Saat Anda terbangun sebelum siklus REM usai, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun, sehingga tubuh masih dikondisikan dalam setengah tidur setengah sadar. Maka dari itu, Anda akan merasakan tubuh kaku, sulit bernapas, tidak bisa berbicara, dan masih dalam pikiran yang mengawang saat ‘ketindihan’.
Studi terbitan jurnal Clinical Psychological Science menyebutkan bahwa sensasi kewalahan dan panik dari rentetan pengalaman sensoris tersebut cenderung membuat seseorang merasa makin tertekan, terlebih lagi ketika mereka sudah lebih dulu percaya bahwa fenomena sleep paralysis terjadi karena faktor supranatural.
Ini yang membuat pengalaman ketindihan saat tidur bagi sebagian orang menjadi suatu pengalaman yang mengerikan dan traumatis. Studi yang sama menyebutkan bahwa orang-orang yang cenderung berpikir logis malah tidak mengalami masalah atau trauma berarti setelah pulih dari kelumpuhan tidur.
‘Ketindihan’ bisa jadi faktor genetik, namun terdapat sejumlah faktor lain yang mungkin terkait dengan fenomena ini, seperti jam tidur yang berantakan, kebanyakan begadang, stres, posisi tidur telentang, gangguan bipolar atau gangguan tidur lainnya (narkolepsi atau kram kaki malam hari).
Sleep paralysis juga bisa menjadi efek samping dari konsumsi obat tertentu, seperti obat ADHD atau penyalahgunaan narkotika.
Cara ampuh mengatasi sleep paralysis

Melansir laman National Health Service, sleep paralysis akan membaik dari waktu ke waktu. Nah, satu-satunya cara untuk mengatasi kondisi ini agar tidak terjadi lagi adalah menerapkan kebiasaan tidur yang baik, antara lain:
1. Tidur cukup
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar