backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Apa Bedanya Diet Ketogenik dan Diet Ketofastosis?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 16/06/2021

    Apa Bedanya Diet Ketogenik dan Diet Ketofastosis?

    Diet adalah salah satu cara yang dilakukan banyak orang untuk menurunkan berat badan. Mungkin Anda sudah akrab dengan diet keto, tapi sekarang muncul lagi diet baru bernama ketofastosis. Lantas, apa beda diet ketogenik dan diet ketofastosis?

    Beda diet ketogenik dan diet ketofastosis

    tidak boleh diet keto

    Diet ketogenik merupakan istilah yang digunakan untuk pola makan dengan kandungan karbohidrat yang sangat rendah tapi tinggi lemak.

    Pola makan ketogenik menekankan asupan tinggi lemak, protein yang sedang, dan rendah karbohidrat. Potensi asupan gizi harian yang didapat yaitu 70% – 75% dari lemak, 20% dari protein, dan 5% dari karbohidrat.

    Dengan menjalani pola makan ini, diharapkan bisa memasuki fase ketosis lebih cepat. Pada fase ini, tubuh yang kekurangan karbohidrat akan membakar lemak sebagai pengganti untuk dijadikan sumber energi.

    Aturan makan pada diet ketofastosis sebetulnya sama dengan pola makan ketogenik. Hanya saja, jika dalam ketogenik tidak ada aturan jendela makan, ketofastosis menganjurkan penggiatnya untuk berpuasa.

    Nama ketofastosis sendiri yaitu gabungan antara ketogenik dan fastosis. Yang dimaksud dengan fastosis adalah fasting on ketosis yang berarti puasa dalam keadaan ketosis.

    Lama puasa biasanya berkisar antara 6 – 12 jam. Tidak sedikit pula yang melakukan puasa lebih lama, tergantung kemampuan tubuh masing-masing individu.

    Sebenarnya, fastosis merupakan usaha mengembalikan pola hidup manusia sebenarnya, yang akan menghasilkan pola makan yang diperlukan untuk mempertahankan kondisi metabolisme lemak yang optimal.

    Apa saja efek diet ketogenik dan diet ketofastosis?

    efek samping diet keto

    Meski terdengar sempurna, pakar nutrisi memperingatkan berbagai efek samping dari diet ketogenik. Pertama, dibutuhkan waktu 2 – 4 minggu untuk tubuh menyesuaikan diri dengan pola makan ini dan masuk fase ketosis.

    Kedua, jika tubuh tidak memasuki fase ketosis dan Anda tidak memiliki cukup karbohidrat sebagai bahan bakar, efek buruknya yaitu Anda malah akan menumpuk lemak di tubuh.

    Konsumsi lemak yang berlebihan juga akan memberikan efek samping bagi tubuh seperti peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida. Apalagi jika sumbernya berasal dari lemak trans dan lemak jenuh yang ditemukan dalam makanan yang digoreng.

    Berbeda lagi dengan orang yang menjalani diet ketofastosis. Umumnya, mereka yang melakukan pola makan ini akan mengalami “healing crisis’ atau sekumpulan gejala yang terjadi saat seseorang mengubah sistem metabolisme tubuh.

    Mengubah metabolisme tubuh berdampak pada pergantian sel tubuh untuk menyesuaikan dengan cara kerja baru. Karena diet ketofastosis melibatkan perubahan jam makan, Anda mungkin akan merasakan efek kelelahan saat hari-hari pertama.

    Gejala lain yang juga bisa muncul yakni timbulnya jenis jerawat yang parah akibat mengonsumsi lemak berlebih, gatal pada kulit, kulit kering, masalah ketombe, hingga mual dan muntah.

    Lamanya kondisi ini berbeda-beda pada setiap orang. Ada yang mengalami penyesuaian dengan cepat, ada juga yang lebih lama.

    Tidak seperti metode diet lain, ketofastosis butuh komitmen dan niat dari orang yang akan menjalaninya. Pasalnya, diet ini mengubah total kebiasaan pola makan seseorang. Jika Anda bolak-balik melakuan diet ini, metabolisme tubuh pun akan rusak.

    Mana yang lebih baik?

    diet vegetarian menurunkan risiko stroke

    Seperti diketahui, untuk mendapatkan metabolisme tubuh yang sehat, tubuh memerlukan gizi yang seimbang. Salah satu gizi penting tubuh yaitu karbohidrat.

    Jika sembarangan membatasi asupan karbohidrat, Anda mungkin akan mengalami gejala kekurangan karbohidrat. Di antaranya yaitu rasa lapar terus-menerus dan pusing. Anda juga berisiko menjadi lemas dan mudah mengantuk.

    Untuk mencegahnya, Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu kepada ahli diet (dietisien) sebelum melakukan diet ini.

    Diet ketogenik dan diet ketofastosis lebih cocok dijalani oleh orang yang memiliki riwayat kesehatan normal dan punya hasil medical check up yang bagus, terutama kadar gula darah dan kadar kolesterol.

    Selain itu, sebelum Anda memulai pola makan ini, galilah banyak informasi dan cari tahu bagaimana diet ini akan mengubah tubuh Anda. Selain itu, persiapkan diri Anda apakah benar-benar berubah secara drastis.

    Tidak ada cara cepat untuk menurunkan berat badan dengan sehat. Namun idealnya, menerapkan gaya hidup sehat dengan memperhatikan asupan gizi seimbang dan rutin melakukan aktivitas fisik akan membantu Anda berat badan secara sehat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Risky Candra Swari · Tanggal diperbarui 16/06/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan