backup og meta

Obat-obatan yang Bisa Digunakan untuk Mengatasi Penyakit Prostat

Obat-obatan yang Bisa Digunakan untuk Mengatasi Penyakit Prostat

Penyakit prostat dapat menyebabkan rasa tidak nyaman selama beraktivitas seperti sering buang air kecil, urine yang tidak keluar, aliran urine yang lemah, dan nyeri saat buang air kecil atau setelah ejakulasi. Agar tidak terus mengganggu kegiatan sehari-hari, Anda harus segera melakukan pengobatan untuk mengatasi kondisi tersebut. Lantas, apa saja obat-obatan yang bisa diminum untuk meringankan gejala penyakit prostat?

Jenis obat prostat yang sering diresepkan dokter

Obat batuk antibiotik

Jika gejala tidak parah, dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan teratur untuk beberapa saat sebelum memutuskan Anda harus menjalankan perawatan medis.

Bentuk paling umum dari perawatan medis guna mengobati masalah prostat melibatkan obat antibiotik, alpha blockers, dan 5-alpha reductase inhibitors.

1. Obat antibiotik

Obat antibiotik akan diberikan oleh dokter ketika pasien menderita penyakit prostatitis bakterial. Obat antibiotik bertujuan untuk membunuh bakteri-bakteri yang menyerang prostat.

Beberapa jenis obat antibiotik yang mungkin akan digunakan adalah trimetoprim-sulfametoksazol, doksisiklin, siprofloksasin, norfloksasin, dan ofloxin.

Pasien harus mengikuti pengobatan ini selama beberapa minggu. Jika prostatitis yang diderita merupakan jenis kambuhan, pengobatan dengan antibiotik bisa berlangsung sampai enam bulan lamanya.

2. Obat alpha-blocker

Sebenarnya, alpha-blocker lebih umum digunakan sebagai obat untuk penyakit hipertensi. Alpha-blocker bantu mengurangi tekanan darah dengan mencegah hormon norepinefrin dari pengencangan otot-otot di dinding arteri dan vena.

Hormon norepinefrin adalah hormon alami yang dapat menambah tingkatan tekanan darah dengan cara mempersempit pembuluh darah. Dengan ini, pembuluh darah akan tetap terbuka dan membuat aliran darah lancar.

Dikarenakan alpha-blocker juga melemaskan otot-otot lain di seluruh tubuh, obat jenis ini juga dapat membantu melancarkan aliran urine pada pasien yang mengalami penyakit prostat. Berikut adalah jenis-jenis yang kerap diresepkan dokter.

Tamsulosin

Tamsulosin adalah obat penyakit prostat jenis alpha-blocker yang dapat melemaskan otot-otot di prostat dan leher kandung kemih. Itu memudahkan Anda untuk buang air kecil dan membantu meringankan gejala pembesaran prostat lainnya, seperti aliran urine yang lemah dan menekan desakan untuk bolak-balik buang air kecil.

Dosis tamsulosin untuk obat prostat pada umumnya diawali dengan 0,4 mg satu kali sehari. Untuk pasien yang tidak memperlihatkan perbaikan gejala setelah meminum dosis 0,4 mg setelah 2 sampai 4 minggu, dosis obat dapat ditingkatkan menjadi 0,8 mg sekali sehari.

Beberapa efek samping tamsulosin biasanya ringan. Dokter Anda mungkin dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi efek samping ini, tetapi konsultasikan dengan dokter jika salah satu dari efek samping berikut berlanjut.

Doxazosin

Doxazosin juga obat yang sering diresepkan untuk mengobati penyakit prostat, terutama pembesaran prostat jinak (BPH). Serupa dengan tamsulosin, doxazosin dapat membantu mengendurkan otot-otot di sekitaran kandung kemih sehingga akan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien.

Tablet doxazosin bisa diminum sebelum atau sesudah makan sebanyak sehari sekali, di pagi atau malam hari. Dosisnya disesuaikan dengan kondisi pasien. Biasanya dokter akan memulai dengan dosis rendah yang nantinya akan ditingkatkan secara bertahap.

Selain penggunaannya yang tidak lebih dari dua minggu, meminum obat ini juga mesti sesuai dengan arahan dokter. Bila Anda ingin menghentikan pengobatannya, lebih baik segera konsultasikan terlebih dahulu.

Alfuzosin

Alfuzosin bekerja dengan mengendurkan otot prostat yang nantinya akan membuat aliran urine menjadi lebih lancar. Alfuzosin memiliki cara kerja long-acting, artinya obat ini memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengatasi gejala penyakit prostat, tapi efeknya bisa lebih bertahan lama.

Obat alfuzosin sebaiknya diminum setelah makan. Dosis yang dibutuhkan biasanya 10 mg dan diminum sekali sehari. Akan tetapi, dosis tersebut bisa berbeda-beda pada setiap pasien. Jangan hentikan pengobatan tanpa sepengetahuan dokter.

Obat ini mungkin bisa membuat Anda jadi pusing atau kurang waspada setelah meminumnya. Maka dari itu, sebaiknya tidak melakukan hal-hal yang membutuhkan tingkat konsentrasi tinggi seperti menyetir jika Anda mengonsumsi alfuzosin.

Silodosin

Silodosin juga kerap digunakan sebagai obat untuk mengatasi gejala nyeri saat urinasi yang dirasakan ketika terkena penyakit prostat. Silodosin umumnya berbentuk kapsul dan harus diminum setelah makan sebanyak sekali sehari.

Terkadang silodosin dikonsumsi bersamaan dengan makanan. Dosis per hari yang disarankan biasanya sebanyak 4-8 mg per hari, tetapi dosis akan disesuaikan dengan keadaan pasien.

Serupa dengan obat sebelumnya, silodosin bisa memberi efek pusing dan mengantuk sehingga Anda yang meminumnya disaraknkan untuk tidak melakukan kegiatan yang berbahaya dan membutuhkan konsentrasi penuh.

3. Obat 5-alpha reductase inhibitor

Obat ini biasanya diberikan sebagai bagian dari pengobatan penyakit BPH (pembesaran prostat jinak) yang berfungsi untuk menghalangi hormon yang dapat membuat prostat semakin membesar. Dua jenis obat yang sering diberikan adalah finasteride dan dutasteride.

Finasteride

Finasteride memblokir enzim bernama 5-alpha-reductase yang dapat mengubah testosteron menjadi hormon lain pemicu tumbuhnya prostat atau rambut rontok pada pria. Finasteride akan membantu meningkatkan kadar testosteron serta mengurangi ukuran prostat.

Efeknya, obat ini juga bisa meningkatkan pertumbuhan rambut di kepala. Sayangnya, efek ini hanya akan bertahan selama pengobatan saja. Ketika Anda berhenti mengonsumsi obatnya, rambut bisa rontok kembali.

Terkadang, finasteride juga dikombinasikan dengan obat alpha-blocker jenis doxazosin untuk mengobati pembesaran prostat besar (BPH). Dosis harus ditentukan oleh dokter, tapi yang dianjurkan biasanya sebanyak 5 mg dan diminum satu kali sehari.

Dutasteride

Dutasteride digunakan untuk mengobati pembesaran prostat, yang bekerja meningkatkan aliran urine dan juga meminimalisir kebutuhan Anda untuk operasi prostat di kemudian hari.

Obat ini mencegah proses pengubahan testosteron menjadi dihidrotestosteron (DHT) di dalam tubuh. DHT diketahui terlibat dalam pengembangan penyakit BPH.

Dosis yang dianjurkan dari Avodart adalah satu kapsul 0,5 mg yang diminum sekali sehari. Jika diresepkan dengan tamsulosin sebagai terapi gabungan, dustateride harus dikonsumsi satu kapsul 0,5 mg dan tamsulosin 0,4 mg yang masing-masing diminum sekali sehari.

Kapsul dutasteride harus ditelan utuh, tidak dikunyah atau dibuka, karena kontak dengan isi kapsul dapat menyebabkan iritasi tenggorokan. Dustateride dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan.

Beberapa efek samping dustateride mungkin tidak memerlukan perhatian medis. Selagi tubuh Anda terbiasa dengan obat, efek sampingnya bisa jadi menghilang. Jika salah satu dari efek samping seperti ejakulasi abnormal, hasrat dan performa seksual menurun, atau impotensi berlanjut, segeralah hubungi dokter.

Apakah nyeri prostat bisa diatasi dengan obat nyeri biasa?

obat prostat herbal

Memiliki masalah di sekitar daerah intim sering membuat banyak orang enggan untuk berkonsultasi ke dokter. Lantas, apakah ada obat prostat yang tersedia bebas di apotek?

Semakin banyak bukti yang bermunculan bahwa pembesaran prostat dipengaruhi oleh peradangan. Jika benar itu yang terjadi, penggunaan obat pereda nyeri secara teratur mungkin dapat membantu.

Obat pereda nyeri adalah kelompok obat-obatan yang membantu meringankan peradangan. Jenis yang paling umum adalah aspirin dan ibuprofen. Kedua obat ini sering digunakan untuk meredakan gejala arthritis dan mencegah penyakit jantung.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pria yang minum obat pereda nyeri secara teratur tak hanya bertindak sebagai obat prostat tapi sekaligus meningkatkan kesehatan prostat mereka. Namun, belum ada bukti kuat yang merekomendasikan obat pereda nyeri sebagai obat prostat.

Peneliti di Belanda justru menemukan bahwa risiko mengalami retensi urine akut (kesulitan buang air kecil yang parah) dua kali lipat lebih tinggi pada laki-laki yang mengonsumsi obat pereda nyeri sebagai obat prostat, daripada yang tidak mengonsumsi sama sekali.

Penelitian tersebut melaporkan bahwa pria yang baru mulai mengonsumsi obat pereda nyeri untuk masalah prostatnya berada pada risiko tertinggi untuk mengalami retensi urine. Lebih lanjut, obat pereda nyeri dapat memperparah karena pengaruhnya yang lebih terpusat pada kandung kemih dan bukan pada kelenjar prostat itu sendiri.

Jika Anda menyadari adanya peningkatan gejala masalah prostat saat mengonsumsi obat pereda nyeri, segera informasikan kepada dokter dan coba untuk mengurangi atau menghindari penggunaan obat tersebut untuk sementara waktu.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Enlarged prostate and over-the-counter drugs http://www.health.harvard.edu/press_releases/enlarged-prostate-and-over-the-counter-drugs accessed March 30 2017

Medications for Benign Prostatic Hyperplasia https://www.drugs.com/condition/benign-prostatic-hyperplasia.html?category_id=&include_rx=true&include_otc=true&only_generics=true&submitted=true accessed March 30 2017

Finasteride (Oral Route) Side Effects https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/finasteride-oral-route/side-effects/drg-20063819?p=1 Accessed July 8th 2020.

Silodosin (Oral Route) Side Effects https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/silodosin-oral-route/side-effects/drg-20072436?p=1 Accessed July 8th 2020.

Alfuzosin https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a604002.html Accessed July 8th 2020.

Doxazosin https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a693045.html Accessed July 8th 2020.

Alpha Blockers https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/high-blood-pressure/in-depth/alpha-blockers/art-20044214 Accessed July 8th 2020.

Prostatitis: What It Is, How to Cure It https://www.aafp.org/afp/2000/0515/p3025.html Accessed July 8th 2020.

Versi Terbaru

07/09/2022

Ditulis oleh Ajeng Quamila

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Memahami Prosedur Sistoskopi untuk Masalah Kandung Kemih

Berbagai Cara Mencegah Infeksi Saluran Kemih (ISK) Kembali Lagi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ajeng Quamila · Tanggal diperbarui 07/09/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan