backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Cacar Api pada Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Cacar Api pada Anak

    Cacar api bisa dialami seseorang setelah sembuh cukup lama dari cacar air. Itulah kenapa sebagian besar penderitanya berusia di atas 60 tahun. Jika begitu, bisakah cacar api terjadi pada anak, termasuk bayi?

    Penyebab cacar api pada anak dan bayi

    Penyebab cacar api pada anak dan bayi

    Cacar api atau herpes-zoster adalah penyakit kulit akibat virus Varicella zoster (virus penyebab cacar air) yang kembali aktif menginfeksi tubuh.

    Jika sebagian besar (90%) penderita cacar air merupakan anak-anak, cacar api termasuk penyakit yang langka terjadi pada anak-anak.

    Pasca sembuh dari cacar air, virus varicella-zoster (VZV) tidak hilang melainkan menetap di antara sel-sel saraf kulit tanpa aktif bereplikasi (dorman).

    Namun, ketika virus penyebab cacar air ini kembali memperbanyak diri, ia tidak secara tiba-tiba bangun dari tidur panjangnya begitu saja.

    Mekanisme re-aktivasi virus VZV memang belum diketahui secara jelas dan mendetail, tapi kondisi sistem imun yang lemah ikut berperan memicu virus yang semula dorman kembali bereplikasi.

    Oleh karena itu, baik orang lanjut usia yang mengalami defisiensi imun maupun orang dengan gangguan imunitas (immunocompromised) sangat berisiko terkena penyakit ini setelah terinfeksi cacar air.

    Meskipun cacar api merupakan penyakit yang kerap menyerang manula, tapi kini kasus cacar api pada anak terus bertambah.

    Pada penelitian tahun 2015 berjudul Herpes Zoster in Children, mencatat rata-rata terdapat 110 kasus cacar api dari 100.000 anak.

    Kondisi gangguan imunitas merupakan pemicu utama dari re-aktivasi virus VZV pada anak-anak.

    Gangguan imunitas dapat disebabkan oleh penyakit yang menyerang sistem imun, seperti autoimun, HIV, dan kanker, atau menjalani pengobatan yang juga melemahkan daya tahan tubuh.

    Peluang terjadinya cacar api pada anak bisa lebih besar jika anak pernah terinfeksi VZV saat berusia di bawah satu tahun atau ketika bayi masih di dalam kandungan.

    Kendati demikian, beberapa kasus cacar api dapat terjadi pada anak yang imunokompeten atau memiliki imunitas yang abnormal.

    Gejala cacar api pada anak

    Gejala cacar api pada anak dan bayi

    Berdasarkan studi pengamatan dalam  Open Journal of Pediatrics tahun 2015, gejala cacar api yang dialami anak-anak umumnya lebih ringan dibandingkan dengan orang berusia lanjut.

    Anak-anak tidak terlalu berisiko mengalami komplikasi nyeri syaraf post-herpetic neuralgia (PHN) sebagaimana orang berusia di atas 60 tahun.

    Setiap jenis cacar umumnya menunjukkan gejala bintik-bintik ruam kemerahan. Namun, cacar api memiliki gejala awal yang khas berupa rasa nyeri dan sensasi terbakar pada kulit.

    Setelah ruam muncul, rasa nyeri ini bisa berkurang atau bahkan bertambah parah.

    Pola penyebaran ruam cacar api juga berbeda dengan gejala cacar air. Ruam cacar api akan muncul berdekatan membentuk pola melingkar, mengelilingi bagian tubuh tertentu.

    Dalam kebanyakan kasus, ruam hanya muncul pada salah satu sisi tubuh saja. Pola ruam yang melingkar juga tidak pernah melewati tubuh bagian tengah.

    Pada anak-anak, ruam biasanya muncul pada pinggang bagian belakang atau pangkal paha.

    Dalam waktu 7—10 hari, ruam merah ini akan berubah menjadi vesikel atau lenting (kulit melepuh dan terisi cairan) untuk selanjutnya mengempis menjadi pustula.

    Pustula akan mengering dan mengelupas dari kulit dengan sendirinya dalam waktu 2—4 minggu. Selain ruam, gejala cacar api pada anak seperti demam, kelelahan, dan sakit kepala juga kerap ditunjukkan.

    Cara mengatasi cacar api pada anak-anak

    Dokter mengobati cacar api

    Infeksi virus VZV lama-kelamaan memang akan melemah dengan sendirinya. Namun, anak-anak bisa merasa sangat terganggu atau tidak nyaman dengan gangguan kesehatan yang disebabkan cacar api.

    Pada kasus yang parah, terutama apabila menyerang bagian tubuh tertentu seperti mata dan telinga, infeksi bisa meningkatkan komplikasi kerusakan saraf pada organ tersebut.

    Oleh sebab itu, baik pengobatan medis maupun pengobatan suportif yang dilakukan di rumah sangat dibutuhkan. Obat untuk mengatasi cacar api adalah antivirus seta obat pereda nyeri dan demam.

    1. Pengobatan medis

    Antivirus yang digunakan adalah acyclovir atau valcyclovir. Anda perlu berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh resep obat ini.

    Dokter akan memberikan dosis obat beserta aturan penggunaan yang sesuai dengan  tingkat keparahan gejala cacar api pada anak Anda.

    Cara kerja obat ini tidak untuk menghilangkan virus di dalam tubuh. Akan tetapi, konsumsi acyclovir dalam waktu 24 jam setelah ruam pertama muncul memberikan efek seperti berikut.

  • Mempersingkat masa infeksi virus.
  • Menurunkan kemampuan infeksi virus.
  • Mempercepat proses mengeringnya lenting cacar api.
  • Mencegah munculnya ruam-ruam cacar api yang baru.
  • Sementara obat pereda neyri untuk meringankan gejala nyeri dan sensasi terbakar di kulit yang biasanya diberikan adalah obat analgesik.

    Obat analgesik yang dimaksud seperti acetaminophen (parasetamol), atau obat topikal berupa krim seperti capsaicin dan lidocaine.

    2. Pengobatan rumahan

    Anak yang mengalami cacar api harus melakukan istirahat total di rumah, menjaga jarak, dan membatasi interaksi dengan orang-orang disekelilingnya.

    Pasalnya, anak yang terjangkit cacar api dapat menularkan virus VZV dan menyebabkan cacar air pada orang yang belum terinfeksi.

    Selama di rumah Anda bisa melakukan cara perawatan ini pada anak.

    • Mencegah anak untuk menggaruk ruam yang terasa nyeri atau gatal.
    • Mengoleskan losion calamine secara rutin pada bagian kulit yang terdampak.
    • Mencoba tips mandi untuk cacar air dengan berendam dalam air hangat yang dicampur dengan oatmeal dan baking soda.

    Cara mencegah cacar api pada bayi dan anak

    Ciri-ciri cacar api di kaki

    Ada vaksin yang bisa memberi perlindungan terhadap infeksi virus varicella-zoster. Vaksin ini terbukti efektif mencegah penyakit cacar air, tapi tidak dapat mencegah terjadinya re-aktivasi virus yang menyebabkan cacar api pada anak dan bayi.

    Akan tetapi, vaksin cacar air yang diberikan pada orang yang pernah terinfeksi bisa mengurangi keparahan gejala cacar api seandainya terjadi re-aktivasi virus.

    Selain itu, vaksinasi juga memperkecil peluang untuk anak yang pernah terinfeksi cacar air untuk terkena cacar api saat mereka dewasa nanti.

    Hal ini dibuktikan oleh penelitian dari American Academy of Pediatrics.

    Peneliti mengamati rangkuman rekam medis dari 6,3 juta anak yang melakukan vaksin cacar air selama 12 tahun, dan menyimpulkan vaksin cacar air mengurangi risiko anak mengalami herpes zoster setelah dewasa sebanyak 78%.

    Meskipun tidak pasti dapat menangkal aktifnya replikasi virus VZV, tapi tidak ada salahnya untuk melakukan vaksinasi pada anak baik yang pernah terinfeksi cacar air maupun yang belum.

    Vaksinasi yang dianjurkan untuk anak-anak adalah 2 kali dosis yang diberikan ketika berumur 12—18 bulan dan ketika usia 4—6 tahun.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan