitu setelah prosedur transplantasi sumsum tulang menggunakan sel donor atau disebut transplantasi alogenik.

    Transplantasi sumsum tulang itu sendiri merupakan prosedur medis untuk mengganti sel punca (sel induk) atau sumsum tulang yang rusak dengan yang baru.

    Sumsum tulang baru bisa berasal dari donor (orang lain) maupun tubuh penderitanya sendiri.

    Prosedur medis ini merupakan bagian dari pengobatan kanker darah atau penyakit kelainan darah tertentu.

    Pada penderita GvHD, sel yang disumbangkan oleh pendonor memandang tubuh penerima sebagai benda asing.

    Akibatnya, sel yang disumbangkan justru menyerang tubuh penerima dan merusaknya.

    Adapun graft versus host disease bisa merupakan kondisi medis ringan, tetapi juga bisa sedang atau berat.

    Bahkan, dalam beberapa kasus, GvHD bisa mengancam nyawa.

    Jenis dan gejala graft versus host disease

    Secara umum, ada dua jenis GvHD yang bisa terjadi.

    Masing-masing jenis memengaruhi organ dan jaringan yang berbeda serta menimbulkan tanda dan gejala yang berbeda pula.

    Adapun penderitanya bisa mengalami salah satu dari jenis ini atau keduanya.

    Lebih lanjut, berikut adalah jenis-jenis GvHD yang dimaksud beserta dengan gejalanya yang mungkin timbul.

    1. GvHD akut

    Graft versus host disease akut biasanya berkembang pada 100 hari pertama atau lebih (paling lambat 6 bulan) setelah transplantasi.

    Jenis ini umumnya memengaruhi sistem kekebalan tubuh, kulit, hati, dan saluran pencernaan atau usus.

    Sementara itu, gejala GvHD akut yang muncul umumnya seperti di bawah ini.

    • Kram atau sakit perut, mual, muntah, diare, dan hilang nafsu makan.
    • Ruam, kemerahan, dan gatal pada kulit.
    • Jaundice atau penyakit kuning (kulit atau mata menguning) yang merupakan tanda GvHD telah memengaruhi hati.

    2. GvHD kronis

    GvHD kronis biasanya dimulai lebih dari 3 bulan atau hingga beberapa tahun setelah transplantasi.

    Kondisi ini dapat berlangsung seumur hidup.

    Jenis ini melibatkan satu atau beberapa organ tubuh serta sering menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan dan kematian setelah transplantasi alogenik.

    Adapun gejala yang timbul tergantung pada organ atau jaringan tubuh yang terpengaruh.

    Namun, secara umum, berikut adalah gejala-gejala graft versus host disease yang bisa terjadi.

    • Mata kering dan sensasi seperti terbakar atau perubahan penglihatan.
    • Mulut kering, ada bercak putih di dalam mulut, dan sensitif terhadap rasa pedas.
    • Kelelahan, otot melemah, atau nyeri kronis.
    • Sendi terasa nyeri atau kaku.
    • Ruam dengan area kulit yang terangkat, kulit berubah warna, atau kulit mengencang dan menebal.
    • Sesak napas, yang merupakan tanda GvHD memengaruhi paru-paru.
    • Vagina kering atau nyeri saat berhubungan intim.
    • Penurunan berat badan, sulit menelan, atau nyeri saat menelan.
    • Rambut rapuh dan beruban lebih dini.
    • Perut membengkak atau kulit dan/atau mata menguning.
    • Nyeri dada, yang terjadi karena perikarditis atau pembengkakan pada selaput yang mengelilingi jantung.
    • Sitopenia, yaitu penurunan jumlah sel darah yang matang.
    • Kerusakan kelenjar keringat.

    Sementara itu, Cleveland Clinic menyebut, pasien dengan graft versus host disease akut dan kronis lebih berisiko terhadap infeksi.

    Oleh karena itu, perhatikan pula tanda-tanda infeksi yang mungkin terjadi setelah Anda menjalani transplantasi, seperti demam hingga 38° Celsius atau lebih. 

    Apa penyebab graft versus host disease?

    Transfusi Darah

    Penyebab graft versus host disease adalah sel donor yang mengidentifikasi jaringan tubuh penerima sebagai benda asing.

    Hal ini kemudian menyebabkan sel donor menyerang dan merusak jaringan tubuh Anda sehingga menimbulkan berbagai gejala dan masalah kesehatan.

    Adapun hal ini bisa terjadi pada pasien setelah menjalani prosedur transplantasi, terutama transplantasi sumsum tulang.

    Pada kasus yang jarang, graft versus host disease juga bisa terjadi setelah menjalani prosedur transplantasi hati atau transplantasi ginjal.

    Lalu, mengapa hal tersebut bisa terjadi?

    Pada kasus transplantasi sumsum tulang, GvHD umumnya terjadi bila Anda menerima sel punca/sumsum tulang dari donor dengan human leukocyte antigen (HLA) yang tidak cocok dengan Anda.

    Perlu Anda ketahui, sebelum menjalani transplantasi sumsum tulang, Anda dan pendonor perlu menjalani tes darah (yang disebut tissue type test) untuk memeriksa seberapa cocok HLA Anda dan pendonor.

    Jika Anda dan pendonor memiliki HLA yang sangat mirip, kemungkinan terjadi GvHD sangat rendah.

    Sementara bila banyak perbedaan antara HLA Anda dan pendonor, risiko kemungkinan GvHD akan menjadi besar.

    Umumnya, risiko GvHD lebih besar bila Anda menerima sel donor dari orang lain yang tidak memiliki hubungan darah atau keluarga.

    MedlinePlus menyebut, risiko GvHD tersebut bisa mencapai sekitar 60-80%.

    Meski begitu, pendonor dari ikatan keluarga pun tetap berisiko pada GvHD bila HLA tidak memiliki kecocokan.

    Risikonya mencapai 35-45% jika mendapat sel donor dari orang lain yang masih satu keluarga dengan Anda.

    Selain itu, risiko graft versus host disease ini pun umumnya meningkat pada pasien dengan kondisi berikut.

    • Pasien atau pendonor berusia lanjut.
    • Pasien dan pendonor berbeda jenis kelamin, terutama bila pasien pria mendapat donor dari wanita yang pernah hamil.
    • Mendapat sel punca atau sumsum tulang yang mengandung jumlah sel T (jenis sel darah putih) yang tinggi.
    • Pernah mengalami GvHD akut (risiko untuk GvHD kronis).
    • Pendonor terinfeksi virus cytomegalovirus.

    Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit ini?

    Untuk mendiagnosis graft versus host disease, dokter akan menanyakan gejala serta melakukan pemeriksaan fisik.

    Setelah itu, dokter mungkin melakukan beberapa tes pemeriksaan di bawah ini untuk memastikannya.

    Bagaimana cara mengobati graft versus host disease?

    Infeksi silang dari infus

    Pengobatan utama yang diberikan untuk mengatasi GvHD adalah obat imunosupresan atau penekan sistem imun.

    Umumnya, ini berupa obat kortikosteroid, seperti prednisone atau methylprednisolone.

    Bila obat di atas tidak cukup untuk mengatasi kondisi ini, dokter mungkin akan meresepkan obat lainnya, seperti ibrutinib, ruxolitinib, atau belumosudil.

    Selain obat yang utama, Anda juga mungkin akan mendapat obat atau pengobatan tertentu untuk mengatasi gejala.

    Pengobatan yang akan Anda dapatkan tergantung pada gejala yang Anda alami, seperti di bawah ini.

    • Steroid topikal untuk mengatasi gejala pada kulit yang ringan.
    • Obat tetes mata imunosupresif untuk mengatasi gejala pada mata.
    • Obat-obatan untuk mengobati diare atau masalah pencernaan lain.
    • Terapi fisik untuk mengatasi masalah otot dan sendi.
    • Obat untuk mengatasi mulut kering.
    • Photopheresis atau extracorporeal photochemotherapy (ECP), yaitu sejenis perawatan penyaringan darah.
    • Diuretik untuk mengatasi penumpukan cairan pada tubuh.

    Setiap pasien bisa mendapat jenis pengobatan yang berbeda, konsultasikan dengan dokter untuk jenis pengobatan yang tepat.

    Bisakah mencegah graft versus host disease?

    Melakukan tissue type test sangat penting untuk dapat mencari tahu kecocokan HLA Anda dan pendonor untuk mencegah terjadinya GvHD setelah transplantasi sumsum tulang.

    Adapun tingkat kecocokan HLA lebih tinggi pada orang yang masih memiliki hubungan keluarga.

    Oleh karena itu, mendapat donor transplantasi sumsum tulang dari orang yang memiliki hubungan keluarga bisa membantu mengurangi risiko terjadinya GvHD.

    Selain itu, dokter mungkin akan memberi Anda obat imunosupresan tertentu setelah transplantasi dilakukan.

    Obat-obatan ini dapat menurunkan kemampuan sel donor untuk memberi respons imun terhadap jaringan tubuh Anda sendiri.

    Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan obat-obatan tersebut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 06/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan