Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) membutuhkan obat antivirus atau antiretroviral seperti efavirenz untuk mengatasi infeksi HIV. Seperti apa penggunaan dan efek sampingnya? Berikut ini ulasan detailnya.
Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) membutuhkan obat antivirus atau antiretroviral seperti efavirenz untuk mengatasi infeksi HIV. Seperti apa penggunaan dan efek sampingnya? Berikut ini ulasan detailnya.
Golongan obat: antiviral
Merek dagang evafirenz: Efavirenz generik, Viranz.
Efavirenz adalah obat minum berbentuk tablet salut selaput dari kelompok non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NNRTIs) dan termasuk ke dalam golongan obat antivirus.
Obat ini digunakan bersama obat-obatan HIV lainnya untuk mengontrol infeksi yang disebabkan HIV. Efavirenz berfungsi untuk mencegah perbanyakan virus HIV di dalam tubuh.
Utamanya, efavirenz digunakan untuk menurunkan jumlah virus HIV dalam tubuh sehingga sistem imun dapat bekerja lebih baik.
Selain itu, obat antiretroviral ini juga membantu mengurangi risiko komplikasi HIV, seperti infeksi baru dan kanker.
Obat ini juga mungkin digunakan dalam kombinasi bersama obat-obatan HIV lainnya untuk mengurangi risiko terjangkit HIV setelah kontak pertama dengan virus.
Obat ini merupakan obat resep sehingga Anda hanya bisa mendapatkannya dengan resep dari dokter. Konsultasikan dengan dokter Anda untuk informasi lebih lanjut.
Berdasarkan data dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), efavirenz tersedia dalam bentuk tablet salut selaput 600 mg dan viranz berbentuk kapsul 200 mg.
Sediaan lain yang beredar di Indonesia adalah kombinasi, yaitu 600 mg atau 400 mg efavirenz + 300 mg tenofovir + 300 mg lamivudin. Dosis selalu diberikan berdasarkan resep dari dokter.
Dosis untuk dewasa yakni 600 mg sekali sehari. Terapi dilakukan seumur hidup (lifelong therapy). Dibutuhkan waktu 7–12 bulan untuk menurunkan jumlah virus secara signifikan hingga tidak terdeteksi oleh alat diagnosis.
Namun, pasien tetap harus mengonsumsi obatnya setiap hari untuk mempertahankan jumlah virus yang sangat rendah tersebut.
Jika seorang tenaga kesehatan (nakes) tidak sengaja terkena darah pasien HIV/AIDS (misalnya, tertusuk jarum suntik pasien atau membantu persalinan dan darahnya mengenai luka nakes), ia harus meminum efavirenz untuk mencegah infeksi HIV.
Obat perlu diminum selama 28 hari sebanyak 600 mg per hari.
Berat badan >40 kg, 600 mg diminum 1 kali sehari. Tidak dianjurkan untuk anak dengan berat badan di bawah 40 kg.
Efavirenz dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Minum obat satu kali sehari sebelum tidur atau sesuai petunjuk dokter.
Pada pasien anak, berat badan juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Penting untuk terus melanjutkan penggunaan obat ini (dan obat-obatan HIV lainnya) sesuai dengan yang diresepkan dokter Anda.
Melewati atau mengubah dosis tanpa persetujuan dokter dapat meningkatkan pertumbuhan virus secara drastis, membuat infeksi sulit untuk ditangani (kebal obat), atau memperparah efek samping.
Efavirenz bekerja lebih optimal saat kadarnya stabil dalam tubuh Anda. Maka dari itu, sebaiknya minum obat ini dengan jadwal yang rutin dan sama setiap harinya.
Mirip dengan obat lainnya, penggunaan efavirenz juga bisa menimbulkan efek samping. Apabila Anda mendapati efek samping apa pun, beri tahu dokter.
Setiap orang sangat mungkin menemui efek samping yang berbeda. Bahkan ada juga yang merasakan efek samping yang tidak disebutkan pada daftar berikut.
Efek samping umum yang mungkin ditemui di antaranya sebagai berikut.
Efavirenz dapat menyebabkan gejala psikis serius, seperti:
Segera hubungi dokter Anda jika Anda mengalami efek samping serius seperti berikut.
Kondisi kesehatan lain yang Anda miliki bisa memengaruhi penggunaan obat ini. Selalu beri tahu dokter jika Anda memiliki masalah kesehatan lain, terutama sebagai berikut.
Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan (di bawah 30 derajat celcius), jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap.
Penelitian membuktikan bahwa penggunaan efavirenz pada ibu dalam masa kehamilan dapat mengancam keselamatan janin.
Meskipun begitu, pada kasus-kasus tertentu yang mengancam nyawa, faktor risiko yang akan muncul selama terapi mungkin akan setimpal dengan manfaatnya.
Obat ini masuk ke dalam risiko kehamilan kategori D (ada bukti positif dari risiko) menurut US Food and Drugs Administration (FDA) atau setara dengan Badan POM di Indonesia.
Obat ini terbukti dapat keluar melalui air susu ibu (ASI) sehingga ada kemungkinan memasuki tubuh bayi saat menyusu.
Jika Anda ingin menggunakan obat ini selama menyusui, konsultasikan terlebih dahulu pada dokter Anda.
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang serius.
Simpan dan informasikan pada dokter terkait daftar semua produk yang sedang Anda gunakan maupun yang sudah dihentikan (termasuk obat-obatan resep/nonresep dan produk herbal) selama terapi.
Jangan memulai, memberhentikan, atau mengganti dosis obat apa pun tanpa persetujuan dokter. Obat yang mungkin berinteraksi dengan efavirenz adalah sebagai berikut.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.
Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar