Radang tenggorokan mungkin tidak terlalu membahayakan, tapi dapat menimbulkan rasa tidak nyaman, terutama sakit saat menelan dan berbicara. Untuk mengatasi radang tenggorokan tersebut, obat antibiotik mungkin diperlukan.
Namun, tidak semua kondisi radang tenggorokan dapat ditangani dengan antibiotik. Cari tahu penggunaan antibiotik untuk mengatasi radang tenggorokan pada ulasan di bawah ini beserta kemungkinan efek sampingnya.
Kapan perlu menggunakan antibiotik untuk radang tenggorokan?
Tidak semua kondisi radang tenggorokan memerlukan obat antibiotik. Umumnya, antibiotik diperlukan jika radang tenggorokan disebabkan oleh infeksi bakteri.
Obat ini tidak ampuh untuk mengobati radang tenggorokan yang disebabkan oleh virus. Lalu, bagaimana membedakan keduanya?
Perlu Anda ketahui, ada banyak penyebab radang tenggorokan, seperti infeksi virus dan bakteri.
Meski begitu, radang tenggorokan atau faringitis paling sering disebabkan oleh infeksi virus, seperti pada penyakit pilek atau flu.
Radang tenggorokan akibat virus umumnya memunculkan gejala batuk, hidung tersumbat, dan bersin, yang biasanya dapat sembuh sendiri dalam waktu kurang dari seminggu.
Namun, peradangan pada tenggorokan juga bisa terjadi akibat infeksi bakteri, seperti infeksi bakteri Streptococcus grup A yang menyebabkan strep throat.
Kondisi ini sering terjadi pada anak usia 5 – 15 tahun, meski orang dewasa juga bisa mengalaminya.
Radang tenggorokan akibat bakteri biasanya berlangsung lebih dari seminggu dan bisa disertai dengan demam.
Jika disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus, tenggorokan bisa terasa kering, sakit, dan gatal hingga Anda kesulitan saat menelan atau bicara.
Infeksi bakteri juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening di leher, sehingga tampak membengkak. Selain itu, pada bagian amandel sering terlihat adanya bercak-bercak berwarna putih.
Lalu, bagaimana dengan anak-anak, perlukah antibiotik untuk mengobati radang tenggorokan pada anak? Jawaban yang sama pun berlaku bila anak Anda yang mengalami radang tenggorokan.
Oleh karena itu, bila Anda atau anak Anda mengalami gejala radang tenggorokan akibat bakteri seperti yang disebutkan di atas, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan antibiotik.
Apalagi, menurut studi dalam Journal Laboratory of Physicians, infeksi bakteri Streptococcus di tenggorokan bisa lebih serius dibandingkan virus penyebab pilek jika tidak kunjung sembuh.
Pasalnya, infeksi bakteri ini bisa menimbulkan masalah lain di sekitar tenggorokan, seperti radang amandel atau sinusitis.
Jenis antibiotik untuk mengatasi radang tenggorokan
Dalam memastikan apakah radang tenggorokan diakibatkan infeksi virus atau bakteri, dokter bisa melakukan rapid test atau tes usap dengan mengambil sampel dari bagian belakang tenggorokan.
Sampel tersebut kemudian akan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui patogen penyebabnya, apakah disebabkan oleh infeksi bakteri atau infeksi virus, seperti COVID-19.
Apabila dikonfirmasi penyebab radang tenggorokan adalah infeksi bakteri, seperti bakteri Streptococcus, dokter akan meresepkan obat antibiotik.
Antibiotik bekerja dengan membunuh bakteri penyebab infeksi, sehingga menghentikan peradangan sekaligus menghambat penyebaran bakteri ke jaringan lain.
Selain itu, pengobatan radang tenggorokan melalui antibiotik juga akan meredakan demam dan gejala sakit tenggorokan serta mencegah terjadinya komplikasi.
Terdapat beberapa jenis obat antibiotik yang umumnya diberikan oleh dokter untuk mengobati radang tenggorokan, di antaranya sebagai berikut.
- Penicillin.
- Amoxicillin.
- Eritromisin.
- Cephaplosporin.
- Cefadroxil.
- Clarithromycin.
- Cefixime.
- Cefalexin.
- Clindamycin.
Penicillin dan amoxicillin merupakan jenis antibiotik yang paling umum diresepkan.
Namun, antibiotik golongan cephalosporin (cefalexin) bisa menjadi alternatif untuk mengobati radang tenggorokan pada anak yang memiliki alergi terhadap kedua antibiotik tersebut.
Adapun lamanya pengobatan antibiotik bisa berbeda-beda, tergantung dari seberapa parah kondisi radang tenggorokan yang dialami.
Penting bagi Anda untuk menghabiskan semua antibiotik yang diresepkan dokter untuk membunuh semua bakteri yang menyebabkan kondisi Anda.
Jangan menghentikan minum antibiotik sebelum habis meskipun Anda merasa sudah membaik. Hal ini dapat mengakibatkan radang tenggorokan kambuh kembali.
Selain itu, penggunaan antibiotik secara sembarang juga meningkatkan risiko resistensi bakteri, yaitu kondisi di mana bakteri kebal terhadap efek dari antibiotik.
Adakah efek samping antibiotik untuk radang tenggorokan yang mungkin dialami?
Sama seperti obat-obatan lainnya, antibiotik juga dapat menimbulkan efek samping jika tidak digunakan sesuai dengan resep dokter atau anjuran pemakaian obat.
Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan, di antaranya sebagai berikut.
- Sakit perut.
- Mual.
- Muntah.
- Diare.
- Kehilangan nafsu makan.
Efek samping tersebut umumnya terjadi cukup ringan dan akan mereda setelah antibiotik sudah habis diminum.
Namun, jika efek samping yang dialami cukup parah atau terus terjadi, lakukan pemeriksaan ke dokter.
Selain itu, pada orang yang memiliki alergi terhadap antibiotik, obat ini juga bisa menimbulkan serangkaian reaksi alergi, yang meliputi berikut ini.
- Mengi atau napas berbunyi “ngik“.
- Kesulitan bernapas.
- Ruam kulit.
- Jantung berdebar.
- Pusing.
Segera cari pertolongan medis bila mengalami reaksi tersebut.
Untuk mengurangi kemungkinan efek samping tersebut, sebaiknya gunakan obat antibiotik sesuai anjuran dari dokter.
Selama menjalani pengobatan dengan antibiotik, Anda juga dapat menggunakan obat radang tenggorokan alami dan perawatan sederhana di rumah untuk membantu meringankan gejala dan mempercepat penyembuhannya.
Misalnya dengan berkumur air garam, memperbanyak minum air putih, atau mengonsumsi permen pereda tenggorokan, seperti lozenges.
Anda juga mungkin perlu mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti acetaminophen, untuk meredakan sakit di tenggorokan Anda.
Pastikan Anda mengikuti anjuran dari dokter untuk mengatasi kondisi Anda dan mencegah kambuhnya penyakit dan risiko kekebalan bakteri.