Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Ureterokel (ureterocele) adalah kondisi cacat lahir di mana bagian bawah ureter yang dekat dengan kandung kemih membengkak seperti balon. Ureter adalah saluran tempat urine mengalir dari ginjal ke dalam kandung kemih. Ureterokel membuat lubang ureter mengecil sehingga akan menghambat aliran urine.
Berdasarkan posisinya, ureterokel terbagi menjadi jenis yang berbeda, yaitu intravesikal dan ekstravesikal. Ureterokel intravesikal adalah pembengkakan yang terletak di bagian dalam kandung kemih. Ini disebut juga dengan ureterokel ortotopik.
Sementara itu, pembengkakan pada ureterokel ekstravesikal muncul di bagian leher kandung kemih dan menyusup sampai saluran kemih uretra. Nama lainnya adalah ureterokel ektopik.
Ada pula jenis lainnya yang bernama cecoureterocele. Pada kondisi ini, pembengkakan terjadi di bawah leher kandung kemih dan mencapai dalam uretra, saluran tempat urine mengalir dari kandung kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Jenis ini termasuk yang jarang ditemui.
Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki. Keberadaannya paling sering terdeteksi saat seseorang berumur di bawah dua tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan ada orang dewasa yang juga memiliki ureterokel.
Ureterokel juga lebih umum menyerang orang-orang dengan ginjal dupleks. Ginjal dupleks adalah kondisi di mana salah satu bagian ginjal memiliki dua saluran ureter sekaligus, padahal normalnya setiap satu ginjal hanya memiliki satu saluran ureter.
Biasanya orang-orang dengan kondisi ini tidak menunjukkan gejala. Gejala baru muncul jika kondisi dibarengi dengan penyakit lain seperti infeksi saluran kemih. Jika ada gejala, hal-hal yang umumnya akan dirasakan pasien adalah:
Pada beberapa kasus, pasien juga bisa mengalami demam sebagai salah satu gejalanya.
Jika Anda atau anak Anda telah mengalami gejala di atas, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Penyumbatan urine yang tidak diatasi dapat memunculkan kemungkinan infeksi yang bisa merusak ginjal.
Penyebab pasti dari kondisi ini belum diketahui karena pada dasarnya ureterokel adalah cacat lahir. Penjelasan mengenai penyebab hanya untuk mengetahui bagaimana gejalanya bisa muncul.
Ginjal bekerja dengan menyaring dan membuang limbah serta kelebihan air dari darah untuk menghasilkan urine. Nantinya, urine akan mengalir dari ginjal melalui tabung kecil yang disebut ureter ke dalam kandung kemih.
Ketika seseorang buang air kecil, urine di kandung kemih pun dikeluarkan melalui uretra, yaitu saluran yang berada di bagian bawah kandung kemih.
Pada orang-orang yang memiliki ureterokel, urine tidak dapat mengalir dengan baik ke dalam kandung kemih karena ujung ureter yang membengkak. Alhasil, urine menumpuk dalam ureter dan dapat mengembangkan ukurannya jika jumlah urine sudah terlalu banyak.
Ureterokel juga menyebabkan urine jadi mengalir mundur dari kandung kemih ke ginjal, hal ini dinamakan sebagai refluks. Refluks inilah yang dapat memunculkan gejala seperti infeksi saluran kemih berupa demam, sakit saat buang air kecil, dan keinginan untuk terus-terusan buang air kecil.
Jika bengkaknya terdapat pada bagian bawah kandung kemih sampai uretra, hasilnya pasien akan kesulitan saat mengeluarkan urine.
Komplikasi yang bisa terjadi akibat ureterokel adalah pielonefritis (infeksi ginjal) dan kerusakan fungsi ginjal. Penyumbatan urine nantinya akan mengganggu ginjal yang sedang bekerja sehingga kemampuan ginjal untuk menyaring akan berkurang.
Selain itu, ureterokel juga bisa memicu penyakit infeksi saluran kemih yang bisa kambuh di kemudian hari.
Ureterokel dapat didiagnosis sebelum bayi lahir melalui prosedur ultrasonografi (USG). Prosedur ini juga dapat memperlihatkan adanya ureter atau ginjal yang bengkak. Meski demikian, umumnya kondisi ini baru terdiagnosis setelah lahir dan jika anak mengalami masalah yang berhubungan dengan urinasi.
Untuk melihat adanya komplikasi ISK, pasien akan diminta untuk melakukan tes urine. Selain itu, berikut berbagai tes lainnya yang mungkin juga akan dilakukan.
Tes VCUG adalah pemindaian sinar-X yang dilakukan untuk melihat seberapa baik kandung kemih bekerja. Nantinya, dokter akan memasukkan larutan khusus yang diinjeksikan melalui selang bernama kateter dari uretra ke dalam kandung kemih.
Setelah kandung kemih terisi, alat bernama fluoroskopi akan mengambil gambar dan memperlihatkan ada atau tidaknya ureterokel.
Prosedur ini dilakukan untuk melihat bagaimana ginjal berfungsi serta untuk mengetahui tingkat keparahan penyumbatan. Dokter menggunakan jalur intravena (IV) untuk menyuntikkan larutan khusus bernama isotop ke dalam pembuluh darah. Isotop berfungsi untuk memperjelas gambaran ginjal.
Pemindaian dilakukan ketika ureterokel telah ditemukan, sebagai pemeriksaan tambahan untuk memastikan adanya kerusakan pada ginjal yang diakibatkan oleh kondisi ini.
Ketika prosedur di atas belum menunjukkan hasil yang benar-benar jelas, dokter juga mungkin akan melakukan pemindaian MRI. Menggunakan kombinasi dari magnet, frekuensi radio, dan komputer, MRI akan memperlihatkan gambaran yang lebih detail dari ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Perawatan untuk mengobati ureterokel bisa berbeda-beda pada setiap orang. Prosedur perawatan yang dipilih tentu akan disesuaikan dengan usia dan kesehatan pasien. Selain itu, dokter juga akan melihat apakah pasien mengalami refluks dan apakah fungsi ginjal ikut terkena dampaknya.
Terkadang pada beberapa kasus, pasien juga memerlukan lebih dari satu prosedur. Berikut adalah berbagai pilihannya.
Jika ureterokel terdeteksi sebelum bayinya lahir, dokter mungkin akan memberikan obat antibiotik profilaksis berdosis rendah. Antibiotik digunakan untuk melawan bakteri. Obat antibiotik juga diberikan untuk pasien yang memiliki masalah refluks urine guna mencegah infeksi.
Selain minum antibiotik, operasi juga bisa dipilih sebagai jalan untuk mengatasi ureterokel terutama jika ukuran pembengkakannya lebih besar dan mengganggu kegiatan urinasi. Jenis operasinya meliputi:
Setelah melakukan prosedur operasi, pasien masih harus melakukan sejumlah perawatan guna memastikan bahwa kondisi pasien tetap baik.
Baik jika pasien menjalani endoskopi maupun pembedahan rekonstruktif, dokter mungkin akan merujuk pasien untuk melakukan USG ginjal untuk melihat jika ginjal telah berfungsi baik dan ureterokel benar-benar menghilang. Nantinya, pasien masih harus minum antibiotik untuk beberapa lama sesuai dengan anjuran dokter.
Kebanyakan pasien ureterokel terutama anak-anak dapat tumbuh dengan sehat dan normal tanpa memiliki masalah ginjal jangka panjang. Meski demikian, Anda tetap harus mengawasi setiap masalah yang mungkin dapat muncul di kemudian hari.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar