backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mencegah Reaksi Alergi Makanan, di Rumah dan di Restoran

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 19/01/2022

    Mencegah Reaksi Alergi Makanan, di Rumah dan di Restoran

    Reaksi alergi makanan dapat menimbulkan gejala berupa gatal-gatal, ruam kulit, atau sakit perut. Gejala yang dirasakan pada setiap orang berbeda-beda, bahkan Anda juga tak selalu mengalami gejala alergi makanan yang sama setiap reaksi alergi terjadi.

    Seringnya reaksi alergi makanan yang terjadi saat dewasa tidak bisa dihilangkan, akan tetapi ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah kemunculannya.

    Cara mencegah munculnya reaksi alergi makanan

    Bila Anda memiliki alergi makanan, hal yang harus dilakukan untuk mencegah munculnya reaksi tentunya dengan tidak mengonsumsi makanan penyebab alergi, baik ketika makan di rumah atau makan di restoran.

    Namun, kerap ada faktor lain yang bisa menimbulkan alergi, seperti alergen yang tersembunyi dalam produk makanan atau makanan yang terpapar dengan makanan pemicu alergi. Untuk menyiasatinya, cari tahu cara yang bisa Anda lakukan yuk!

    1. Membaca label informasi produk makanan

    mencegah alergi makanan
    Sumber: WebMD

    Banyak produk makanan yang sudah menyertakan informasi penting untuk orang-orang yang memiliki alergi seperti apakah produk mengandung protein susu atau gandum dan apakah makanan diproduksi di tempat yang juga memproses bahan alergen seperti kacang.

    Meski demikian, Anda harus tetap membaca segala informasi pada label yang tertera di kemasan produk. Ada kalanya produsen makanan melakukan perubahan formula akan bahan yang digunakan, bisa jadi perubahan ini juga menambahkan bahan-bahan yang menjadi alergen.

    Maka dari itu, membaca label informasi sangat penting untuk mencegah munculnya reaksi alergi makanan.

    2. Memperhatikan kebersihan perkakas masak dan alat makan

    penyebab keracunan makanan

    Terkadang, banyak orang yang luput memerhatikan alat-alat makan atau masak yang mereka gunakan. Misalnya, penggunaan pisau selai yang masih terdapat sisa selai kacang langsung digunakan untuk mengoles selai lainnya tanpa dibersihkan terlebih dahulu.

    Kebiasaan ini memang sepele, tapi tidak bagi orang-orang yang memiliki alergi. Sisa alergen yang masih tinggal dan menempel di makanan tersebut ketika dikonsumsi bisa menimbulkan reaksi pada orang yang sensitif.

    Dengan alasan inilah Anda harus rutin membersihkan perkakas setelah digunakan untuk memasak makanan yang menjadi alergen. Saat menyimpan bahan makanan pun sebaiknya pisahkan makanan yang aman dari makanan pemicu alergi untuk mencegah kontak silang antar makanan.

    Selain itu, Anda juga harus mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah makan. Bila perlu, gunakan alat makan yang berbeda dari alat makan orang lain.

    3. Ganti bahan makanan penyebab alergi dengan alternatif lain

    berapa lama masa kadaluwarsa telur

    Mungkin Anda kerap merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian dengan kondisi alergi makanan yang Anda miliki. Untungnya, ada berbagai pilihan alternatif yang bisa dikonsumsi sebagai pengganti makanan tersebut.

    Misalnya jika Anda memiliki alergi susu, Anda bisa memilih susu kedelai yang sudah diperkaya (fortified). Selain itu, Anda juga bisa mendapatkan asupan vitamin D dari kacang mete, bayam, dan brokoli.

    Alternatif ini juga bisa diterapkan ketika Anda ingin mencoba resep seperti kue atau makanan lainnya. Terutama untuk Anda yang alergi telur, resep-resep tersebut kerap menggunakan makanan ini sebagai salah satu bahannya. Anda bisa menggantinya dengan pisang yang sudah dihancurkan atau saus apel tanpa pemanis yang dicampur dengan baking powder.

    Mencegah alergi makanan saat bersantap di luar

    mencegah alergi makanan di restoran

    Mencegah alergi makanan saat makan di luar memang bukan perkara mudah. Saat makan di restoran, Anda tidak mengetahui persis bahan apa saja yang digunakan dan bagaimana makanan tersebut dimasak. Oleh karena itu, berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu Anda.

    1. Memilih restoran yang sesuai dengan apa yang dapat Anda makan

    Sebelum memilih restoran yang akan dikunjungi, ada baiknya Anda tanyakan pada keluarga atau teman yang memilik alergi makanan sama untuk memberi rekomendasi. Bila tidak ada rekomendasi, Anda bisa mengunjungi situs untuk melihat menunya terlebih dahulu.

    2. Pilih restoran franchise

    Masing-masing restoran dalam franchise yang sama cenderung menggunakan bahan yang sama dan menyiapkan makanan dengan cara yang sama pula. Jadi, jika Anda sudah tahu apa makanan yang aman untuk dipesan di restoran tersebut di satu cabang, Anda juga bisa memesan makanan yang sama di cabang lainnya.

    3. Menelepon restoran

    Bagi Anda yang memiliki alergi makanan, memesan tempat sebelum pergi mungkin akan menjadi pilihan yang terbaik untuk mencegah kemunculan reaksi alergi. Dengan begitu saat Anda menghubungi restoran, Anda dapat sekaligus menanyakan perihal menu atau bagaimana cara mereka mempersiapkan masakan. Beri tahu pada staf bahwa Anda atau anak Anda memiliki alergi makanan.

    Setelah memberikan manajer atau koki daftar alergi makanan Anda, beri tahu mereka tentang apa yang biasanya Anda makan saat makan di luar. Dengan informasi ini, koki harus dapat membuat menu yang sesuai dengan kebutuhan Anda.

    Ketahui juga apakah makanan tersebut dimasak dengan cara digoreng atau dipanggang. Bahan makanan yang ditumis atau dipanggang akan meminimalkan penggunaan peralatan memasak umum dan peralatan bersama. Lihat daftar bahan yang digunakan dalam piring Anda, termasuk hiasan makanan (garnish), untuk memastikan tidak ada alergen tersembunyi.

    4. Berkomunikasi dengan pramusaji

    mencegah alergi makanan

    Bila Anda langsung datang ke restoran, tanyakan bahan-bahan apa saja yang digunakan pada menu tersebut dan bagaimana cara memasaknya. Pastikan yang menyiapkan makanan ini mengerti alergi makanan Anda dan menjelaskan bahwa cross-contact harus dihindari.

    Tidak perlu malu jika Anda merasa tidak berkomunikasi secara efektif. Jika staf tampaknya tidak memahami situasi Anda, selalu percayakan usus Anda dan cari anggota staf lain atau manajer.

    Kadang kala, pilihan paling aman adalah menghindari makan di sana dan memesan makanan di tempat yang lain yang sudah sering Anda kunjungi.

    5. Memilih makanan yang aman

    Jika bertanya tentang bahan pada makanan tidak memungkinkan, pesanlah menu makan yang lebih sederhana dan sudah Anda ketahui jelas seperti kentang atau ayam panggang.

    Hindari makanan yang digoreng. Makanan yang dipanggang dan dimasak dengan minyak goreng berisiko untuk cross-contact; paling baik untuk menghindari makanan yang digoreng kecuali Anda tahu pasti bahwa makanan disiapkan dengan aman.

    Berhati-hatilah ketika memesan makanan penutup yang sering menjadi sumber alergen tersembunyi. Karena banyak restoran memesan makanan penutup mereka dari toko-toko khusus, staf mungkin tidak dapat memberikan daftar lengkap bahan. Jika ragu, lebih baik urungkan niat memesan makanan penutup dan membuat sendiri versi yang lebih aman di rumah.

    6. Sedia obat alergi

    Lebih tepatnya, langkah ini adalah tindakan jaga-jaga. Terutama jika Anda memiliki alergi yang parah (anafilaksis). Dokter mungkin akan memberikan obat alergi makanan berupa suntikan epinefrin otomatis yang harus Anda bawa setiap saat.

    Bila Anda mengalami reaksi alergi, Anda harus segera disuntikkan epinefrin pada bagian paha atas. Untuk memudahkan, seluruh anggota keluarga atau teman terdekat yang pergi bersama Anda harus mengetahui cara penggunaan obat tersebut.

    Setelah itu, jangan menunggu sampai gejalanya membaik dan segera cari pertolongan medis. Ada baiknya juga untuk menyediakan lebih dari satu injeksi epinefrin dan letakkan di tempat-tempat yang biasa menjadi tempat Anda berkutat seperti meja kerja, mobil, atau kamar.

    Mencegah bayi dan anak dari alergi makanan

    alergi ruam pada bayi

    Jika anak telah benar-benar didiagnosis memiliki alergi, hal yang harus dilakukan tentu adalah menghindari pemberian makanan beralergen tersebut dalam menu makan anak Anda.

    Tindakan selanjutnya serupa dengan bagaimana Anda mencegah alergi pada orang dewasa. Ingatlah untuk selalu membaca komposisi bahan dari produk-produk makanan yang akan dibeli.

    Jangan lupa siapkan juga makan dan minum untuk anak dengan peralatan berbeda yang tidak pernah terpapar alergen. Untuk makanan alternatif, sebaiknya konsultasikan kepada dokter tentang makanan apa saja yang aman untuk dikonsumsi si kecil.

    Bila kasusnya Anda atau pasangan yang memiliki alergi takut anak juga akan mengalami hal yang serupa, atau bila anak memiliki risiko yang tinggi, maka yang bisa Anda lakukan adalah membatasi pola makan dengan tidak mengonsumsi makanan yang umumnya menjadi alergen saat masa menyusui.

    Apa yang ibu makan sehari-hari dapat tersalurkan dalam ASI, maka membatasi asupkan makanan penyebab alergi dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah alergi.

    Pastikan untuk memberi asupan ASI kepada bayi Anda. ASI umumnya mudah dicerna dan dapat membantu memperkuat sistem kekebalan bayi. Terutama jika Anda memberikan ASI eksklusif selama empat hingga enam bulan pertama, hal ini mungkin bisa mengurangi risiko anak terkena eksim dini, mengi atau alergi susu sapi.

    Ketika saatnya sudah tepat, Anda bisa mulai memperkenalkan bayi pada makanan-makanan seperti buah-buahan sayuran, atau sereal secara bertahap. Dalam memperkenalkan makanan tersebut, mulailah dengan makanan yang paling jarang menjadi alergen.

    Coba berikan setiap 3-5 hari, cara ini akan membantu Anda dalam mengamati adanya reaksi yang akan muncul sehingga jika memang terjadi, Anda akan lebih mudah untuk mengidentifikasi makanan pemicunya.

    Jika anak tak memiliki reaksi pada makanan tersebut, berikan anak makanan yang mengandung bahan-bahan yang lebih umum memicu reaksi alergi seperti susu, telur, atau kacang-kacangan. Jangan menunda pengenalan jenis makanan ini karena hal tersebut malah akan meningkatkan risiko alergi pada bayi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 19/01/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan