backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Keracunan Makanan

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 05/07/2021

Keracunan Makanan

Definisi

Apa itu keracunan makanan?

Keracunan makanan adalah masalah pencernaan yang terjadi setelah Anda mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit.

Gejalanya muncul dalam beberapa jam kemudian, biasanya berupa mual, muntah, atau diare.

Kebanyakan kasus keracunan makanan termasuk ringan dan bisa ditangani sendiri di rumah. Tapi ada juga orang-orang yang mengalami keracunan parah dan harus ditangani oleh tenaga medis.

Seberapa umumkah keracunan makanan?

Kasus keracunan makanan umum terjadi dan dapat kapan saja memengaruhi setiap orang di segala usia.

Anda dapat terhindar dari keracunan makanan dengan mengurangi faktor risikonya. Silakan diskusikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.

Membedakan keracunan makanan dengan gastroenteritis (muntaber)

Banyak yang menganggap bahwa keracunan makanan sama dengan gastroenteritis. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki gejala utama yang sama, yaitu muntah dan diare.

Namun, kedua kondisi tersebut berbeda dan dapat dibedakan dari cara penularannya. Muntaber umumnya menular lewat kontak dengan benda atau permukaan yang telah disentuh orang sakit muntaber.

Anda juga bisa terkena muntaber lewat:

  • makan makanan atau minum air yang sudah terkontaminasi kuman,
  • kontak langsung dengan orang yang terinfeksi muntaber, misalnya makan pakai sendok yang sama atau menyentuh tangan penderita yang terkontaminasi feses, dan
  • udara di sekitar muntahan atau kotoran orang yang terinfeksi muntaber.

Sementara, keracunan makanan umumnya dapat terjadi melalui:

  • mengonsumsi makanan yang tidak diolah dengan baik dan higienis,
  • menyimpan daging mentah berdekatan dengan makanan matang di atas meja, di dalam kulkas, atau freezer yang sama, serta
  • tidak menutup hidangan saat disajikan di atas meja, sehingga meningkatkan risiko makanan dihinggapi oleh serangga pembawa kuman seperti lalat.

Tanda dan gejala

Apa saja tanda dan gejala keracunan makanan?

Tanda dan gejala keracunan makanan bisa bervariasi, tergantung pada apa penyebabnya. Beberapa gejala yang umum termasuk:

  • mual, muntah, diare berair,
  • nyeri perut dan kram,
  • demam,
  • kurangnya energi dan merasa lemah,
  • kehilangan selera makan,
  • otot sakit, dan
  • menggigil.

Kemungkinan terdapat tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Anda harus menghubungi dokter jika mengalami salah satu dari gejala keracunan makanan parah dengan tanda-tanda:

  • muntah,
  • feses atau muntah berdarah,
  • diare selama lebih dari tiga hari,
  • sakit perut ekstrem atau kram perut yang parah,
  • kondisi suhu oral lebih tinggi dari 38,6º Celsius,
  • haus yang berlebihan, mulut kering,
  • buang air kecil sedikit atau tidak sama sekali, kelemahan yang parah,
  • pusing,
  • penglihatan buram, kelemahan otot, serta
  • kesemutan di lengan.

Gejala tersebut juga merupakan tanda dehidrasi yang bisa berakibat fatal apabila didiamkan begitu saja. Umumnya dehidrasi akibat keracunan makanan lebih mudah dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia.

Penyebab dan faktor risiko

Keracunan paling sering terjadi karena Anda mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar atau yang belum matang. Misalnya, bila Anda makan makanan yang dimasak dengan air kotor atau bila Anda makan daging sapi yang tidak dimasak sampai matang.

Makanan-makanan tersebut mengandung bakteri, virus, atau parasit yang masih hidup. Akibatnya, setelah dimakan, organisme tersebut akan menginfeksi pencernaan Anda.

Banyak hal yang dapat menyebabkan kondisi ini, berikut adalah di antaranya.

1. Bakteri

Bakteri adalah salah satu penyebab keracunan yang paling umum. Setiap jenis bakteri bisa menimbulkan gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda. Berbagai jenis bakteri yang sering menjadi dalangnya adalah:

  • Campylobacter,
  • Salmonella typhi, yang juga menjadi penyebab demam tifoid,
  • E. coli O15,
  • Shigella,
  • Clostridium botulinum, yang juga menjadi penyebab botulisme, dan
  • Staphylococcus aureus.

2. Virus

Norovirus dapat menginfeksi dalam kurun waktu 12 – 48 jam setelah Anda mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Gejalanya sama dengan kondisi yang disebabkan oleh bakteri. Antara lain seperti kram perut, diare encer (lebih sering terjadi pada orang dewasa), atau muntah (lebih sering terjadi pada anak-anak).

3. Parasit

Selain virus dan bakteri, parasit juga bisa menjadi penyebab keracunan makanan. Parasit adalah organisme yang memperoleh makanan dari organisme hidup lain yang juga dikenal sebagai inang.

Salah satu parasit yang bisa menyebabkan keracunan adalah Giardia yang dapat hidup di usus hewan dan manusia.

Jika parasit ini masuk ke dalam tubuh Anda lewat makanan, ia bisa menyebabkan diare, kram perut, kembung, mual, dan feses berbau busuk, dalam waktu sekitar satu hingga dua minggu setelah terpapar.

4. Racun

Selain karena bakteri, virus, dan parasit, beberapa kasus keracunan juga bisa terjadi karena racun alami atau racun kimia tambahan yang dikonsumsi dari makanan.

Apa saja yang meningkatkan risiko mengalami kondisi ini?

Pengolahan dan penyimpanan makanan yang salah dapat meningkatkan risiko Anda mengalami keracunan. Kesalahan dalam mengolah makanan ini bisa membuat bakteri berpindah pada makanan dan berkembang biak.

Makanan bisa menyebabkan keracunan makanan apabila dicuci dengan air kotor, dimasak kurang matang, atau disimpan di tempat atau dengan cara yang keliru.

Kondisi ini juga bisa terjadi ketika seseorang yang sedang mengalami keracunan, menyiapkan makanan tanpa mencuci tangan.

Bakteri penyebab penyakit ini juga dapat berpindah dari satu benda ke benda lainnya. Misalnya saat Anda memotong daging mentah yang terdapat bakteri Salmonella menggunakan pisau. Setelah itu Anda memotong selada pakai pisau yang sama tanpa dicuci.

Selain itu, bahan makanan dapat terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit tempat makanan tersebut diolah, disiapkan, atau disimpan, terutama di tempat-tempat yang sanitasi airnya buruk, lingkungannya tidak steril, dan orang-orangnya tidak menjaga kebersihan.

Keracunan makanan seringkali mewabah di:

  • pabrik makanan yang tidak menjalani protokol kebersihan,
  • restoran yang tidak menjalani protokol kebersihan,
  • toko, warung makan, atau tempat jajanan seperti food court dan kantin sekolah, atau
  • rumah.

Makanan-makanan yang diolah, disiapkan, dan disajikan di tempat kotor dapat dihinggapi oleh kuman penyebab keracunan makanan.

Faktor lainnya

Faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko Anda adalah sebagai berikut.

  • Usia, semakin tua, sistem kekebalan tubuh kita secara natural melemah saat harus melawan infeksi, sedangkan bayi dan anak kecil juga sama rentannya karena di usia muda sistem kekebalan tubuh mereka belum sesempurna orang dewasa.
  • Kehamilan, masa kehamilan dapat menurunkan daya tahan dan mengubah kerja metabolisme tubuh, sehingga meningkatkan risiko ibu hamil mengalami infeksi yang dapat terasa lebih parah.
  • Memiliki penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit hati, atau AIDS.
  • Memiliki alergi, reaksi keracunan juga bisa terjadi bila orang yang memiliki alergi mengonsumsi makanan yang mengandung alergen.

Diagnosis dan pengobatan

Bagaimana kondisi ini didiagnosis?

Keracunan makanan agak sulit untuk didiagnosis karena gejalanya dapat sangat mirip dengan masalah pencernaan lainnya, dan banyak pula sumber infeksi yang dapat menyebabkannya.

Saat cek riwayat kesehatan, dokter pertama-tama akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang gejala keracunan makanan yang Anda alami, termasuk durasi dan tingkat keparahannya. 

Dokter mungkin juga akan bertanya tentang pola penyakit. Contohnya, seperti apakah semua orang di keluarga Anda juga ikut mengalami sakit setelah makan hidangan tertentu atau apakah Anda baru pulang dari bepergian.

Dari jawaban Anda, dokter dapat menarik beberapa dugaan yang mengarah kepada penyebab keracunan makanan. 

Selanjutnya dokter akan memeriksa tekanan darah, detak jantung, suhu, dan berat badan Anda. Ia juga akan menekan perut Anda atau mendengarkan bunyi perut. Ini untuk memisahkan diagnosis kondisi lain yang mungkin mirip dengan gejala keracunan makanan, seperti radang usus buntu.

Dokter biasanya akan memastikan diagnosis lewat tes gejala dehidrasi, tes darah lengkaptes darah panel metabolik dasar (BMP), tes urin, atau tes feses setelah melakukan pemeriksaan fisik dasar dan mengecek riwayat kesehatan Anda.

Bagaimana keracunan makanan diobati?

Pada kebanyakan kasus, gejala dapat sembuh sendiri dalam 1 – 3 hari tanpa perlu pengobatan khusus dari dokter. Pada beberapa orang, gejala bisa bertahan agak lama.

Jika kondisi tidak kunjung membaik atau bertambah parah, dokter dapat menganjurkan rawat inap atau pengobatan yang lebih intensif tergantung penyebab dan tingkat keparahan gejala Anda.

Di bawah ini adalah beberapa obat keracunan makanan yang dapat diberikan dokter.

1. Rehidrasi

Dokter dapat merekomendasikan pengobatan rehidrasi untuk mengganti cairan yang hilang saat keracunan makanan disertai diare dan muntah parah. 

Cairan oralit bermineral seperti natrium, kalium, dan kalsium dapat diresepkan untuk mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh Anda yang hilang karena diare. Dokter juga dapat memberikan cairan elektrolit lewat infus agar efeknya lebih cepat terasa.

Agar tetap terhidrasi, penting juga untuk makan makanan berkuah dan minum air mineral saat di rumah. Anak yang masih diberikan ASI, bisa tetap disusui lebih lama apabila ia mengalami kondisi ini.

Untuk orang dewasa, mencegah dehidrasi saat keracunan makanan bisa dilakukan dengan mengonsumsi bubuk cairan oralit yang dijual di apotek.

Tuang bubuk oralit dan tambahkan air. Anda juga bisa membuat oralit di rumah dengan cara menambahkan 6 sendok teh gula dan 0,5 sendok teh garam ke dalam 1 liter air.

2. Obat diare

Dokter juga akan memberikan obat diare untuk membantu memadatkan feses yang cair saat keracunan makan.

Menurut Kementerian Kesehatan di Indonesia, obat diare yang dapat diberikan adalah yang mengandung kaopectate dan aluminium hidroksida. Obat ini hanya digunakan apabila kondisi diare Anda terjadi lebih dari beberapa hari. 

3. Obat antibiotik

Pada kasus keracunan makanan yang disebabkan karena infeksi bakteri parah, dokter mungkin akan meresepkan obat antibiotik. Antibiotik umumnya diberikan untuk infeksi shigellosis (infeksi Shigella).

Pengobatan di rumah

Apa saja pengobatan rumahan yang dapat membantu mengelola kondisi ini?

Berikut gaya hidup dan pengobatan rumah dapat membantu Anda mengatasi keracunan makanan.

  • Biarkan perut Anda istirahat. Anda tidak makan boleh dan minum dulu selama beberapa jam setelah gejala muncul.
  • Cobalah mengisap potongan es batu atau meminum sedikit air. Air soda tawar, kaldu, atau minuman isotonik non-kafein juga dapat dikonsumsi.
  • Setelah merasa agak baikan, coba perlahan-lahan kembali makan. Makanlah makanan yang hambar, rendah lemak, rendah serat seperti roti, pisang, dan nasi putih.
  • Istirahatlah di rumah karena keracunan makanan dapat berisiko dehidrasi. Kondisi ini juga dapat melemahkan badan Anda.

Pencegahan

Bagaimana cara mencegah keracunan makanan terjadi?

Cara terbaik untuk mencegah kondisi ini adalah dengan menghindari serta mencegah makanan yang Anda konsumsi agar tidak terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit.  

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena kondisi ini.

  • Jangan makan atau jajan sembarangan.
  • Cuci tangan Anda sehabis dari toilet, sebelum memasak, sebelum menyajikan makanan, dan sebelum makan.
  • Kurangi mengonsumsi daging mentah, telur mentah, dan unggas mentah.
  • Gunakan perkakas dapur seperti pisau dan talenan yang bersih. Setelah potong daging atau bahan makanan mentah lain, cuci dulu pisau serta alat masak lainnya.
  • Cuci buah-buahan segar dan sayuran dengan air matang.
  • Simpan makanan yang mudah busuk seperti daging pada suhu freezer 4º Celsius atau kurang.
  • Daging sapi, kambing, dan domba harus dimasak sampai matang, minimal hingga suhu dalam daging 62º Celsius.
  • Daging giling harus dimasak hingga bagian dalam daging bersuhu 71º Celsius.
  • Daging unggas perlu dimasak hingga 73º Celsius.
  • Sisa makanan harus dipanaskan hingga 73º Celsius sebelum disajikan.

Jika Anda memiliki pertanyaan tentang keracunan makanan, silakan berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk lebih memahami solusi terbaiknya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 05/07/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan