Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, anemia adalah kondisi di mana kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dL (gram per desiliter) pada wanita dewasa atau kurang dari 13,0 g/dL pada pria dewasa.
Dari situ, klasifikasi tingkat keparahan anemia dikelompokkan menjadi ringan, sedang, dan berat, tergantung dari seberapa rendahnya kadar hemoglobin dalam darah.
Klasifikasi anemia juga dapat terbagi lagi berdasarkan karakteristik bentuk sel darah merah yang diproduksi yang meliputi berikut ini.
- Makrositik (sel darah merah besar), contohnya anemia megaloblastik, anemia defisiensi B12 dan folat, anemia karena penyakit hati, dan anemia karena hipotiroidisme.
- Mikrositik (sel darah merah terlalu kecil), contohnya anemia sideroblastik, anemia defisiensi besi, dan thalasemia.
- Normositik (sel darah merah berukuran normal), contohnya anemia karena perdarahan (anemia hemoragik), anemia karena penyakit kronis atau infeksi, anemia hemolitik autoimun, anemia aplastik.
Ada pula yang membagi jenis anemia mengikuti penyebab mendasarnya sebagai berikut.
- Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit di sumsum tulang.
- Anemia karena perdarahan (kehilangan banyak darah dari dalam tubuh).
- Anemia yang disebabkan oleh proses penghancuran eritrosit sebelum waktunya.
Apa saja jenis anemia?
Terlepas dari pembagian klasifikasi di atas, saat ini ada lebih dari 400 jenis anemia yang telah teridentifikasi di dunia.
Namun, ada 9 macam anemia yang paling umum terjadi, di antaranya berikut ini.
1. Anemia defisiensi zat besi
Anemia defisiensi besi adalah jenis anemia akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah.
Tanpa zat besi yang cukup, tubuh tidak dapat memproduksi cukup hemoglobin untuk mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Defisiensi zat besi pada umumnya disebabkan oleh kekurangan asupan gizi dari makanan sehat, atau akibat trauma kecelakaan yang menyebabkan banyak perdarahan sehingga persediaan zat besi ikut hilang.
2. Anemia defisiensi vitamin
Seperti namanya, anemia jenis ini terjadi ketika tubuh kekurangan asupan vitamin yang berperan penting dalam pembentukan sel darah merah sehat.
Beberapa vitamin tersebut adalah vitamin B12, B9 atau folat (juga dikenal sebagai asam folat), dan vitamin C.
Anemia megaloblastik dan anemia pernisiosa adalah macam-macam anemia yang secara spesifik disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau folat.
Selain karena kurang asupan makanan bergizi, anemia defisiensi vitamin juga dapat disebabkan oleh adanya masalah pada sistem pencernaan atau penyerapan makanan.
Ini dapat terjadi pada beberapa orang dengan masalah luka atau gangguan usus, seperti penyakit Celiac sehingga sulit memproses atau menyerap vitamin B12, vitamin C, atau asam folat dengan baik.
Di sisi lain, risiko anemia defisiensi vitamin juga dapat meningkat ketika kebutuhan vitamin tubuh meningkat tapi upaya untuk memenuhinya tetap tidak cukup, misalnya pada ibu hamil dan penderita kanker.
3. Anemia aplastik
Anemia aplastik adalah kondisi saat tubuh Anda berhenti memproduksi cukup sel darah merah sehat yang baru. Ini adalah kondisi yang cukup serius, tapi jarang terjadi.
Kondisi ini terjadi akibat adanya kerusakan atau kelainan pada sumsum tulang Anda.
Sumsum tulang itu sendiri adalah sel induk yang menghasilkan komponen darah, mulai dari sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
Kerusakan pada sumsum tulang dapat memperlambat atau mematikan produksi sel darah baru.
Maka pada orang dengan anemia aplastik, sumsum tulang mereka bisa saja kosong (aplastik) atau mengandung sangat sedikit sel darah (hipoplastik).
4. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit termasuk dalam klasifikasi anemia karena keturunan. Jenis anemia ini disebabkan oleh kerusakan genetik pada gen pembentuk hemoglobin dalam darah Anda.
Anda bisa berisiko terkena anemia sel sabit apabila ada salah satu dari orangtua Anda memiliki gen mutasi pemicu anemia sel sabit.
Mutasi genetik ini kemudian mengakibatkan keping sel darah merah yang diproduksi jadi berbentuk seperti bulan sabit, dengan tekstur kaku dan lengket.
Seharusnya, sel darah merah yang sehat berbentuk bulat pipih yang mudah mengalir di dalam pembuluh.
5. Anemia thalasemia
Thalasemia juga termasuk salah satu jenis anemia yang diturunkan dalam keluarga. Thalasemia terjadi saat tubuh membuat bentuk hemoglobin yang tidak normal.
Akibatnya, sel-sel darah merah tidak dapat berfungsi dengan benar dan tidak membawa cukup oksigen.
Sel darah abnormal disebabkan oleh mutasi genetik atau hilangnya gen penting tertentu dalam faktor pembuatan darah.
Gejala thalasemia tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan jenis yang Anda miliki.
Penderita thalasemia sedang atau berat mengalami berisiko masalah pertumbuhan, pembesaran limpa, masalah tulang, dan penyakit kuning.
6. Anemia defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD)
Anemia defisiensi G6PD terjadi ketika sel-sel darah merah Anda kehilangan enzim penting yang disebut G6PD.
Kurangnya enzim G6PD menyebabkan sel-sel darah merah Anda pecah dan mati ketika bersentuhan dengan zat-zat tertentu dalam aliran darah.
Anemia ini termasuk dalam jenis kekurangan darah akibat keturunan.
Bagi Anda yang mengidap anemia defisiensi G6PD, infeksi, stres berat, hingga asupan makanan atau obat-obatan tertentu dapat menyebabkan kerusakan sel darah merah.
Beberapa contoh pemicu tersebut termasuk obat antimalaria, aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan obat sulfa.
7. Anemia hemolitik autoimun (AHA)
Anemia hemolitik adalah klasifikasi untuk jenis anemia yang bisa diturunkan ataupun tidak, alias didapatkan semasa hidup. Penyebabnya belum diketahui jelas.
Dugaan sementara, anemia hemolitik autoimun ini menyebabkan sistem kekebalan tubuh keliru mengenali sel darah merah sehat sebagai sesuatu yang mengancam. Akibatnya, antibodi bereaksi untuk menyerang dan menghancurkannya.
8. Diamond Blackfan Anemia (DBA)
Diamond Blackfan Anemia (DBA) adalah kelainan darah langka yang biasanya didiagnosis pada anak-anak selama tahun pertama kehidupan mereka. Anak-anak dengan DBA tidak membuat cukup sel-darah merah.
Sebagian besar, tanda-tanda atau gejala anemia muncul pada usia 2 bulan, dan diagnosis DBA biasanya dibuat pada tahun pertama kehidupan anak.
Penderita DBA mengalami gejala umum anemia, seperti:
- kulit pucat,
- kantuk,
- sifat lekas marah,
- denyut jantung yang cepat, dan
- murmur jantung.
Dalam beberapa kasus, tidak ada gejala-gejala fisik yang jelas dari DBA.
Namun, sekitar 30-47% penderita DBA memiliki cacat lahir atau fitur abnormal yang umumnya melibatkan wajah, kepala, dan tangan (terutama jempol).
Selain itu, penderita DBA juga kemungkinan memiliki cacat jantung, ginjal, saluran kemih, dan organ genital.
Anak yang menderita DBA cenderung memiliki usia yang lebih pendek dan mungkin mengalami pubertas lebih lambat dari anak normal.
DBA dapat diturunkan melalui keluarga. Sekitar separuh pasien anak-anak didiagnosis dengan gangguan gen yang abnormal telah diidentifikasi dan dapat berkontribusi pada penyebab DBA.
Pada anak-anak lain dengan DBA, tidak ada gen abnormal ditemukan dan penyebabnya tidak diketahui.
Pengobatan anemia yang mungkin diberikan termasuk obat-obatan, transfusi darah, dan transplantasi sumsum tulang.
DBA pernah dianggap sebagai penyakit yang terjadi hanya pada anak-anak.
Dengan pengobatan yang lebih sukses, banyak anak-anak bertahan hidup hingga menjadi dewasa dan lebih banyak orang dewasa sekarang hidup dengan penyakit ini.
Sekitar 20% orang dengan DBA mengalami remisi setelah pengobatan. Remisi berarti tanda-tanda dan gejala anemia telah menghilang selama lebih dari enam bulan tanpa pengobatan.
Remisi dapat berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan permanen.
Komplikasi umum dari DBA adalah kelebihan zat besi, yang dapat memengaruhi jantung dan hati. Kondisi ini hasil dari transfusi yang diperlukan untuk pengobatan.
9. Anemia fanconi
Dikutip dari Stanford Children’s Health, anemia fanconi adalah gangguan darah di mana sumsum tulang tidak membuat sel-sel darah yang cukup atau membuat jenis sel-sel darah abnormal.
Kondisi ini dapat menurun dalam keluarga, diturunkan dari generasi ke generasi.
Kebanyakan orang dengan anemia fanconi didiagnosis antara usia 2-15 tahun. Orang yang memiliki anemia ini mungkin hanya hidup selama 20-30 tahun.
Berikut adalah beberapa tanda-tanda dan gejala anemia fanconi.
- Cacat lahir yang melibatkan ginjal, tangan, kaki, tulang, tulang belakang, penglihatan, atau pendengaran.
- Berat badan lahir rendah.
- Kesulitan makan.
- Kurangnya keinginan untuk makan.
- Ketidakmampuan belajar.
- Pertumbuhan tertunda atau lambat.
- Kepala kecil.
- Kelelahan.
- Anemia atau jumlah darah yang rendah.
Perempuan dengan anemia fanconi mungkin menstruasi lebih lambat dari perempuan lain dan mengalami kesulitan untuk hamil atau menjalani persalinan.
Mereka juga mungkin mengalami menopause dini.
Menderita anemia fanconi dapat meningkatkan risiko kanker jenis tertentu, seperti leukemia, tumor di mulut atau kerongkongan, hingga kanker organ reproduksi.
10. Anemia sideroblastik
Anemia sideroblastik adalah jenis anemia langka, ditandai dengan adanya kelebihan zat besi.
Anemia sideroblastik disebabkan oleh sumsum tulang yang menghasilkan sel darah imatur (sideroblas) berbentuk cincin, bukannya kepingan cakram seperti sel darah merah yang sehat (eritrosit).
Pada orang yang memiliki anemia sideroblastik, tubuhnya memiliki zat besi tetapi tidak dapat memasukkannya ke dalam hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein yang dibutuhkan sel darah merah untuk mengangkut oksigen secara efisien.
Kelebihan zat besi di dalam tubuh membuat sel imatur mengandung banyak radikal bebas yang dapat menghancurkan sel-sel darah merah sehat.
Akibatnya, sel darah merah jadi lebih cepat mati dan berkurang jumlahnya.
Gejala anemia sideroblastik mirip dengan gejala anemia pada umumnya, seperti mudah lelah dan sulit bernapas.
Beberapa gejala anemia sideroblastik lainnya yang mungkin muncul, antara lain:
- warna kulit pucat,
- denyut jantung yang cepat (takikardia),
- sakit kepala,
- palpitasi jantung, dan
- sakit pada dada.
Anemia sideroblastik adalah kondisi yang dapat diatasi dengan beberapa perawatan tertentu, seperti suplemen vitamin B6, obat pengurang zat besi, transfusi darah, hingga transplantasi sumsum tulang.
Meski beberapa jenis anemia diturunkan dan tak terelakkan, ada masih bisa mencegah anemia jenis lainnya.
Cara yang bisa dilakukan yakni dengan mengonsumsi makanan penambah darah yang bergizi dan memenuhi kebutuhan vitamin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah.