Kebanyakan orang akan pulih dengan cepat setelah terinfeksi COVID-19. Namun, sekitar 40% penderitanya bisa mengalami efek hingga berminggu-minggu atau berbulan-bulan yang kemudian lebih dikenal dengan istilah long COVID. Adapun dari angka tersebut, anak-anak termasuk di dalamnya. Bagaimana long COVID yang terjadi pada anak?
Apa itu long COVID pada anak?
Seiring perkembangan kasusnya, berbagai istilah terkait infeksi COVID-19 terus berkembang.
Sekarang ada istilah long COVID atau yang memiliki istilah lain long-haul COVID, post COVID-19 syndrome, post-acute COVID-19, atau Post Acute Sequelae Syndrome of SARS-CoV-2 (PASC).
Bukan sekadar nama, definisi dari istilah ini pun terus berkembang. Ini termasuk long COVID yang terjadi pada anak.
Melansir laman UK Research and Innovation, definisi long COVID pada anak adalah suatu kondisi di mana seorang anak atau remaja memiliki gejala (salah satunya gejala fisik) dengan ciri-ciri sebagai berikut.
- Berlanjut atau berkembang setelah anak terdiagnosis positif COVID-19 (yang terbukti melalui satu atau lebih tes untuk COVID-19).
- Memengaruhi kesejahteraan fisik, mental, atau sosial anak.
- Mengganggu beberapa aspek kehidupan sehari-hari, seperti sekolah, pekerjaan, rumah, atau hubungan.
- Bertahan selama minimal 12 minggu setelah tes awal untuk COVID-19 (bahkan jika gejala telah meningkat dan berkurang selama periode itu).
Kondisi ini bisa terjadi pada siapa pun, termasuk pada anak yang tidak memiliki gejala saat terinfeksi COVID-19.
Bahkan, beberapa dari anak tidak mengetahui jika dirinya terinfeksi COVID-19 hingga gejala long COVID ini muncul.
Adapun tingkat keparahan gejala yang muncul beragam pada tiap anak.
Beberapa anak bisa mengalami gejala yang ringan, tetapi sebagian lainnya mengalami masalah fisik, saraf, dan mental yang berkepanjangan.
Bahkan, Yale Medicine menyebut, beberapa anak telah didiagnosis dengan Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) atau sindrom peradangan multisistem.
Sindrom peradangan multisistem adalah suatu kondisi langka dan serius yang memengaruhi banyak organ.
Bagaimana gejala long COVID pada anak?
Gejala long COVID pada anak bisa berbeda dengan orang dewasa. Namun, tidak ada gejala khas yang menonjol pada anak penderita kondisi medis ini.
Secara umum, berikut adalah beberapa gejala long COVID yang mungkin terjadi pada anak.
- Kelelahan, penurunan kondisi fisik, atau daya tahan tubuh anak yang buruk.
- Brain fog atau kondisi ketika anak sulit berpikir dan konsentrasi.
- Batuk pada anak.
- Sulit bernapas atau sesak napas pada anak, terutama setelah anak berolahraga.
- Anak nyeri sendi, otot, atau tulang.
- Nyeri dada.
- Sakit perut pada anak.
- Anak sakit kepala.
- Demam pada anak.
- Jantung berdebar atau palpitasi jantung.
- Kehilangan atau perubahan pada penciuman atau rasa (anosmia).
- Anak merasa pusing, terutama saat berdiri.
- Sakit tenggorokan.
- Anak sulit tidur.
- Kecemasan pada anak.
- Suasana hati anak yang buruk.
Tidak semua anak akan mengalami gejala di atas. Lamanya gejala muncul pun bisa berbeda pada setiap anak, ada yang beberapa minggu atau hingga berbulan-bulan.
American Academy of Pediatric (AAP) menyebut, gejala spesifik long COVID yang anak alami umumnya bergantung pada seberapa parah infeksi COVID-19 mereka.
Misalnya, anak yang berada di unit perawatan intensif (ICU) dengan ventilator biasanya akan mengalami kelelahan, otot terasa lemah, detak jantung yang cepat, dan brain fog.
Adapun gejala tersebut merupakan efek umum pada orang yang baru dirawat di ICU.
Di sisi lain, pada kasus yang sangat jarang, otak, jantung, ginjal, dan hati anak bisa terpengaruh setelah terinfeksi COVID-19.
Bila tak mendapat perawatan yang tepat, organ-organ tersebut bisa mengalami kerusakan yang serius.