Banyak yang mengira bahwa kejang dan epilepsi (ayan) adalah kondisi yang sama, termasuk Anda. Faktanya, dua kondisi ini tidaklah sama. Lantas, apa beda dari kejang dan epilepsi? Yuk, cari tahu lebih lanjut agar Anda tidak lagi salah mengenali kondisi keduanya.
Apa beda kejang dan epilepsi (ayan)?
Ayan dan kejang memang saling berkaitan satu sama lain. Akan tetapi, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Agar Anda tahu perbedaannya, mari bahas satu per satu.
Definisi kondisi
Epilepsi adalah gangguan sistem saraf pusat, sedangkan kejang adalah gangguan kelistrikan pada otak yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terkontrol. Keduanya sering dianggap sama, karena epilepsi dapat menimbulkan gejala kejang yang menandakan adanya aktivitas tidak normal pada otak.
Pada saat kejang atau ayan terjadi, tubuh akan kehilangan kendali. Mungkin saja bisa membuat seseorang melakukan gerakan menyentak tak terkendali, menatap kosong dalam waktu lama, mata terus berkedip, atau bahkan hilang kesadaran. Orang yang mengalami kejang atau ayan akan merasa kebingungan setelah gejala membaik.
Frekuensi kejadian
Selain definisinya, beda kejang dan epilepsi juga bisa Anda lihat dari seberapa sering kondisinya terjadi. Kejang biasanya terjadi satu kali serangan dan muncul secara tiba-tiba. Sementara epilepsi umumnya menimbulkan gejala kejang yang terjadi lebih dari sekali tanpa ada penyebab yang jelas.
Penyebab yang mendasari
Anda dapat mengetahui beda kejang dan epilepsi dari penyebab yang mendasarinya. Sel saraf (neuron) di otak membuat, mengirim, dan menerima impuls listrik, yang memungkinkan sel saraf otak untuk berkomunikasi. Saat jalur komunikasi ini terganggu, aktivitas kelistrikan di otak pun akan terganggu sehingga bisa menimbulkan kejang.
Selain gangguan kelistrikan, penyebab kejang yang paling umum adalah penyakit ayan Namun, perlu Anda garisbawahi bahwa tidak semua orang yang mengalami kejang itu memiliki penyakit ayan.
Terkadang, pemicu kejang juga bisa akibat:
- Kurang tidur.
- Demam.
- Hiponatremia (kadar natrium rendah dalam darah).
- COVID-19.
- Penggunaan atau penarikan zat secara berlebihan contoh kokain, alkohol, dan nikotin.
Beda dengan kejang biasa, penyebab epilepsi biasanya berkaitan dengan adanya masalah dan kelainan pada otak, seperti:
- Trauma di otak.
- Tumor otak dan stroke.
- Mengidap penyakit akibat infeksi otak seperti meningitis.
- Kelainan struktur otak bawaan lahir, seperti autisme.
Hal yang perlu Anda pahami dari kejang dan epilepsi
Mempelajari beda kejang dan epilepsi itu penting. Pasalnya, kejang ayan yang tidak mendapat pengobatan segera bisa menimbulkan komplikasi, seperti cedera karena terjatuh, tenggelam, berisiko mengalami kecelakaan, dan menimbulkan penyakit mental.
Kejang epilepsi mungkin lebih sering dianggap sebagai kondisi yang kritis, ketimbang kejang biasa. Ini karena kejang biasa, umumnya terjadi pada anak, yang penyebab umumnya adalah demam.
Namun, bukan berarti Anda boleh menyepelekan kondisi ini begitu saja. Baik kejang biasa maupun penyakit ayan perlu pertolongan dokter segera. Tujuannya, agar kondisi bisa tertangani lebih baik dan bisa terhindar dari kemungkinan komplikasi.
Bagaimana menolong orang yang kejang?
Sekarang Anda tahu beda kejang dan epilepsi, bukan? Nah, jka Anda mendapati anggota keluarga atau orang sekitar Anda mengalami kejang, lakukan beberapa hal berikut, seperti dilansir dari Mayo Clinic.
- Posisikan tubuh orang tersebut dengan hati-hati ke satu sisi.
- Letakkan sesuatu yang lembut pada bawah kepalanya.
- Kendurkan dasi atau sesuatu yang menutupi lehernya, seperti syal, jika terlihat kencang dan sesak.
- Jangan mencoba memasukkan jari Anda, sendok, atau apa pun ke dalam mulut orang tersebut.
- Hindari menahan seseorang yang mengalami kejang.
- Jika orang tersebut melakukan gerakann menghentak, singkirkan benda-benda berbahaya yang ada di sekitarnya.
- Tetap bersama orang tersebut sampai petugas medis tiba dan ia mendapatkan pengobatan ayan/kejang yang tepat.
- Amati orang tersebut dengan cermat agar Anda dapat memberikan detail tentang apa yang terjadi, termasuk mencatat berapa kali ia mengalami kejang.
Mengedukasi diri dengan informasi terkait penyakit ini bisa membantu orang-orang sekitar Anda. Semakin cepat dan tepat penanganan kejang maupun penyakit ayan, tentu bisa membantu pasien untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.
[embed-health-tool-bmi]