Meski sering kali terlihat serupa, kejang sebenarnya terbagi ke dalam beberapa jenis. Salah satu jenisnya, yaitu kejang parsial.
Kata parsial sendiri menandakan bahwa kejang jenis ini hanya berdampak pada sebagian tubuh penderitanya.
Penyebab jenis ini juga bisa berbeda-beda pada tiap penderita. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
Apa itu kejang parsial?
Kejang adalah kondisi yang terjadi saat sel saraf pada otak mengirimkan sinyal listrik secara tiba-tiba serta berlebihan dan tak terkendali.
Sementara itu, kejang parsial atau fokal adalah kondisi kejang yang terjadi hanya pada salah satu sisi otak.
Jika yang terdampak sisi otak sebelah kanan, maka tubuh sebelah kiri akan mengalami gangguan.
Begitu pula sebaliknya, jika yang terdampak otak sebelah kiri, yang mengalami gangguan adalah tubuh sebelah kanan.
Kejang parsial awalnya terjadi pada lengan atau kaki, kemudian bergerak ke atas pada sisi tubuh yang sama. Akan tetapi, kejang ini tidak berlangsung lama.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Segala golongan usia dapat mengalami kejang parsial.
Namun, kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia lebih dari satu tahun atau lansia di atas usia 65 tahun, terutama jika memiliki gangguan pembuluh darah otak atau tumor otak.
Untuk melakukan pencegahan, Anda bisa mengurangi faktor risiko yang ada. Silakan berkonsultasi dengan dokter untuk bisa mendapatkan informasi lebih lanjut.
Jenis-jenis kejang parsial
Ada dua jenis kejang parsial yang meliputi berikut ini.
1. Kejang parsial sederhana
Kejang parsial sederhana terjadi pada bagian di salah satu sisi otak, tetapi juga bisa menyebar ke bagian otak lainnya. Jenis ini tidak memengaruhi kesadaran atau ingatan.
Dokter biasanya akan membagi lagi jenis ini menjadi empat tipe, tergantung bagian otak yang terdampak. Berikut penjelasan masing-masing tipenya.
- Motor, yang memengaruhi pergerakan otot dan menyebabkan kejang otot, seperti hentakan tiba-tiba pada kaki, lengan, atau wajah.
- Sensorik, yang memengaruhi pancaindra, sehingga menimbulkan gejala, seperti gangguan pendengaran, gangguan penciuman, atau halusinasi.
- Otonom, yang memengaruhi fungsi organ tubuh dan menyebabkan perubahan pada tekanan darah, detak jantung, atau fungsi saluran pencernaan.
- Psikis, yang memengaruhi perasaan atau ingatan terkait pengalaman yang pernah dialami, hingga bisa menimbulkan ketakutan, kecemasan, atau deja vu.
2. Kejang parsial kompleks
Kejang parsial kompleks merupakan jenis yang bisa terjadi sesaat setelah kejang parsial sederhana.
Bedanya, jenis ini memengaruhi perilaku, kesadaran, atau ingatan sebelum, saat, dan sesaat setelah mengalami kejang.
Jenis ini bisa ditandai dengan gejala berupa melamun atau gerakan otomatis yang berulang, seperti mengecap bibir, berkedip, mendengus, menelan, atau berteriak.
Apa saja tanda-tanda dan gejala kejang parsial?
Orang yang mengalami kejang parsial biasanya tidak bisa mengingat gejala apa saja yang muncul saat kondisi ini terjadi.
Namun, berikut adalah beberapa gejala umum yang mungkin terjadi.
- Kontraksi otot yang terjadi secara abnormal, misal pada pergerakan kepala atau kaki.
- Melakukan gerakan yang sama berulang kali, seperti menggerakkan bibir atau mengambil-ambil pakaian.
- Mata bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya.
- Sensasi yang tidak biasa, seperti mati rasa atau kesemutan.
- Halusinasi atau melihat, mencium, atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tak ada.
- Rasa sakit atau tak nyaman pada area perut.
- Mual.
- Berkeringat.
- Wajah memerah.
- Pupil mengecil.
- Jantung berdetak cepat.
Gejala lain yang mungkin juga Anda rasakan meliputi berikut ini.
- Hilangnya ingatan walau sesaat.
- Perubahan pada pandangan mata.
- Perubahan emosi atau suasana hati.
- Ketidakmampuan berbicara walau hanya sementara.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter.
Pasalnya, tubuh masing-masing orang berbeda. Oleh sebab itu, selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.
Apa penyebab kejang parsial?
Para ahli masih belum bisa mengidentifikasi penyebab pasti dari kejang parsial. Namun, kondisi ini umumnya terjadi pada orang dengan riwayat epilepsi.
Anda juga mungkin bisa menggolongkan kejang berdasarkan ada atau tidaknya pemicu. Kejang tanpa pemicu yang terjadi karena kondisi alami dalam tubuh, seperti berikut ini.
- Kurangnya GLUT-1.
- Keturunan.
- Penyakit bawaan.
- Ketidakseimbangan kimiawi atau metabolisme dalam tubuh.
- Demam atau infeksi.
- Masalah mental.
- Penyakit Alzheimer.
Kejang dengan pemicu yang dapat meliputi berikut ini.
- Luka pada kepala atau otak.
- Alkohol atau narkotika.
- Mengalami penyakit otak.
- Stroke.
- Tumor otak.
Apa faktor yang meningkatkan risiko kejang parsial?
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini. Berikut adalah beberapa faktor risikonya.
- Penuaan.
- Riwayat kesehatan keluarga.
- Cedera kepala, Anda dapat membatasi risiko ini dengan menggunakan sabuk pengaman atau helm saat mengendarai atau menghindari kegiatan yang berisiko tinggi terhadap cedera kepala.
- Kejang dan penyakit pembuluh darah lainnya.
- Demensia.
- Infeksi otak, seperti meningitis.
- Demam tinggi pada anak-anak kadang-kadang berhubungan dengan kejang.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk kejang parsial?
Biasanya, metode yang paling ampuh untuk mendeteksi penyakit kejang parsial adalah elektroensefalografi (EEG). Pemeriksaan ini dapat merekam aktivitas listrik otak.
Pemeriksaan tersebut dapat merekam jika ada peningkatan atau gelombang yang tidak normal pada pola aktivitas listrik otak Anda.
Dengan memahami pola tersebut, dokter bisa mengidentifikasi berbagai jenis epilepsi.
Namun, dokter mungkin juga merekomendasikan Anda untuk menjalani tes pencitraan, seperti magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT).
Tujuannya untuk mencari tahu penyebab dan lokasi terjadinya pemicu kejang pada otak.
Dengan tes pencitraan, dokter dapat melihat adanya jaringan luka, tumor, atau gangguan struktural pada otak.
Apa saja pilihan pengobatan untuk kejang parsial?
Menurut Cedars Sinai, pengobatan yang tepat untuk kondisi ini dapat mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya kejang.
Tak jarang, pengobatan untuk kondisi ini dapat membuat pasien tidak mengalami kejang lagi seumur hidupnya.
Biasanya, pengobatan yang diberikan tergantung pada beberapa kondisi, seperti berikut ini.
- Tipe kejang.
- Frekuensi kejang.
- Tingkat keparahan dari kejang.
- Usia pasien.
- Kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh.
- Riwayat kesehatan pasien.
Secara umum, obat antikejang dapat membantu mengatasi kondisi ini. Namun, pasien mungkin harus mencoba mengonsumsi obat ini dengan dosis yang berbeda-beda sebelum menemukan jenis obat dan dosis yang tepat.
Oleh sebab itu, selama penggunaan obat, dokter akan mengawasi kondisi Anda untuk memastikan ada atau tidaknya efek samping.
Hal ini bertujuan untuk menemukan jenis obat terbaik untuk Anda. Pasalnya, setiap pasien memiliki respons yang berbeda terhadap obat.
Selain itu, operasi mungkin menjadi salah satu alternatif yang perlu Anda pertimbangkan, khususnya jika penggunaan obat masih belum bisa mengontrol kejang.
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kejang parsial?
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi kondisi ini.
- Gunakanlah obat yang telah diresepkan.
- Beri tahu keluarga atau teman tentang kejang yang terjadi pada Anda dan apa saja pertolongan pertama pada kejang.
- Menerapkan pola makan sehat.
- Menghindari pemicu tertentu.
- Memperbanyak istirahat
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
[embed-health-tool-bmi]