Penyebab mual dan muntah ada banyak, tapi umumnya muncul sebagai gejala dari suatu penyakit. Mual dan muntah bisa terjadi karena infeksi, masalah pencernaan, kehamilan, mabuk perjalanan, hingga efek samping pengobatan atau prosedur medis. Itu kenapa pilihan obat mual muntah juga ada banyak dan harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Berbagai pilihan obat mual muntah berdasarkan penyebabnya
Mual dan muntah mungkin tampak seperti reaksi sederhana, tetapi sebetulnya adalah proses yang rumit.
Mual muntah sejatinya adalah refleks alami tubuh untuk mengeluarkan benda-benda asing, seperti kuman penyebab penyakit.
Golongan obat untuk mengatasi mual muntah secara umum disebut dengan antiemetik. Obat antiemetik bekerja mengganggu reseptor saraf di otak agar berhenti memicu respons mual dan muntah.
Masing-masing jenis obat antiemetik dirancang khusus untuk bekerja dalam kondisi yang berbeda.
Berikut ini beberapa ilihan obat mual muntah berdasarkan penyebabnya.
1. Mabuk perjalanan
Mual muntah seringkali terjadi saat Anda bepergian dengan mobil, pesawat, atau bahkan kapal laut.
Pilihan obat yang bisa Anda konsumsi untuk mengatasi penyebab mabuk perjalanan atau bahkan sebelum mulai berangkat demi mencegah mual muntah sebelum terjadi adalah golongan antihistamin, seperti dimenhydrinate.
Dimenhydrinate termasuk obat yang efektif untuk mencegah dan mengatasi gejala mual, muntah, dan pusing akibat mabuk perjalanan.
Obat ini bekerja dengan cara membantu tubuh menjaga sensor keseimbangan. Namun, dimenhydrinate dapat menyebabkan kantuk sehingga jangan dikonsumsi jika Anda hendak menyetir kendaraan.
Minumlah obat antimabuk perjalanan setidaknya 30 menit hingga 1 jam sebelum waktu keberangkatan. Obat ini tidak boleh dikonsumsi berbarengan dengan alkohol, obat penenang, atau obat tidur.
Dimenhydrinate diketahui aman dikonsumsi orang dewasa hingga anak-anak di bawah usia 12 tahun dengan dosis yang disesuaikan.
Namun, jangan berikan obat ini kepada anak berusia di bawah 2 tahun, kecuali jika disarankan oleh dokter.
2. Operasi atau sehabis kemoterapi
Mual atau muntah setelah operasi dapat disebabkan oleh anestesi yang digunakan selama operasi atau efek kemoterapi. Berikut beberapa pilihan obat untuk mengatasinya.
- Penghambat serotonin
Obat golongan penghambat serotonin, seperti ondansetron, bekerja dengan cara memblokir sinyal dari salah satu saraf di otak yang bertanggung jawab mengatur mual dan muntah.
Ondasetron efektif mengatasi mual muntah yang dipicu oleh efek samping anestesi dan beberapa jenis obat kemoterapi kanker.
Efek samping yang umum dari obat ini termasuk sakit kepala, kantuk, pusing dan sembelit.
- Penghambat dopamin
Antagonis dopamin atau obat penghambat reseptor dopamin, seperti metoclopramide, bekerja mengatasi mual dengan merangsang gerakan otot lambung untuk mempercepat proses pengosongan.
Obat ini juga bekerja mengurangi rangsangan sistem saraf yang mengatur rasa mual dan ingin muntah.
Metoclopramide memiliki efek samping yang memperlambat gerak tubuh, menyebabkan tremor, mengantuk, dan kegelisahan.
- Penghambat reseptor NK-1
Antagonis reseptor NK-1, seperti aprepitant, rolapitant, casopitant, fosaprepitant, netupitant, dan maropitant, merupakan obat yang bekerja dengan menghambat zat yang bisa memicu terjadinya refleks muntah.
Obat ini termasuk golongan obat antiemetik yang diketahui efektif untuk mencegah efek samping kemoterapi berupa mual dan muntah.
Namun, ada juga beberapa efek saming yang mungkin timbul, seperti mengantuk, diare atau sembelit, kelelahan, dan sakit perut.
Obat yang digunakan untuk mual muntah akibat efek obat bius dan kemoterapi biasanya tidak dijual bebas alias perlu resep dokter.
3. Masalah pencernaan
Penyakit pencernaan, seperti keracunan makanan dan muntaber, dapat memunculkan gejala mual muntah. Untuk mengatasi gejala ini, dokter dapat meresepkan obat bismuth subsalicylate.
Bismuth subsalicylate adalah obat yang bisa meredakan mual, muntah, dan sakit perut. Wanita hamil atau menyusui harus berkonsultasi dengan dokter mereka sebelum menggunakan obat ini.
Pasalnya, sifat salisilat yang terkandung dalam obat ini mirip dengan aspirin yang diketahui dapat membahayakan janin dan bayi.
Orang yang alergi terhadap aspirin atau obat terkait juga tidak boleh menggunakan bismuth subsalicylate.
Hanya konsumsi obat ini atas izin dokter jika Anda sedang diresepkan obat antikoagulan (pengencer darah), atau menderita diabetes atau asam urat.