Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Keracunan makanan adalah masalah pencernaan yang terjadi setelah Anda mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit.
Gejalanya muncul dalam beberapa jam kemudian, biasanya berupa mual, muntah, atau diare.
Kebanyakan kasus keracunan makanan termasuk ringan dan bisa ditangani sendiri di rumah. Tapi ada juga orang-orang yang mengalami keracunan parah dan harus ditangani oleh tenaga medis.
Kasus keracunan makanan umum terjadi dan dapat kapan saja memengaruhi setiap orang di segala usia.
Anda dapat terhindar dari keracunan makanan dengan mengurangi faktor risikonya. Silakan diskusikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.
Banyak yang menganggap bahwa keracunan makanan sama dengan gastroenteritis. Hal tersebut dikarenakan keduanya memiliki gejala utama yang sama, yaitu muntah dan diare.
Namun, kedua kondisi tersebut berbeda dan dapat dibedakan dari cara penularannya. Muntaber umumnya menular lewat kontak dengan benda atau permukaan yang telah disentuh orang sakit muntaber.
Anda juga bisa terkena muntaber lewat:
Sementara, keracunan makanan umumnya dapat terjadi melalui:
Tanda dan gejala keracunan makanan bisa bervariasi, tergantung pada apa penyebabnya. Beberapa gejala yang umum termasuk:
Kemungkinan terdapat tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Anda harus menghubungi dokter jika mengalami salah satu dari gejala keracunan makanan parah dengan tanda-tanda:
Gejala tersebut juga merupakan tanda dehidrasi yang bisa berakibat fatal apabila didiamkan begitu saja. Umumnya dehidrasi akibat keracunan makanan lebih mudah dialami oleh anak-anak atau orang lanjut usia.
Keracunan paling sering terjadi karena Anda mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar atau yang belum matang. Misalnya, bila Anda makan makanan yang dimasak dengan air kotor atau bila Anda makan daging sapi yang tidak dimasak sampai matang.
Makanan-makanan tersebut mengandung bakteri, virus, atau parasit yang masih hidup. Akibatnya, setelah dimakan, organisme tersebut akan menginfeksi pencernaan Anda.
Banyak hal yang dapat menyebabkan kondisi ini, berikut adalah di antaranya.
Bakteri adalah salah satu penyebab keracunan yang paling umum. Setiap jenis bakteri bisa menimbulkan gejala dengan tingkat keparahan yang berbeda. Berbagai jenis bakteri yang sering menjadi dalangnya adalah:
Norovirus dapat menginfeksi dalam kurun waktu 12 – 48 jam setelah Anda mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Gejalanya sama dengan kondisi yang disebabkan oleh bakteri. Antara lain seperti kram perut, diare encer (lebih sering terjadi pada orang dewasa), atau muntah (lebih sering terjadi pada anak-anak).
Selain virus dan bakteri, parasit juga bisa menjadi penyebab keracunan makanan. Parasit adalah organisme yang memperoleh makanan dari organisme hidup lain yang juga dikenal sebagai inang.
Salah satu parasit yang bisa menyebabkan keracunan adalah Giardia yang dapat hidup di usus hewan dan manusia.
Jika parasit ini masuk ke dalam tubuh Anda lewat makanan, ia bisa menyebabkan diare, kram perut, kembung, mual, dan feses berbau busuk, dalam waktu sekitar satu hingga dua minggu setelah terpapar.
Selain karena bakteri, virus, dan parasit, beberapa kasus keracunan juga bisa terjadi karena racun alami atau racun kimia tambahan yang dikonsumsi dari makanan.
Pengolahan dan penyimpanan makanan yang salah dapat meningkatkan risiko Anda mengalami keracunan. Kesalahan dalam mengolah makanan ini bisa membuat bakteri berpindah pada makanan dan berkembang biak.
Makanan bisa menyebabkan keracunan makanan apabila dicuci dengan air kotor, dimasak kurang matang, atau disimpan di tempat atau dengan cara yang keliru.
Kondisi ini juga bisa terjadi ketika seseorang yang sedang mengalami keracunan, menyiapkan makanan tanpa mencuci tangan.
Bakteri penyebab penyakit ini juga dapat berpindah dari satu benda ke benda lainnya. Misalnya saat Anda memotong daging mentah yang terdapat bakteri Salmonella menggunakan pisau. Setelah itu Anda memotong selada pakai pisau yang sama tanpa dicuci.
Selain itu, bahan makanan dapat terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit tempat makanan tersebut diolah, disiapkan, atau disimpan, terutama di tempat-tempat yang sanitasi airnya buruk, lingkungannya tidak steril, dan orang-orangnya tidak menjaga kebersihan.
Keracunan makanan seringkali mewabah di:
Makanan-makanan yang diolah, disiapkan, dan disajikan di tempat kotor dapat dihinggapi oleh kuman penyebab keracunan makanan.
Faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko Anda adalah sebagai berikut.
Keracunan makanan agak sulit untuk didiagnosis karena gejalanya dapat sangat mirip dengan masalah pencernaan lainnya, dan banyak pula sumber infeksi yang dapat menyebabkannya.
Saat cek riwayat kesehatan, dokter pertama-tama akan menanyakan beberapa pertanyaan tentang gejala keracunan makanan yang Anda alami, termasuk durasi dan tingkat keparahannya.
Dokter mungkin juga akan bertanya tentang pola penyakit. Contohnya, seperti apakah semua orang di keluarga Anda juga ikut mengalami sakit setelah makan hidangan tertentu atau apakah Anda baru pulang dari bepergian.
Dari jawaban Anda, dokter dapat menarik beberapa dugaan yang mengarah kepada penyebab keracunan makanan.
Selanjutnya dokter akan memeriksa tekanan darah, detak jantung, suhu, dan berat badan Anda. Ia juga akan menekan perut Anda atau mendengarkan bunyi perut. Ini untuk memisahkan diagnosis kondisi lain yang mungkin mirip dengan gejala keracunan makanan, seperti radang usus buntu.
Dokter biasanya akan memastikan diagnosis lewat tes gejala dehidrasi, tes darah lengkap, tes darah panel metabolik dasar (BMP), tes urin, atau tes feses setelah melakukan pemeriksaan fisik dasar dan mengecek riwayat kesehatan Anda.
Pada kebanyakan kasus, gejala dapat sembuh sendiri dalam 1 – 3 hari tanpa perlu pengobatan khusus dari dokter. Pada beberapa orang, gejala bisa bertahan agak lama.
Jika kondisi tidak kunjung membaik atau bertambah parah, dokter dapat menganjurkan rawat inap atau pengobatan yang lebih intensif tergantung penyebab dan tingkat keparahan gejala Anda.
Di bawah ini adalah beberapa obat keracunan makanan yang dapat diberikan dokter.
Dokter dapat merekomendasikan pengobatan rehidrasi untuk mengganti cairan yang hilang saat keracunan makanan disertai diare dan muntah parah.
Cairan oralit bermineral seperti natrium, kalium, dan kalsium dapat diresepkan untuk mengembalikan keseimbangan cairan dalam tubuh Anda yang hilang karena diare. Dokter juga dapat memberikan cairan elektrolit lewat infus agar efeknya lebih cepat terasa.
Agar tetap terhidrasi, penting juga untuk makan makanan berkuah dan minum air mineral saat di rumah. Anak yang masih diberikan ASI, bisa tetap disusui lebih lama apabila ia mengalami kondisi ini.
Untuk orang dewasa, mencegah dehidrasi saat keracunan makanan bisa dilakukan dengan mengonsumsi bubuk cairan oralit yang dijual di apotek.
Tuang bubuk oralit dan tambahkan air. Anda juga bisa membuat oralit di rumah dengan cara menambahkan 6 sendok teh gula dan 0,5 sendok teh garam ke dalam 1 liter air.
Dokter juga akan memberikan obat diare untuk membantu memadatkan feses yang cair saat keracunan makan.
Menurut Kementerian Kesehatan di Indonesia, obat diare yang dapat diberikan adalah yang mengandung kaopectate dan aluminium hidroksida. Obat ini hanya digunakan apabila kondisi diare Anda terjadi lebih dari beberapa hari.
Pada kasus keracunan makanan yang disebabkan karena infeksi bakteri parah, dokter mungkin akan meresepkan obat antibiotik. Antibiotik umumnya diberikan untuk infeksi shigellosis (infeksi Shigella).
Berikut gaya hidup dan pengobatan rumah dapat membantu Anda mengatasi keracunan makanan.
Cara terbaik untuk mencegah kondisi ini adalah dengan menghindari serta mencegah makanan yang Anda konsumsi agar tidak terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit.
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi risiko terkena kondisi ini.
Jika Anda memiliki pertanyaan tentang keracunan makanan, silakan berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk lebih memahami solusi terbaiknya.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar