Penyakit tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menginfeksi paru-paru. Infeksi bakteri tuberkulosis bisa menyebabkan gangguan pada fungsi paru-paru, kerusakan jaringan yang serius, hingga kematian. Bahkan, TBC di Indonesia menempati angka teratas kematian yang diakibatkan penyakit. Lalu, apakah penyakit TBC bisa sembuh total? Ketahui di sini.
Apakah penderita TBC bisa sembuh total?
Penyakit TBC ditandai dengan kelompok gejala yang khas, seperti batuk menerus selama lebih dari 2 minggu yang bisa juga disertai dengan batuk berdarah, berkeringat di malam hari, demam ringan, dan kehilangan berat badan secara drastis.
Meskipun termasuk penyakit kronis dengan gejala serius, TBC atau TB paru bisa sembuh total. Namun, apakah TBC bisa sembuh sendiri tanpa diobati? Jawabannya tidak.
Kunci utama untuk penyakit ini bisa disembuhkan total adalah menjalani pengobatan medis yang tepat.
Penderita TBC perlu minum obat antituberkulosis (OAT) sesuai dengan aturan pengobatan yang dianjurkan dokter.
Aturan pengobatan TBC mencakup dua tahap, yakni pengobatan intensif dan lanjutan dengan lama pengobatan yang bisa mencapai 6—12 bulan.
Menurut CDC, penyakit TBC bisa sembuh total ketika penderita menjalani dua tahap pengobatan hingga selesai.
Sekalipun di tengah pengobatan Anda merasa kondisi kesehatan telah membaik dan tidak lagi mengalami gejala TBC yang disebutkan, Anda tetap harus minum obat TBC secara teratur.
Pada dua bulan pertama pengobatan, Anda biasanya memang merasa lebih membaik. Hal ini membuat Anda beranggapan bahwa Anda sudah sembuh.
Padahal, sebenarnya bakteri penyebab TBC masih ada dalam tubuh dan hanya “tertidur” alias dorman atau tidak aktif memperbanyak diri.
Pengobatan untuk membasmi bakteri yang berada dalam keadaan tidur lebih sulit karena kebanyakan obat antibiotik bekerja saat bakteri dalam keadaan aktif.
Selain itu, OAT juga membutuhkan waktu yang lama untuk bisa benar-benar membunuh bakteri tuberkulosis.
Penderita TBC bisa dinyatakan sembuh secara total dari infeksi bakteri ketika hasil pemeriksaan BTA (tes dahak TBC) menunjukkan hasil negatif.
Hal ini didasarkan karena hasil BTA yang negatif menunjukkan risiko penularan TBC yang sangat rendah dari penderita ke orang lain.
Kondisi saat penderita TBC tidak bisa sembuh total
Jika Anda sering lupa minum obat TBC atau lalai mengikuti aturan pengobatan, bakteri yang semula tertidur saat kondisi Anda membaik akan kembali aktif menginfeksi dan menimbulkan gejala.
Kondisi ini membuat seolah ciri-ciri TBC yang kambuh. Lebih parah lagi, bakteri TBC berpotensi menjadi kebal atau resistan terhadap obat-obat antibiotik yang sudah Anda minum selama ini.
Kondisi inilah yang disebut dengan multi drug resistant tuberculosis atau TB MDR.
TB MDR adalah masalah yang serius karena bakteri semakin sulit untuk dibunuh dan penyakit semakin sulit disembuhkan.
Ditambah lagi, Anda perlu minum antibiotik yang lebih kuat yang berisiko untuk memberikan efek samping OAT yang mengganggu.
Dalam kebanyakan kasus, TB MDR umumnya tidak dapat disembuhkan secara total, meskipun telah mengganti obatan-obatan antituberkulosis dengan OAT lini kedua.
Di Indonesia, kasus TB MDR sudah cukup sering ditemukan.
Ada beberapa penyebab kegagalan pengobatan tuberkulosis hingga bisa berkembang menjadi TB MDR.
Di antaranya yaitu kurangnya informasi terkait perkembangan penyakit TBC, tidak tersedianya biaya dan akses yang terjangkau, efek samping pengobatan, dan kurangnya komitmen untuk mengonsumsi obat jangka panjang.
Bisakah fungsi paru kembali optimal setelah sembuh?
Seperti yang sudah disebutkan di atas, TBC bisa sembuh total bila keberadaan bakteri TBC tidak terdeteksi lagi di dalam tubuh.
Namun, tidak semua kasus kondisi paru-paru bisa kembali optimal seperti semula setelah pengobatan selesai.
Pasalnya, infeksi tuberkulosis dapat mengakibatkan penurunan fungsi paru-paru baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain itu, penyakit tuberkulosis bisa menyebabkan komplikasi. Salah satu komplikasi yang mungkin Anda alami adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Kondisi ini juga bisa membuat Anda sering mengalami sesak napas, meskipun kuman tuberkulosis sudah tidak terdeteksi.
Ketika kerusakan jaringan paru yang disebabkan infeksi bakteri bersifat permanen, kemungkinan gejala TBC tetap terasa bahkan hingga setelah pengobatan tuberkulosis selesai.
Pada penelitian di jurnal BMC Pulmonary Medicine, kasus kerusakan paru ditemukan sebanyak 74% dari 501 pasien yang telah sembuh dan selesai menjalani pengobatan TBC.
Kerusakan jaringan paru biasanya ditunjukkan ketika Anda melakukan foto rontgen dada. Pada hasil pencitraan terlihat masih terdapat nodul bekas infeksi atau bercak-bercak putih di bagian paru.
Namun, kondisi ini tidak lantas menunjukkan bahwa infeksi bakteri TBC masih berlangsung atau bakteri kembali aktif menginfeksi.
Meskipun demikian, bukan berarti fungsi paru-paru tidak bisa kembali seratus persen sehat.
Selama pengobatan dan setelah dinyatakan bersih dari infeksi, penderita TBC bisa menjalani rehabilitasi atau tahapan pemulihan kondisi yang mencakup terapi dan latihan fisik untuk mengembalikan fungsi paru-paru.
Anda tak perlu khawatir akan kesulitan, jenis latihan fisik atau olahraga untuk penderita TBC yang dilakukan akan disesuaikan dengan kondisi serta kemampuan pernapasan Anda.
Dengan menjalani aturan pengobatan dengan baik serta melakukan program rehabilitasi TBC, maka peluang untuk penderita TBC sembuh total, baik dari infeksi bakteri dan pulihnya kesehatan paru, pun semakin besar.
Keberhasilan pengobatan juga bisa dibantu dengan pendampingan perawatan TBC di rumah dari orang terdekat.