Melalui tayangan-tayangan di televisi, kerap kita menyaksikan adegan seseorang menyedot area luka bekas gigitan ular sebagai pertolongan pertama. Tampak sangat heroik bukan? Tetapi secara medis, cara penanganan gigitan ular seperti itu sebenarnya salah. Apa saja kesalahan dalam pertolongan korban gigitan ular? Ini penjelasannya.
Mitos pertolongan pertama pada gigitan ular
Terdapat sejumlah kesalahan pertolongan pertama pada gigitan ular yang terlanjur tertanam dalam pikiran banyak orang Indonesia seperti contoh di atas. Adegan-adegan menyedot bisa ular, menyayat bagian luka gigitan ular, dan sebagainya tampil dalam berbagai media. Meski dalam bentuk kisah fiksi, kesalahan tersebut sedikit banyak dipercaya dan diyakini sebagai cara yang benar dalam menangani gigitan ular.
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa cara pertolongan pertama dalam mengobati gigitan ular tersebut, yang mungkin dipercaya selama puluhan tahun, adalah salah. Bukti medis menunjukkan bahwa menyayat luka gigitan ataupun menyedot darah dari luka gigitan ular tidaklah membantu korban untuk sembuh.
Cara tersebut justru bisa berisiko dan membahayakan korban. Selain memperlambat korban mendapat penanganan medis yang tepat, menyedot atau menyayat luka gigitan ular juga berpotensi mencemari luka hingga merusak saraf dan pembuluh darah.
Sebetulnya sudah ratusan tahun para ahli di seluruh dunia meneliti bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada gigitan ular yang benar. Tapi di Indonesia, masalah gigitan ular bukan menjadi fokus pemerintah. Imbasnya, pengetahuan terkait hal tersebut juga terlambat diketahui.
Riset mengenai pertolongan pertama pada gigitan ular sudah dipublikasi sekitar 50 tahun lalu. Dari riset tersebut diketahui bahwa bisa atau racun ular itu tidak menyebar melalui pembuluh darah tetapi melalui kelenjar getah bening. Jadi penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh itu bukan melalui hematogen (melalui darah) tapi limfogen (kelenjar getah bening).
Artinya, semua cara seperti mengisap, membuat sayatan dan mengeluarkan darahnya, atau mengikat area luka itu salah semua. Kelenjar getah bening memiliki ciri khas di mana hanya bisa menyebarluaskan bisa ular jika ada kontraksi pada otot-otot. Saat otot-otot ini bergerak maka akan terjadi pemompaan cairan getah bening untuk menyebar ke seluruh tubuh.
Penelitian ini dijadikan buku oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) di tahun 2010. Tetapi Indonesia baru memulainya di tahun 2012. Hingga kini masih banyak orang yang percaya dan melakukan kesalahan dalam menangani korban gigitan ular.
Bagaimana penanganan pada gigitan ular yang benar?
Pertolongan pertama pada gigitan ular berbisa adalah dengan membuat imobilisasi di tempat gigitan. Misalnya bagian yang tergigit adalah tangan kanan, maka tangan itu dibuat agar tidak bergerak untuk mencegah terjadinya pemompaan cairan dari kelenjar getah bening.
Kedua, segera membawanya ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Tidak perlu harus mencari rumah sakit yang memiliki anti venom atau anti bisa ular. Karena kalau pertolongan pertama dilakukan dengan benar, maka bisa teratasi di fase paling dini dan hanya membutuhkan analgesik.
Jika pertolongan pertama tidak dilakukan dengan benar atau malah menggunakan cara-cara seperti dalam adegan film dan kesalahan lain, maka risiko penyebaran bisa ular ke seluruh tubuh akan semakin besar. Korban bisa masuk ke fase sistemik saat racun ular menyebar ke seluruh tubuh dan membuat kerusakan organ. Pada fase ini, penanganannya membutuhkan anti bisa ular.
Mengeliminasi kesalahan penanganan pada racun atau bisa ular
Prioritas kita saat ini adalah mengubah mistis dan kesalahan menjadi medis. Selama ini cara-cara itu masih dilakukan banyak orang dengan alasan cara ini telah dipercaya sejak nenek moyang.
Semua pengajaran-pengajaran yang salah tentang penanganan gigitan ular seharusnya tidak ditayangkan di media apapun di Indonesia. Karena apa yang mereka tampilkan akan berdampak buruk pada masyarakat yang tidak tahu dan mempercayai apa yang mereka tayangkan benar, padahal salah semua.
Jadi di sinilah perjuangannya, untuk mengeliminasi mitos dan cara-cara tradisional yang tidak ada evidence base atau tidak terbukti secara ilmiahnya.
[embed-health-tool-bmi]