Bagaimana bila hamil saat pakai IUD?

Wanita yang hamil saat sedang pakai IUD mengalami tanda dan gejala yang sama seperti kehamilan pada umumnya.
Hal ini disebabkan ada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur pada bulan-bulan awal setelah pemasangan IUD.
Bahkan, beberapa wanita bisa telat atau tidak mengalami menstruasi sama sekali setelah pakai KB spiral.
Jika Anda merasakan salah satu gejala tersebut, berikut yang perlu dilakukan untuk mengetahui apakah Anda hamil atau tidak meski sudah pakai IUD, yakni:
1. Melakukan tes kehamilan
Jika Anda merasa hamil meski sudah pakai IUD, Anda bisa melakukan tes kehamilan. Tes ini bisa juga secara mandiri dilakukan di rumah Anda sendiri.
Hal ini bisa dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah Anda benar-benar hamil atau tidak meski sudah pakai KB spiral.
Selain melakukan tes kehamilan secara mandiri di rumah, Anda bisa menjadwalkan tes darah dengan dokter agar bisa lebih yakin dengan hasilnya.
2. Menemui dokter
Bila Anda sedang hamil, pakai IUD bisa menjadi penyebab Anda mengalami kehamilan ektopik.
Oleh karena itu, sangat penting bagi Anda untuk menemui dokter jika merasa tanda hamil meski sudah pakai KB spiral.
3. Segera lepas IUD
Jika dokter Anda sudah menyatakan bahwa Anda hamil, pakai IUD tetap bisa membahayakan kondisi Anda dan janin.
Oleh karena itu, lebih baik Anda meminta dokter agar membantu Anda melepas IUD. Anda tidak disarankan untuk melepasnya sendiri.
Sebaiknya, minta bantuan dokter atau ahli medis profesional yang sudah tahu bagaimana prosedur melepas IUD yang tepat.
Namun, Anda juga harus tahu bahwa ada risiko keguguran ketika IUD Anda dilepaskan. Meski begitu, kemungkinan Anda bisa keguguran saat hamil dengan tetap pakai KB spiral juga lebih tinggi.
Jadi, sebaiknya konsultasikan lebih lanjut dengan dokter agar bisa ditentukan keputusan terbaik sesuai kondisi kesehatan Anda.
Berbagai risiko yang bisa dialami wanita hamil saat pakai IUD

Tahukah Anda ada berbagai risiko yang bisa terjadi jika Anda tetap pakai IUD saat hamil?
Ya, memaksakan diri untuk pakai KB spiral saat hamil bisa menyebabkan Anda mengalami berbagai risiko kesehatan.
Hal itu tidak hanya berlaku pada ibu hamil, tetapi juga pada bayi yang ada di dalam kandungan.
Oleh karena itu, agar tidak membahayakan ibu dan janin, sebaiknya IUD segera dilepas.
Berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin dialami jika tetap menggunakan IUD saat hamil:
1. Infeksi pada cairan ketuban
Salah satu risiko yang bisa terjadi jika pakai IUD saat hamil adalah infeksi pada cairan ketuban (chorioamnionitis).
Infeksi ini ditandai dengan plasenta yang terpisah dari dinding rahim.
Wanita yang hamil pakai KB spiral bisa berisiko untuk mengalami infeksi pada cairan ketuban ini.
Infeksi ini menyerang cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi bayi selama di dalam rahim.
Chorioamnionitis tidak bisa dianggap sepele karena berpotensi fatal bagi ibu dan janin di dalam kandungan.
2. Kelahiran prematur
Risiko lain yang juga bisa Anda alami jika tetap pakai IUD saat hamil adalah kelahiran prematur.
Wanita yang masih pakai IUD saat sedang mengandung berisiko hingga 5 kali lebih besar untuk melahirkan bayi prematur.
Sementara wanita yang hamil tanpa menggunakan IUD memiliki risiko yang lebih kecil.
Saat wanita dinyatakan hamil masih menggunakan IUD tetapi segera dilepas, kemungkinan kelahiran prematur memang akan berkurang.
Namun, bukan berarti kemungkinan melahirkan secara prematur tidak akan terjadi sama sekali.
Artinya, kemungkinan Anda untuk melahirkan prematur selama kehamilan nantinya tetap ada.
3. Keguguran
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, salah satu risiko Anda pakai KB spiral saat hamil bisa menyebabkan Anda mengalami keguguran.
Untuk mencegah terjadinya keguguran, Anda dianjurkan untuk segera melepaskan IUD.
Namun, proses pelepasan IUD juga bisa membuat Anda mengalami keguguran saat hamil. Sayangnya, jika IUD tidak dilepas, risiko keguguran juga dapat semakin besar.
Jadi, mau tak mau, risiko ini tergolong hal yang sulit untuk dihindari.
4. Kehamilan ektopik
Pakai IUD saat hamil juga berisiko menyebabkan kehamilan ektopik. Bahkan, ada sekitar 0.1% pengguna IUD yang mengalami kehamilan ektopik.
Melansir dari UT Southwestern Medical Center, kehamilan ektopik adalah kondisi di mana sel telur yang difertilisasi atau dibuahi di luar rahim, misalnya di tuba falopi.
Kondisi ini berisiko menyebabkan memengaruhi kesehatan Anda. Kehamilan ektopik juga dikenal dengan hamil di luar kandungan.
Kebanyakan kasus hamil ektopik selalu berakhir dengan keguguran. Itu sebabnya, hamil dengan IUD harus terus dipantau oleh dokter untuk mencegah kerusakan permanen pada sistem reproduksi wanita.
Bila Anda mengalaminya, segera konsultasikan ke dokter.
Dokter kemungkinan akan melakukan tes darah 1 kali dan dilanjutkan lagi setelah 48 jam kemudian untuk memastikan kondisi hormon hCG (hormon kehamilan) terus meningkat.
Bila demikian, ini tandanya kehamilan Anda masih dapat dipertahankan dan bukan termasuk hamil anggur (pembentukan plasenta yang tidak normal).
Tugas utama IUD adalah untuk mencegah kehamilan. Jadi, tentu ibu dan calon bayi bisa punya risiko bila hamil saat masih pakai IUD.
Dalam kasus ini, biasanya dokter kandungan akan menyarankan agar IUD segera dikeluarkan demi menjaga keselamatan dan kesehatan bayi dan Anda saat hamil.
5. Abruptio plasenta
Kondisi lain yang bisa terjadi bila pakai KB spiral saat sedang hamil adalah abruptio plasenta.
Abruptio plasenta ditandai dengan plasenta yang lepas dari rahim sebelum proses persalinan.
Hal ini dapat terjadi karena IUD yang masih menempel di dalam rahim sehingga memengaruhi perkembangan bayi.
8 Efek Samping dari KB IUD yang Harus Dipertimbangkan
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar