Selain manfaat berhubungan badan, badan biasanya akan mengalami berbagai perubahan setelah melakukannya. Meski di awal terasa agak aneh, reaksi tubuh tersebut merupakan hal wajar yang nantinya membuat Anda terbiasa seiring dengan berjalannya waktu.
Lantas, apa saja kemungkinan perubahan badan setelah berhubungan intim? Kupas tuntas dalam ulasan berikut ini, yuk!
Apa yang terjadi pada tubuh saat berhubungan intim?
Sebelum mengenal lebih lanjut soal perubahan bentuk badan setelah berhubungan intim, sebaiknya pahami dulu tentang siklus respons seksual manusia.
Pada dasarnya, siklus respons seksual seseorang dibagi menjadi empat fase, yaitu sebagai berikut.
- Fase 1: Hasrat, mencakup berbagai perubahan fisik yang dapat bertahan selama beberapa menit hingga beberapa jam setelah berhubungan intim.
- Fase 2: Gairah, mencakup berbagai respons fisik ketika badan menanggapi gairah dalam hubungan intim sampai sebelum tahap orgasme.
- Fase 3: Orgasme, yaitu klimaks dari siklus respons seksual. Ini biasanya terjadi hanya dalam waktu singkat atau hitungan detik.
- Fase 4: Resolusi, yaitu fase ketika badan secara perlahan kembali seperti semula atau layaknya sebelum berhubungan intim.
Sebelum memutuskan untuk melakukan hubungan intim, Anda perlu memahami berbagai efek perubahan badan yang bisa terjadi setelah aktivitas tersebut dilakukan.
Namun, perlu diketahui bahwa sedikit perubahan pada badan setelah berhubungan merupakan hal wajar yang menandai bahwa Anda telah aktif secara seksual.
Beragam perubahan badan setelah berhubungan intim
Penting untuk dipahami terlebih dulu bahwa berhubungan intim sebenarnya tidak bisa menyebabkan perubahan bentuk ataupun ukuran badan seseorang.
Menurut Planned Parenthood, pertumbuhan badan dan aktivitas seksual tidak memiliki keterkaitan apapun.
Perubahan pada badan yang terjadi ketika Anda aktif berhubungan badan mungkin tidak disebabkan oleh hubungan intim itu sendiri, tetapi hanya kebetulan.
Oleh karena itu, perlu diingat bahwa perubahan fisik saat dan setelah berhubungan intim yang akan disebutkan di bawah bukan bersifat permanen.
Perubahan badan yang terjadi pada dua fase awal di siklus respons seksual yang sudah disebutkan sebelumnya mungkin dapat bertahan hingga berjam-jam.
Namun, ketika Anda telah mengalami klimaks dan mencapai fase akhir, badan secara perlahan akan kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Nah, berikut beberapa perubahan bentuk badan yang mungkin terjadi setelah berhubungan seksual dan masing-masing penjelasannya.
1. Miss V bengkak dan kendur
Saat berhubungan seksual, Miss V bereaksi dengan cara membengkak atau menebal. Perubahan warna pada Miss V juga akan terjadi ketika penetrasi dilakukan.
Perubahan bentuk tubuh pada area genital wanita itu mungkin bertahan beberapa saat setelah berhubungan intim.
Ketika nantinya Anda telah melalui fase orgasme, Miss V akan kembali ke ukuran dan warna semula.
Jika Anda perhatikan, setelah berhubungan seksual beberapa kali, mungkin Miss V terasa kendur.
Tak perlu khawatir, hal ini normal terjadi karena selaput dara yang menutupi lubang vagina telah hilang.
2. Payudara terasa membesar
Selain reaksi pada Miss V, perubahan fisik yang mungkin terjadi setelah Anda berhubungan intim adalah payudara terasa membesar.
Ini terjadi karena aliran darah ke payudara meningkat ketika Anda sedang bercinta. Meskipun begitu, berhubungan intim tidak dapat mengubah bentuk atau ukuran payudara Anda.
Biasanya, payudara bisa terasa lebih kencang dan besar saat Anda sedang hamil dan menyusui. Efek hormon kehamilan dan menyusui yang berpengaruh pada ukuran payudara.
3. Puting menjadi sangat sensitif
Puting Anda juga bisa menjadi tegang karena adanya rangsangan.
Seperti yang telah disebutkan, aliran darah ke payudara akan meningkat ketika Anda bergairah sehingga puting ikut tegang.
Selain itu, puting menjadi lebih sensitif ketika disentuh. Ini yang menyebabkan hasrat Anda semakin menggebu ketika puting payudara mendapat stimulasi.
4. Pelebaran klitoris dan labia
Ketika hasrat Anda untuk berhubungan seksual menggebu, perubahan badan bisa terjadi di area Miss V, tepatnya di bagian klitoris dan labia.
Cleveland Clinic menyebutkan bahwa aliran darah ke alat kelamin dapat meningkat selama fase awal berhubungan seksual. Akibatnya, klitoris dan labia minora wanita (bibir bagian dalam) akan melebar atau membengkak.
Selain itu, klitoris menjadi amat sensitif hingga mungkin terasa sakit saat disentuh. Perubahan badan ini dapat bertahan selama beberapa jam setelah berhubungan intim.
Namun, ukuran kedua area genital wanita itu akan kembali seperti semula saat Anda tidak sedang berhubungan seksual atau tidak terangsang.
5. Nyeri pada Miss V
Terkadang, Miss V mungkin akan terasa nyeri setelah Anda melakukan hubungan intim dengan pasangan.
Pada kasus ini, penting untuk mengenali bagian apa pada Miss V yang menimbulkan rasa nyeri. Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah mendeteksi penyebabnya dan mengetahui apakah pemeriksaan ke dokter perlu dilakukan.
Ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan nyeri pada miss V sehingga menyebabkan perubahan badan setelah berhubungan intim.
- Kurang cairan pelumas sehingga terjadi lecet pada Miss V.
- Aktivitas berhubungan intim terlalu kasar atau terlalu lama yang bisa menyebabkan Miss V bengkak.
- Alergi pada kondom, pelumas, atau produk lainnya yang digunakan saat berhubungan intim, sehingga terjadi iritasi di bagian miss V.
- Penyakit seksual menular, klamidia, gonore, atau herpes genital.
- Kondisi kesehatan miss V, di antaranya infeksi jamur, infeksi saluran kemih, kista Bartholin, vaginitis, vulvodynia, nyeri vulva, endometriosis, fibroid rahim, penyakit radang panggul, dan vaginismus.
- Menopause, akibat tubuh menghasilkan lebih sedikit hormon estrogen yang menyebabkan Miss V menghasilkan lebih sedikit pelumas.
- Penggunaan pil KB yang dapat memengaruhi hormon tubuh, serta membuat jaringan Miss V tipis dan kering, sehingga lebih mudah lecet saat bercinta.
- Otot dasar panggul yang terlalu kencang, sehingga bisa menyebabkan gesekan yang terlalu kencang pada Miss V.
6. Mengantuk
Menurut Sleep Foundation, berhubungan intim bisa meningkatkan kualitas tidur.
Setelah mencapai klimaks, tubuh akan melepaskan hormon, seperti oksitosin dan prolaktin. Hormon tersebut diketahui bisa meningkatkan perasaan senang dan tenang.
Bercinta juga menurunkan kadar hormon kortisol yang bisa memicu stres.
Oleh karena itu, peneilitian menunjukan bahwa perubahan hormon etelah berhubungan badan bisa menyebabkan kantuk, sehingga Anda pun bisa tidur dengan lebih mudah.
7. Kram perut
Pada beberapa kasus, kram perut dapat terjadi selama atau setelah bercinta.
Selama berhubungan intim, klimaks bisa memicu terjadinya kontraksi dan menyebabkan kram perut.
Meski dapat terjadi pada siapa saja, kram perut saat bercinta diketahui lebih rentan dialami oleh wanita yang baru saja memasang alat kontrasepsi dalam rahim atau intraurine device (IUD).
Pada ibu hamil, kram perut juga sering kali terjadi setelah berhubungan badan. Kram umumnya dialami saat usia kehamilan memasuki trimester 3.
Kram perut setelah bercinta bukan merupakan kondisi yang serius, umumnya bisa diredakan dengan menenangkan diri dan minum obat-obatan yang dijual bebas.
8. Gatal pada alat genital
Selain nyeri, rasa gatal juga bisa timbul pada alat kelamin setelah berhubungan intim. Jika gatal hanya terjadi sesekali, hal ini biasanya bukan kondisi yang serius.
Namun, jika gatal terus terjadi, atau disertai gejala lain, seperti keputihan, Anda harus waspada dan perlu melakukan pemeriksaan ke dokter.
Pasalnya, ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan genital gatal setelah bercinta, di antaranya sebagai berikut.
- Alergi lateks, yaitu salah satu jenis bahan kondom.
- Vaginosis bakteri, akibat jumlah bakteri di miss V tidak seimbang.
- Candidiasis, akibat infeksi jamur di miss V.
- Miss V kering, akibat penurunan jumlah hormon estrogen.
- Penyakit menular seksual berupa infeksi.
Kesimpulan
Itu adalah beberapa perubahan pada badan yang mungkin terjadi setelah berhubungan. Kenali setiap kondisi yang Anda alami setelah bercinta. Dengan begitu, Anda bisa mengetahui kapan perubahan badan setelah berhubungan menandakan kondisi yang serius dan perlu ditangani secara medis.
[embed-health-tool-ovulation]