backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Berbagai Tes dan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Alergi Makanan

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    Berbagai Tes dan Pemeriksaan untuk Mendiagnosis Alergi Makanan

    Alergi makanan adalah suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh keliru mengira zat di dalam makanan sebagai zat yang berbahaya. Karena gejala yang dialami dapat berbeda pada setiap orang, dibutuhkan tes untuk memastikan bahwa Anda memiliki alergi pada makanan tertentu. Apa saja itu?

    Pemeriksaan dan tes untuk mendiagnosis alergi makanan

    cara mengatasi gejala alergi makanan

    Memang, mendiagnosis alergi makanan tak semudah mendiagnosis penyakit lain. Sebabnya, seperti yang sudah disebutkan, gejala alergi makanan dapat bervariasi dari orang ke orang. Anda juga tak selalu merasakan gejala yang sama setiap mengalami reaksi.

    Reaksi alergi makanan tak hanya memengaruhi satu bagian tubuh tertentu. Efeknya dapat dirasakan pada kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, sampai sistem kardiovaskular. Kebanyakan alergi makanan sudah terlihat sejak kecil, tapi beberapa orang bisa saja mengembangkan alergi pada usia yang berbeda.

    Terlepas dari fakta tersebut, Anda harus tetap segera berkonsultasi pada dokter jika merasa ada kemungkinan memiliki alergi. Dokter akan memberikan penanganan serta memberi tahu Anda berbagai informasi tentang pengendalian alergi sesuai penyebabnya.

    Sebelum melakukan berbagai tes, Anda harus melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Terkadang reaksi alergi bisa muncul lebih lambat, sehingga orang-orang tidak mengetahui makanan manakah yang memicu alergi.

    Saat pemeriksaan fisik, dokter mungkin akan bertanya seputar gejala yang Anda rasakan seperti apa saja reaksi yang muncul, berapa lama reaksi terjadi setelah konsumsi makanan, berapa banyak yang dikonsumsi, seberapa sering Anda mengalami reaksi, dan apakah reaksi muncul setiap Anda mengonsumsi makanan tertentu.

    Dokter juga menanyakan riwayat kesehatan Anda dan keluarga untuk mengetahui adanya alergi lain atau kemungkinan alergi yang diturunkan, serta pola makan Anda sehari-hari.

    Namun, riwayat yang diberikan dari pasien saja tidak bisa menjadi ukuran pasti dan sering kali sulit untuk ditafsirkan. Maka dari itu, Anda harus menjalani pemeriksaan tambahan jika sudah dicurigai bahwa Anda memiliki alergi. Berikut adalah tes alergi yang mungkin akan dilakukan guna memastikan adanya alergi pada makanan tertentu.

    1. Tes paparan alergen secara oral

    alergi dan intoleransi makanan

    Pada tes ini, dokter akan memberikan Anda makanan yang diduga menyebabkan alergi dalam jumlah kecil. Makanan juga bisa diberikan dalam bentuk kapsul. Nantinya, jumlah yang diberikan akan semakin banyak. Selama itulah dokter mengawasi untuk melihat adanya reaksi alergi yang muncul.

    Bila tidak ada reaksi alergi yang terjadi selama menjalani tes ini, maka makanan tersebut aman dan masih bisa Anda konsumsi dalam menu sehari-hari.

    2. Tes kulit

    tes uji tusuk kulit skin prick test

    Tes kulit alergi juga kerap dijalani oleh pasien untuk menentukan diagnosis alergi makanan. Pada tes ini, dokter akan meletakkan sejumlah kecil ekstrak dari makanan penyebab alergi pada kulit punggung atau lengan bawah. Setelah itu, kulit ditusuk dengan jarum agar zat dari makanan tersebut masuk ke bawah kulit.

    Anda kemungkinan besar memiliki alergi terhadap zat yang sedang diui jika mengalami benjolan atau merasakan gatal di sekitar area yang ditusuk. Meski demikian, adanya reaksi belum cukup untuk benar-benar mengonfirmasi alergi makanan.

    3. Tes darah

    tes darah deteksi kesehatan jantung

    Tes darah bertujuan untuk mengetahui respons sistem kekebalan Anda terhadap makanan tertentu dengan memeriksa antibodi imunoglobulin E yang ada dalam darah. Imunoglobulin E (IgE) adalah antibodi yang dihasilkan tubuh ketika terpapar dengan alergen yang nantinya akan menimbulkan reaksi berupa gejala alergi seperti gatal-gatal atau sakit perut.

    Saat pemeriksaan, dokter akan mengambil sampel darah dari vena di lengan menggunakan jarum kecil. Darah yang diambil dikumpulkan ke dalam tabung atau botol reaksi. Tes ini hanya akan memakan waktu kurang lebih lima menit.

    4. Diet eliminasi

    diet eliminasi

    Berbeda dari tes lainnya, diet eliminasi akan memakan waktu yang lebih lama karena menyangkut dengan pola makan Anda sehari-hari. Pada diet ini, Anda harus mengeliminasi beberapa kelompok makanan yang dicurigai dapat menyebabkan alergi selama dua sampai enam minggu.

    Sebagai contoh, Anda harus menghilangkan makanan yang mengandung telur, susu, dan daging dari menu makan. Artinya, Anda hanya diperbolehkan untuk makan makanan yang tidak mengandung bahan-bahan tersebut. Setelah lewat beberapa minggu, Anda boleh mulai mengonsumsi salah satu dari kelompok makanan yang sebelumnya dieliminasi.

    Konsumsinya pun harus secara bertahap dan dimulai dari porsi yang kecil. Jika tak ada reaksi yang muncul, maka Anda bisa kembali mengonsumsi bahan makanan tersebut. Berbeda jika gejala muncul kembali, kemungkinannya Anda memiliki alergi atau bisa juga memiliki intoleransi.

    Diet eliminasi merupakan diet yang sangat ketat karena akan menghilangkan sebagian besar nutrisi yang diperlukan tubuh. Karena itulah Anda tidak disarankan untuk mencoba diet ini sendiri tanpa mendiskusikannya dengan dokter atau ahli gizi.

    Hal yang harus diketahui sebelum menjalani tes alergi makanan

    Anda tak perlu melakukan persiapan khusus sebelum menjalani tes alergi makanan. Namun, ada beberapa hal yang sebaiknya Anda ketahui seputar tes yang akan dilakukan.

    Tes bukanlah tanpa risiko. Pada tes paparan alergen oral misalnya, Anda bisa saja mengalami reaksi alergi yang parah (anafilaksis). Tes tusukan kulit juga dapat menimbulkan iritasi atau gatal. Oleh karena itu, tes harus dilakukan di bawah pengawasan ketat oleh dokter atau ahli.

    Sedangkan tes darah seringnya tidak menimbulkan risiko, akan tetapi Anda mungkin akan merasakan sensasi seperti tersengat saat jarum keluar atau masuk. Beberapa orang juga ada yang mengalami memar di area yang dimasukkan jarum, untungnya gejala tersebut dapat menghilang dengan cepat. Biasanya orang yang memiliki ruam kulit lebih disarankan untuk melakukan tes darah.

    Baik tes darah dan tes tusuk kulit dapat memperlihatkan adanya IgE yang muncul karena makanan tertentu. Namun, hasil tes darah akan keluar lebih lama dibandingkan tes tusuk kulit.

    Perlu Anda ketahui juga, tes yang dilakukan tidak bisa memprediksi seberapa parah alergi yang Anda miliki. Tes hanya akan mengetahui adanya kemungkinan alergi pada suatu makanan.

    Faktanya, dari sekitar 50-60% tes yang dilakukan mengeluarkan hasil “false positive‘ atau positif palsu. Artinya tes tersebut bisa saja menunjukkan hasil yang positif meskipun Anda tidak benar-benar alergi terhadap makanan yang diuji.

    Hal ini bisa terjadi karena dua alasan. Pertama, tes menunjukkan respons terhadap protein yang tidak tercerna. Ada kemungkinan bahwa makanan yang memasuki aliran darah tidak terdeteksi oleh IgE tubuh. Kedua, tes mungkin mendeteksi protein yang serupa tapi tidak memicu reaksi alergi.

    Meski demikian, jika pada riwayat menunjukkan bahwa Anda telah beberapa kali mengalami reaksi setelah mengonsumsi kelompok makanan tertentu ditambah dengan reaksi positif, kemungkinan besarnya Anda memang memiliki alergi terhadap makanan tersebut.

    Bisa dikatakan dalam menentukan diagnosis untuk alergi makanan, rekam medis Anda memiliki peranan yang cukup penting. Karena itulah Anda harus benar-benar memperhatikan serta mengingat gejala yang muncul setelah mengonsumsi makanan.

    Jika perlu, catatlah berbagai gejala yang Anda rasakan dan waktu terjadinya gejala. Catatan ini akan membantu Anda dalam memberikan laporan yang lebih akurat saat menjalani pemeriksaan fisik dengan dokter.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan