Mendengar nama sindrom tangan alien (alien hand syndrome) mungkin membuat Anda bergidik ngeri karena membayangkan tangan berubah menyerupai alien yang sering Anda lihat di film. Namun, kondisi ini tidaklah demikian. Simak selengkapnya di sini.
Apa itu sindrom tangan alien?
Sindrom tangan alien (alien hand syndrome/AHS) adalah gangguan saraf (neurologis) langka yang menyebabkan satu tangan bertindak tanpa perintah dari otak. Tangan tersebut seolah-olah memiliki sistem saraf pusat yang terpisah.
Meski bergerak sendiri, alien hand syndrome berbeda dengan tremor (tangan bergetar). Pada penderita AHS, gerakan tangan biasanya memiliki tujuan.
Artinya, tangan ini seringkali bergerak untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, meski tak mendapat perintah dari otak. Tak hanya tangan, kondisi ini juga bisa terjadi pada kaki.
Bahkan, tangan yang bergerak sendiri terkadang disertai dengan kondisi saraf lainnya, seperti agnosia (tidak mampu mengenali objek atau orang), apraksia (tidak mampu menggerakkan tubuh), afasia, tactile dysnomia (tidak mampu belajar dan sulit mengingat), kelemahan otot, kehilangan sensorik, atau penurunan spontanitas motorik.
Selain tangan alien, sindrom yang termasuk langka ini memiliki cukup banyak nama. Mulai dari sindrom tangan anarkis hingga sindrom Dr. Strangelove, yaitu nama seorang tokoh film yang memiliki kelainan pada tangannya.
Adapun alien hand syndrome bisa terjadi pada siapa saja dan usia berapa saja, termasuk anak-anak. Meski demikian, kondisi ini lebih sering terjadi pada orang dewasa.
Apa saja gejala dari alien hand syndrome (AHS)?
Gerakan tangan dipengaruhi oleh kontrol otak secara sadar. Contohnya saat Anda ingin menggaruk, otak akan mengirimkan perintah pada saraf dan otot di sekitar tangan untuk menggaruk bagian yang gatal.
Orang dengan alien hand syndrome biasanya akan kesulitan mengontrol gerakan tangannya. Tangan bisa melakukan tugas sendiri tanpa perintah dari otak.
Sindrom tangan alien memberikan tanda seolah-olah ada orang lain yang mengendalikan tangan atau tangan seperti memiliki otaknya sendiri. Bahkan, tangan bisa menolak apa yang otak perintahkan.
Tangan yang bergerak sendiri bisa melakukan beragam aktivitas seperti menyentuh wajah, membelai rambut, mengancingkan baju, melayang seperti menari, atau mengulur dan mengambil cangkir teh tanpa sepengetahuan penderitanya.
Tangan juga mungkin menyentuh binatang peliharaan atau bahkan karya seni milik orang lain tanpa izin. Tindakan ini terkadang terjadi secara berulang atau kompulsif (bersifat memaksa).
Selain itu, tangan yang terkena AHS bisa menyerang anggota tubuh penderitanya sendiri. Tangan ini bisa menahan sesuatu yang diinginkan oleh penderitanya.
Sebagai contoh ketika Anda ingin mengambil tisu untuk bersihkan hidung, tangan yang terkena AHS justru mendorong tangan Anda yang lain untuk melakukan hal tersebut. Tangan ini juga bisa menutup laci yang baru saja Anda buka dengan tangan lainnya.
Orang dengan sindrom ini beranggapan bahwa tangan tersebut bukan bagian dari anggota geraknya karena tidak mampu ia kendalikan. Inilah gejala dari sindrom tangan bergerak sendiri yang paling menonjol.
Biasanya, gejala ini hilang-timbul. Artinya, penderitanya mungkin merasakan tangan bergerak sendiri dalam beberapa menit atau jam, kemudian berhenti dengan sendirinya. Pada beberapa waktu kemudian, gejala ini bisa timbul kembali.
Setelah gejala menghilang, beberapa orang melaporkan bahwa tangan yang terkena AHS bisa mengalami mati rasa atau terasa sangat lemah. Bahkan, penderitanya bisa menyeret kaki ketika berjalan bila AHS sudah menyerang bagian kaki.