backup og meta

Alergi Makanan

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 18/07/2023

Alergi Makanan

Definisi alergi makanan

Alergi makanan adalah reaksi alergi yang muncul setelah mengonsumsi makanan tertentu. Hal ini terjadi akibat reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap zat di dalam makanan yang sebenarnya tidak berbahaya.

Reaksi tersebut kemudian memicu sejumlah gejala yang bervariasi pada tubuh. Reaksi yang muncul bervariasi, dari ringan hingga berat, seperti gatal-gatal dan bibir bengkak, hingga gejala parah yang disebut sebagai syok anafilaksis. Syok anafilaksis dapat mengancam nyawa jika penderitanya terlambat mendapatkan pengobatan medis yang tepat.

Biasanya alergi makanan terlihat saat anak-anak, tapi gejalanya juga bisa muncul kapan saja bahkan setelah dewasa. Bahkan ada beberapa orang yang dapat mengembangkan alergi terhadap makanan yang telah dikonsumsi bertahun-tahun.

Berdasarkan penyebabnya, reaksi alergi makanan terbagi menjadi dua, yaitu yang melalui perantara antibodi Immunoglobulin E (IgE) dan yang tidak melalui perantara IgE atau alergi non-IgE.

Bedanya, gejala yang muncul dari alergi non-IgE muncul lebih lambat sehingga akan lebih sulit terdeteksi. Walau demikian, non-IgE tidak menimbulkan reaksi berat seperti syok anafilaksis.

Seberapa umum kondisi alergi makanan?

Jenis alergi yang satu ini memang cukup umum dan dapat dialami siapa saja. Meski begitu, kondisi ini cenderung lebih sering dialami oleh anak-anak.

Bahkan menurut Food Allergy Research and Education, terdapat sekitar satu dari 13 anak yang memiliki alergi terhadap satu atau lebih jenis makanan tertentu.

Anak-anak umumnya memiliki alergi susu, kacang kedelai, gandum, dan telur. Sementara itu, orang dewasa lebih sering mengalami alergi dari santapan laut, seperti ikan dan kerang atau beberapa jenis kacang seperti almon, kacang mete, dan kacang pikan. 

Penyebab alergi makanan

Penyebab alergi makanan yaitu sistem kekebalan tubuh Anda yang bereaksi berlebihan terhadap zat dalam makanan, umumnya protein. Zat pemicu alergi ini disebut dengan alergen.

Jika Anda memiliki alergi, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi berlebihan terhadap alergen dengan merangsang sel-sel tubuh untuk melepaskan antibodi. Antibodi ini dikenal dengan nama immunoglobulin E (IgE). Immunoglobulin E nantinya akan bergerak menuju sel-sel yang melepaskan bahan kimia seperti histamin.

Histamin dan zat kimia lainnya pun mengalir dalam darah. Zat-zat inilah yang pada akhirnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala alergi, seperti gatal-gatal, hidung berair, bengkak, diare, bahkan syok anafilaksis.

Pada kasus non-IgE, mekanisme munculnya reaksi alergi belum diketahui pasti. Secara garis besarnya, alergi makanan non-IgE disebabkan oleh sel yang berbeda dalam sistem imunitas tubuh.

Namun, zat yang menyebabkan alergi harus berada pada jumlah tertentu sampai bisa memunculkan reaksi alergi. Alergen dapat masuk sedikit-sedikit dan berulang kali tanpa memunculkan reaksi. Ketika zat tersebut sudah melewati batas, tubuh akan bereaksi. Itu sebabnya, pada beberapa orang reaksi alergi baru muncul saat dewasa.

Semua zat dari makanan bisa saja menimbulkan reaksi alergi, bergantung pada kesensitivitasan tubuh terhadap suatu zat tertentu. Namun, biasanya makanan yang paling sering menjadi pemicu adalah telur, susu, seafood, dan kacang-kacangan.

Faktor-faktor risiko

Memang, siapa saja bisa terkena alergi, tapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko Anda untuk mengalaminya. Berbagai faktor tersebut termasuk:

  • Riwayat keluarga. Jika ada salah satu anggota keluarga Anda memiliki alergi makanan, maka lebih tinggi risiko Anda untuk mengalami hal yang sama.
  • Memiliki alergi lain. Jika Anda telah memiliki alergi terhadap satu makanan, Anda berisiko tinggi untuk bereaksi negatif terhadap makanan lain. Demikian juga jika Anda memiliki jenis reaksi alergi lain, seperti alergi debu, risiko Anda akan meningkat.
  • Umur. Alergi makanan umumnya terjadi pada anak-anak, khususnya anak-anak kecil dan bayi. Untungnya saat tumbuh besar, sistem pencernaan menjadi lebih matang sehingga mampu meminimalisir mencerna makanan yang mengandung alergen. Namun jika alerginya cenderung parah, hal ini bisa terbawa sampai dewasa.
  • Asma. Asma dan alergi makanan umumnya terjadi bersamaan. Ketika hal ini terjadi, gejala keduanya cenderung lebih berat.

Tanda dan gejala alergi makanan

Gejala alergi makanan biasanya terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah Anda terpapar zat penyebab alergi (alergen) dari santapan yang dikonsumsi.

Gejalanya dapat bervariasi pada setiap orang, Anda juga mungkin bisa mengalami reaksi yang berbeda di lain waktu. Namun pada umumnya, yang dialami meliputi sebagai berikut.

  • Sensasi geli atau gatal di mulut.
  • Bintik-bintik merah, gatal, atau eksim.
  • Bengkak pada bibir, wajah, lidah, tenggorokan, atau bagian tubuh lainnya.
  • Hidung tersumbat.
  • Sakit perut, diare, mual, atau muntah.
  • Pusing, terasa mau pingsan, atau pingsan.

Terkadang gejala alergi yang muncul mungkin tidak langsung terjadi, perlu waktu beberapa saat sampai reaksi muncul setelah makan.

Kapan harus periksa ke dokter?

Anda harus segera ke dokter jika Anda mengalami gejala alergi setelah makan hidangan tertentu. Jika memungkinkan, kunjungi dokter Anda selama reaksi alergi masih terjadi. Penanganan yang lebih cepat dapat membantu dokter Anda mendiagnosis masalah. 

Untuk beberapa orang, alergi dapat merangsang reaksi berat yang disebut anafilaksis. Anafilaksis akan memengaruhi pernafasan serta detak jantung Anda. Gejala anafilaksis, antara lain:

  • Sesak napas.
  • Tenggorokan bengkak atau terasa gumpalan di tenggorokan yang menyebabkan Anda sulit bernapas.
  • Mengalami shock yang ditandai penurunan tekanan darah.
  • Jantung berdebar-debar.
  • Pusing, sampai pingsan atau kehilangan kesadaran.

Syok anafilaksis dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani dengan tepat. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko Anda mengalami reaksi anafilaksis, di antaranya adalah:

  • punya riwayat asma,
  • berusia remaja atau lebih muda, serta
  • terlambat menggunakan epinefrin untuk mengobati gejala alergi.

Diagnosis alergi makanan

Tidak ada satu tes yang bisa langsung mendiagnosis alergi makanan yang mungkin Anda alami. Umumnya dokter akan mempertimbangkan sejumlah faktor dan beberapa tes alergi makanan sebelum membuat diagnosis.

Faktor dan tes alergi makanan yang dapat dilakukan oleh dokter termasuk sebagai berikut.

  • Menanyakan gejala Anda. Sebelumnya, dokter akan menanyakan makanan apa saja dan berapa banyak yang sudah dikonsumsi. Kemudian, dokter bertanya untuk mengetahui gejala alergi yang Anda alami, pola gejalanya, dan kapan gejala muncul. Berbagai informasi ini akan memudahkan dokter saat membuat diagnosis.
  • Riwayat alergi keluarga Anda. Dokter juga akan menanyakan apakah keluarga atau sanak saudara Anda pernah punya kasus alergi yang sama atau berbeda jenis. Pasalnya, faktor keturunan bisa jadi salah satu faktor Anda memiliki alergi apa pun.
  • Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan yang cermat sering dapat mengidentifikasi atau mengecualikan masalah medis lainnya.

Beberapa tes untuk mendiagnosis alergi makanan

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, Anda harus mengikuti berbagai tes untuk benar-benar memastikan adanya alergi yang Anda miliki. Berikut beberapa pemeriksaan yang mungkin akan dijalani.

1. Tes kulit

Tes tusuk kulit dapat menentukan makanan apa yang memicu gejala alergi Anda. Dalam tes ini, dokter akan menggunakan sejumlah ekstrak kecil makanan yang dicurigai sebagai alergen.

Ekstrak alergen akan ditempatkan pada kulit lengan bawah atau punggung Anda. Dokter atau ahli kesehatan lain kemudian akan menusuk kulit Anda dengan jarum untuk membiarkan sejumlah kecil zat alergen masuk ke bawah permukaan kulit Anda. Jika Anda alergi terhadap zat tertentu yang sedang diuji, Anda akan mengalami benjolan atau reaksi yang meningkat.

Perlu diingat, reaksi positif terhadap tes ini saja tidak cukup untuk mengonfirmasi alergi makanan. Dokter akan menyarankan beberapa tes tambahan lain.

2. Tes darah

Tes darah dapat dilakukan untuk mengukur respons sistem kekebalan tubuh Anda terhadap makanan tertentu. Dokter akan mengukur antibodi yang imunoglobulin E (IgE) yang mungkin keluar saat sampel darah diberi ekstrak alergen.

Untuk tes ini, sampel darah yang diambil di kantor dokter Anda dikirim ke laboratorium medis, tempat makanan yang berbeda dapat diuji.

3. Diet eliminasi

Guna memeriksa apakah Anda benar alergi terhadap makanan tertentu, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan diet eliminasi. Pada diet ini, Anda akan menghilangkan satu atau beberapa jenis makanan yang dipercaya dapat menimbulkan reaksi dari pola makan Anda.

Misalnya, pada fase pertama Anda tidak diperbolehkan untuk konsumsi makanan yang mengandung produk susu dan telur selama beberapa minggu,

Setelah lewat fase pertama, Anda bisa mulai makan satu jenis makanan yang sebelumnya dihindari secara perlahan. Dokter juga akan menanyakan kembali tentang gejala alergi yang Anda rasakan.

Bila tidak muncul reaksi alergi, Anda bisa memakannya kembali. Namun, jika muncul reaksi alergi, dokter bisa menduga kalau benar Anda memang punya alergi terhadap makanan yang dicurigai. Alhasil, Anda harus mengeliminasi jenis makanan tersebut dari menu makan sehari-hari. 

Karena diet eliminasi memiliki aturan yang sangat ketat dengan banyak pantangan, diet sebaiknya hanya dilakukan di bawah pengawasan dokter.

4. Makan makanan tersebut secara langsung

Tes ini harus dilakukan di tempat praktik dokter. Dalam pengujian alergi ini, nantinya Anda akan diberikan makanan dalam jumlah sedikit. Lama-kelamaan jumlah makanan yang diberikan akan semakin banyak.

Jika Anda tidak memiliki reaksi selama tes ini, Anda mungkin bisa tetap memakannya seterusnya. Namun jika reaksi alergi langsung muncul walau makanan tersebut hanya dikonsumsi sedikit, Anda harus menghindarinya.

Obat dan pengobatan

Kondisi ini umumnya tidak bisa hilang dan akan terus ada. Jadi, cara yang bisa Anda lakukan agar tidak sampai mengalami reaksi alergi karena makanan adalah dengan menghindari makanan yang mengandung alergen.

Apabila secara tidak sengaja memakannya, Anda bisa meredakan gejala alergi makanan yang muncul dengan cara berikut: 

Untuk reaksi alergi ringan, obat alergi makanan tanpa resep atau antihistamin. Obat-obat ini dapat dikonsumsi setelah makanan yang jadi penyebab reaksi alergi diketahui. Antihistamin akan membantu meredakan gejala seperti gatal-gatal atau munculnya bintik-bintik merah. Meski begitu, antihistamin tidak dapat mengobati reaksi alergi berat.

Selain itu, Anda juga bisa minum air putih untuk meringankan gejalanya. Apalagi bila Anda mengalami hidung tersumbat sebagai reaksi alergi. Minum air putih dapat membantu mencairkan lendir di saluran hidung dan meredakan nyeri.

Untuk reaksi alergi berat, Anda harus selalu membawa injeksi otomatis epinefrin (EpiPen, Twinjet, Auvi-Q). Alat ini adalah kombinasi dari semprotan dan jarum tersembunyi yang menyuntikkan dosis tunggal obat ketika ditekan ke paha Anda. Epinefrin dapat bertindak cepat dalam meningkatkan pernapasan dan meredakan gatal-gatal.

Suntukan Epinefrin digunakan segera jika Anda mengalami gejala alergi yang parah seperti sesak napas, batuk- denyut nadi melemah, atau kombinasi gejala seperti gatal-gatal yang ditambah dengan sakit perut.

Epinefrin bisa digunakan dengan dosis berulang jika perlu. Dalam keadaan darurat atau bila butuh epinefrin lebih banyak, Anda harus segera mencari pertolongan medis dan mendapat perawatan di ruang UGD.

Pengobatan di rumah

Agar reaksi alergi tak selalu datang, hal yang harus Anda lakukan tentu saja adalah mengendalikan berbagai pemicunya. Gaya hidup dan pengobatan rumah berikut dapat membantu Anda mencegah alergi makanan.

  • Menghindari makanan yang bermasalah (makanan sisa atau makanan kedaluwarsa).
  • Baca label kandungan makanan dengan saksama sebelum membeli atau menyiapkan makanan.
  • Pelajari cara menggunakan suntikan anti-alergi dan ajari orang-orang di sekitar Anda jikalau Anda tiba-tiba menderita alergi jenis ini. Selalu bawa obat alergi.
  • Kenakan gelang atau kalung medis sebagai tanda agar orang-orang tahu bahwa Anda memiliki alergi makanan atau jenis lainnya.
  • Beri tahu keluarga Anda, pengasuh, dan guru jika anak Anda memiliki alergi makanan.
  • Cuci peralatan dengan hati-hati sebelum menyiapkan makanan bayi. Hal ini dapat membantu mencegah penyebab alergi.

Selain hal-hal di atas, Anda juga harus lebih memperhatikan asupan gizi yang diberikan untuk anak jika si kecil yang mengalami alergi. Misalnya pada anak-anak yang alergi susu, Anda harus memberikan pengganti yang sekiranya bisa memenuhi kebutuhan kalsium seperti satu cangkir sayuran hijau yang setara dengan 4 ons susu.

Bila anak alergi telur, Anda bisa memberikan sumber protein yang serupa seperti susu, daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan.

Pada dasarnya, banyak alternatif makanan lain yang memiliki komposisi gizi yang serupa dengan makanan alergen. Namun, Anda juga harus memastikan bahwa anak tidak memiliki alergi pada makanan pengganti.

Jika Anda belum yakin, sebaiknya konsultasikan hal ini kepada dokter atau ahli gizi yang akan membantu Anda dalam menyusun menu makan sehari-hari. Untuk pertanyaan lain yang ingin disampaikan, silakan menghubungi dokter guna mendapatkan solusi yang terbaik.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Ferri, F. F. (2012). Ferri’s Netter Patient Advisor. St. Louis, MO: Elsevier Health Sciences.

Porter, R. S., Kaplan, J. L., & Homeier, B. P. (2009). The Merck Manual Home Health Handbook. MO: Merck & Company.

Food allergy: Can it develop later in life?. (2020). Retrieved 1 August 2018, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-allergy/expert-answers/food-allergy/faq-20058483

Food allergy – diagnosis and treatment. (2019). Retrieved 28 July 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/food-allergy/symptoms-causes/syc-20355095

Food Allergies – Causes, Symptoms, & Treatment. Retrieved 28 July 2020, from https://acaai.org/allergies/types/food-allergy

Food Allergies in Children. Retrieved 24 August 2020, from  https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Food-Allergies-in-Children.aspx

Kids with food allergies – Is Your Food-Allergic Child’s Diet Nutritionally Balanced? Retrieved 24 August 2020, from http://www.kidswithfoodallergies.org/page/is-your-food-allergic-childs-diet-nutritionally-balanced.aspx

Versi Terbaru

18/07/2023

Ditulis oleh Novita Joseph

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Abduraafi Andrian

Apakah artikel ini membantu?


Artikel Terkait

Selain Gatal, Ini Gejala Alergi pada Kulit Lainnya yang Perlu Anda Ketahui

Alergi Panas Matahari