Stress adalah hal yang lumrah terjadi pada setiap orang, termasuk ibu hamil. Namun bagaimana jika stress yang dialami oleh ibu hamil malah membahayakan janin yang dikandungnya?
Stress merupakan penyakit yang ‘diam-diam’. Disebut demikian karena tidak banyak yang tahu jika stress dapat menyebabkan berbagai hal buruk bagi tubuh, termasuk pada perkembangan janin. Stress pada ibu hamil, tidak hanya meningkatkan risiko kelahiran prematur, namun juga berpengaruh pada kesehatan anak setelah dilahirkan.
Ahli ginekologi mengatakan bahwa bayi yang dilahirkan merupakan ‘cetakan’ dari gen dan DNA orangtuanya. Oleh karena itu stress yang dialami ibu, dapat menyebabkan ‘sindrom stress’ juga pada janin yang dikandungnya. Ketika ibu hamil mengalami stress, maka berbagai fungsi fisiologis tubuhnya akan berubah, termasuk perubahan kadar hormon. Berbagai perubahan fisioligis inilah yang mempengaruhi kesehatan janin. Lalu apa saja dampak dari ibu hamil yang mengalami stress?
1. Kelahiran prematur
Ketika tubuh merasa tertekan dan stress, tubuh dengan otomatis akan mengeluarkan hormon stress, yaitu kortisol. Kortisol juga akan meningkat ketika ibu hamil mengalami stress. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perubahan fungsi tubuh ibu akan mempengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang janin. Begitu pun ketika kortisol dalam tubuh ibu meningkat. Peningkatan kortisol akan memicu keluarnya hormon lain dalam tubuh, yaitu hormon corticotropin-releasing (CRH). Hormon tersebut mempunyai tanggung jawab untuk mengatur durasi kehamilan dan pematangan janin. Biasanya, hormon CRH dikeluarkan oleh tubuh ketika janin sudah ‘matang’ dan sudah siap untuk dilahirkan. Sedangkan pada ibu hamil yang stress, akibat kadar kortisol tinggi, hormon CRH pun dikeluarkan oleh tubuh sehingga tubuh mengartikan bahwa janin telah siap untuk dilahirkan dan hal inilah yang menyebabkan potensi kelahiran prematur pada ibu hamil yang stress.
2. Perkembangan dan pertumbuhan janin terhambat
Kecemasan dan stress yang dialami oleh ibu hamil memicu timbulnya hormon epinefrin dan norepineprine yang bertugas dalam mengatur mood. Pelepasan hormon tersebut berdampak buruk bagi janin karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga oksigen dan asupan tidak sampai dengan baik ke janin. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin terganggu dan tidak maksimal.
3. Infeksi pada janin
Tubuh yang stress akan merangsang munculnya hormon kortisol. Jika hormon ini meningkat dan tidak dapat dikontrol tubuh, maka akan mempengaruhi sistem imunitas ibu. Sebuah penelitian menyatakan bahwa ibu hamil yang mengalami stress dan kadar kortisolnya tidak normal dalam tubuh, mudah terkena bacterial vaginosis. Bakteri ini juga dapat menginfeksi janin. Kortisol juga memainkan peran untuk mengontrol sistem kekebalan tubuh, saat kortisol yang ada di dalam tubuh terlalu banyak atau sedikit, hal ini membuat tubuh sangat mudah terkena penyakit infeksi. Ibu hamil jadi rentan terkena berbagai penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuhnya terganggu dan tentu saja akan mengganggu kesehatan janin yang sedang dikandungnya. Infeksi yang terjadi pada janin, menyebabkan risiko kelahiran prematur. Selain itu, diketahui bahwa kadar kortisol yang abnormal dapat mempengaruhi perkembangan otak dan paru-paru pada anak.
4. Berat badan lahir rendah
Stress sangat erat hubungannya dengan tekanan darah tinggi. Pada ibu hamil pun, jika mengalami stress bukan tidak mungkin ia mengalami hipertensi. Sebuah penelitian yang melibatkan sebanyak 10ribu ibu hamil yang dilakukan oleh Avon Longitudinal Study of Parents and Children menunjukkan bahwa ibu yang sedang mengandung dan mengalami depresi, sebagian besar melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah. Anak yang berat badan lahirnya rendah berisiko memiliki fungsi kognitif kurang, perkembangan otak dan mental lambat, serta berisiko mengalami penyakit degeneratif seperti diabetes melitus dan penyakit jantung koroner ketika dewasa.
5. Mempengaruhi makanan untuk janin
Orang yang mengalami stress, cenderung memiliki pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. Bisa saja ketika ia stress, ia jadi kurang makan atau malah kelebihan makan, namun kelebihan makan makanan yang tinggi gula, tinggi lemak dan tinggi protein. Tentu saja, makanan yang ibu makan ketika hamil akan mempengaruhi kesehatan janin. Selain itu, konsumsi makanan tinggi kalori dan lemak saat hamil mengakibatkan ibu mengalami overweight. Ibu yang mengalami overweight saat hamil berisiko melahirkan bayi dengan ukuran besar. Hal ini akan membuat anak tersebut sangat berisiko mengalami overweight dan obesitas ketika remaja dan mengalami berbagai penyakit degeneratif saat dewasa.
BACA JUGA:
- Jarak Kehamilan Terlalu Dekat Berisiko Bagi Ibu dan Bayi
- 7 Mitos yang Salah Seputar Kehamilan
- Keuntungan dan Risiko Kehamilan Berdasarkan Usia Saat Hamil
Kalkulator Hari Perkiraan Lahir
Kalkulator ini dapat memperkirakan kapan hari persalinan Anda.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.