backup og meta

Risiko Efek Samping Obat Antiretroviral (ARV) Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Risiko Efek Samping Obat Antiretroviral (ARV) Dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Rutin mengonsumsi obat-obatan antiretroviral (ARV) membantu banyak orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk menjalani hidup lebih yang lebih berkualitas sembari mencegah risiko penularan ke orang sekitar. Namun, seperti kebanyakan obat, efek samping ARV termasuk sulit untuk dihindari. Reaksi seperti mual, sakit kepala, sakit perut, gelisah, atau sulit konsentrasi adalah contoh efek samping obat HIV yang umum.

Di sisi lain, beberapa efek samping obat ARV bahkan bisa terasa sangat serius sehingga memerlukan konsultasi dokter sesegera mungkin.

Risiko efek samping inilah yang menjadi adalah salah satu alasan terbanyak mengapa orang-orang berhenti menggunakan obat HIV. Namun, jangan jadikan risiko efek samping obat ARV sebagai alasan untuk menghentikan pengobatan HIV.

Bahaya efek samping ARV masih bisa diantisipasi melalui penanganan yang tepat. Pengobatan HIV yang dihentikan secara sengaja malah dapat mengarah pada perkembangan penyakit atau stadium HIV yang lebih parah.

Tujan pengobatan HIV dengan obat ARV

Rejimen pengobatan dengan ARV berfungsi mencegah HIV semakin berkembang biak dalam tubuh sekaligus melindungi dan memperkuat sistem imun. Dengan begitu, ODHA dapat memiliki harapan hidup yang sama dengan orang sehat lainnya

Yang wajib untuk diingat, Anda harus tetap rutin mengonsumsi obat dan jangan mengurangi dosis kecuali dokter menyarankannya, meskipun Anda merasa tidak nyaman dengan gangguan kesehatan yang ditimbulkan.

Jika Anda melewatkan banyak dosis atau mengurangi dosisnya sendirian, efektivitas obat mungkin akan hilang. Namun, ada beberapa obat yang harus segera Anda hentikan saat efek samping tertentu muncul.

Menurut WebMD, ada 2 jenis dari efek samping ARV, yaitu efek samping jangka pendek dan jangka panjang.

Efek samping obat ARV jangka pendek

Efek samping obat hiv jangka pendek meliputi kelelahan, mual, diare dan ruam. Efek samping obat ARV ini dapat berlangsung hingga beberapa minggu dan membaik seiring tubuh menyesuaikan dengan pengobatan.

Efek samping ARV yang bersifat sementara lainnya dapat meliputi sakit kepala, demam, nyeri otot dan pusing.

Anda harus beri tahukan pada dokter Anda mengenai segala efek samping ARV yang Anda alami, agar dokter dapat menentukan cara pengobatan terbaik untuk kondisi Anda.

1. Kehilangan nafsu makan

Efek samping obat ARV ini disebabkan oleh jenis obat Abacavir (Ziagen). Dalam mengatasi efek samping ARV ini, Anda dapat makan beberapa porsi kecil dalam sehari sebagai pengganti 3 porsi besar.

Disarankan untuk mengonsumsi suplemen atau minuman bernutrisi untuk memastikan Anda mendapatkan cukup vitamin dan mineral, seperti mengonsumsi stimulan penambah napsu makan, minum jus buah sebagai pengganti air putih.

2. Diare

Diare sebagai efek samping ARV bisa disebabkan oleh konsumsi protease inhibitors dan obat-obatan lain.

Untuk mengatasi efek samping obat ARV ini, Anda harus mengurangi asupan makanan berminyak, berlemak, pedas dan produk susu serta lemak yang tidak larut (seperti sayuran mentah, sereal gandum utuh, kacang-kacangan).

Selain itu, gunakan obat anti diare yang dijual bebas seperti loperamide (Imodium) atau diphenoxylate dan atropine (Lomotil).

3. Kelelahan

Kelelahan akibat konsumsi antiretrovirus disebabkan oleh berbagai obat-obatan. Dalam penanganan efek samping ARV ini, penting untuk mengonsumsi makanan sehat untuk memberikan tenaga lebih dan hindari alkohol serta rokok.

Selain itu, Anda juga perlu untuk berolahraga secara rutin.

4. Depresi

Depresi atau munculnya rasa gelisah dan perubahan mood yang tidak menentu biasanya disebabkan oleh obat ARV jenis Efavirenz (Sustiva). Dalam mengantisiapsi efek samping obat ARV ini, Anda harus mengubah waktu pemberian dosis obat.

Selain itu, hindarilah konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang. Efek samping ARV ini juga bisa diatasi dengan melakukan terapi atau obat-obatan antidepresan.

5. Mual dan muntah

Hampir semua jenis obat-obatan ARV menyebabkan efek samping obat HIV ini.

Cara mengatasi efek samping ARV ini adalah dengan mengonsumsi porsi makanan yang lebih kecil beberapa kali dalam sehari daripada 3 porsi besar, serta konsumsi makanan hambar seperti nasi putih dan crackers.

Selain itu, hindari makanan yang berlemak dan pedas. Hidangkan makanan dengan dingin dan tidak panas. Penting untuk menggunakan obat anti-emetic untuk mengendalikan efek samping obat ARV yang membuat mual.

6. Ruam

Mengonsumsi jenis obat HIV Nevirapine dapat menyebabkan munculnya ruam di kulit. Dalam mengatasi efek samping ARV ini, penting untuk melembapkan kulit dengan menggunakan losion setiap hari dan hindari mandi air panas.

Selain itu, gunakan sabun dan deterjen yang tidak mengiritasi. Kenakan kain yang dapat bernapas, seperti katun. Konsultasikan pada dokter apakah Anda dapat menggunakan obat antihistamin.

7. Gangguan tidur

Penyebab dari gangguan tidur saat menjalani pengobatan antiretroviral adalah penggunaan Elfavirenz (Sustiva) dan jenis obat-obatan HIV lainnya.

Efek samping ARV berupa gangguan tidur dapat diatasi dengan berolahraga secara rutin. Selain itu, ikuti jadwal tidur dan hindari tidur siang, serta hindari kafein dan stimulan lain beberapa jam sebelum tidur.

Selain itu, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat tidur apabila gangguan berlanjut.

Efek samping obat ARV jangka pendek

Selain rentetan gejala ringan di atas, risiko efek samping obat ARV bisa serius dan muncul seiringnya waktu. Efek samping obat ARV ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan jangka panjang yang memerlukan penanganan medis yang tepat untuk mengatasinya.

1. Perubahan pada distribusi lemak tubuh (Lipodistrofi)

Lipodistrofi disebut juga dengan redistribusi lemak. Artinya, Anda memiliki masalah dalam produksi, penggunaan, dan penyimpanan lemak.

Efek samping ARV ini dapat termasuk kehilangan lemak di wajah dan anggota gerak, dan penumpukan lemak jadi berpindah ke perut dan belakang leher. Penyebabnya adalah rangkaian pengobatan dari NRTI dan kelas protease inhibitor.

Olahraga pelatihan kekuatan dan tesamorelin, suatu obat dengan resep yang menargetkan lemak perut, dapat membantu mengurangi efek samping pengobatan HIV ini.

Selain itu, Anda juga harus mendapatkan suntikan polylactic acid (New Fill, Sculptra) di wajah Anda jika Anda kehilangan lemak di area tersebut.

Tanyakan dokter mengenai obat tesamorelin (Egrifta), yang mengurangi kelebihan lemak perut pada orang-orang yang mengonsumsi obat-obatan HIV.

2. Kolestrol dan trigliserida (lipid) tinggi pada darah

Efek samping ARV ini disebabkan oleh protease inhibitors dan obat-obatan lain.

Untuk mengatasinya, penting untuk mengurangi asupan lemak pada pola makan (bicarakan dengan ahli diet tentang cara yang paling aman) dengan mengonsumsi ikan dan makanan lain yang kaya asam lemak omega-3.

Disarankan juga untuk melakukan pemeriksaan darah untuk melihat kadar kolestrol dan trigliserida. Anda perlu mulai mengonsumsi obat kolesterol dan menghindari lemak dalam diet Anda, gunakan statin atau obat penurun lipid lainnya.

3. Resistensi insulin

Konsumsi obat ARV dapat menyebabkan resistansi insulin atau adanya kelainan dalam kadar gula darah Anda. Dalam penanganan efek samping ARV ini, diperlukan adanya perubahan pada diet dan obat Anda.

4. Berkurangnya kepadatan tulang

Efek samping ARV ini bisa menjadi masalah yang penting, terutama untuk orang dewasa penderita HIV yang lebih tua.

Pengeroposan tulang atau osteoporosis dapat menyebabkan peningkatan resiko cedera dan patah tulang. Langkah pencegahan termasuk olahraga angkat bebas dan diet yang mendukung kesehatan tulang.

5. Asidosis laktat

Asidosis laktat adalah kondisi penumpukan laktat dalam tubuh, produk buangan sel tubuh.

Gejala yang muncul karena efek samping ARV ini termasuk kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan nyeri perut. Selain itu, hal ini dapat menyebabkan masalah mulai dari nyeri otot sampai gagal hati.

6. Kerusakan hati

Tanda dan gejala dari efek samping ARV ini termasuk nyeri perut, urin berwarna gelap, dan tinja berwarna terang atau seperti tanah liat. Dokter Anda dapat menjalankan tes dan menentukan tindakan apa yang harus diambil.

Cara mengatasi efek samping ARV jangka panjang

Beberapa efek samping obat ARV memang dapat berlangsung secara menerus atau menyebabkan masalah serius. Namun, ada banyak cara untuk mengatasinya agar tidak terlalu mengganggu kualitas hidup Anda.

Untuk mengatasi efek samping ARV jangka panjang, Anda dapat mengikuti beberapa tips berikut:

  • Tes darah sederhana memungkinkan Anda melihat adanya peningkatan pada kadar kolestrol dan lemak lain pada darah. Anda mungkin perlu untuk menggunakan obat kolestrol dan menghindari lemak dalam menu makan.
  • Kadar gula darah tinggi dapat menyebabkan diabetes. Perubahan pada pola makan dan penggunaan obat diabetes mungkin diperlukan.
  • Jika dokter mendiagnosis adanya perubahan pada cara tubuh Anda menyimpan atau memetabolisme lemak, dokter mungkin dapat menyarankan Anda untuk lakukan olahraga yang berfokus pada latihan kekuatan serta penggunaan tesamorelin, obat resep yang menargetkan lemak perut dapat membantu mengatasi efek samping dari pengobatan HIV ini. Perubahan cara tubuh mengatur simpanan lemak dapat menyebabkan penumpukan lemak pada perut dan pinggang, serta menghilangkan lemak di wajah dan anggota tubuh lainnya.
  • Gejala penumpukkan asam laktat dalam darah meliputi kehilangan nafsu makan, mual, muntah dan sakit perut. Segera laporkan gejala ini ke dokter. Anda mungkin memerlukan perubahan pada pengobatan HIV.
  • Tes kepadatan tulang dapat memastikan osteoporosis sebagai efek samping dari perawatan HIV Anda. Langkah pencegahan meliputi latihan angkat beban dan pola makan yang mendorong kesehatan tulang.
  • Kerusakan hati. Tanda dan gejalanya meliputi sakit perit, urin berwarna keruh, sakit kuning dan feses yang berwarna terang atau seperti tanah liat. Dokter dapat melakukan tes dan menentukan langkah apa yang perlu diambil.

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Retrieved 6 April 2021, from http://www.webmd.com/hiv-aids/guide/hiv-drug-side-effects

Retrieved 6 April 2021, from http://www.health.ny.gov/publications/9408.pdf

Retrieved 6 April 2021, from https://www.aids.gov/hiv-aids-basics/just-diagnosed-with-hiv-aids/treatment-options/side-effects/

Retrieved 6 April 2021, from http://www.webmd.com/hiv-aids/aids-hiv-medication-side-effects?page=2

Retrieved 6 April 2021, from http://www.everydayhealth.com/hs/hiv-health/manage-hiv-treatment-side-effects/

Versi Terbaru

12/04/2022

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Bukan Hanya Ibu, Ayah Pun Berisiko Menularkan HIV Pada Bayi yang Baru Lahir

Bisakah Tertular HIV di Kolam Renang?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 12/04/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan