Kemunculan jerawat batu (kistik) yang penampilannya lebih besar, keras, merah menyala, dan terasa lebih sakit dibandingkan jenis jerawat lainnya tentu cukup mengganggu.
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Kemunculan jerawat batu (kistik) yang penampilannya lebih besar, keras, merah menyala, dan terasa lebih sakit dibandingkan jenis jerawat lainnya tentu cukup mengganggu.
Jerawat ini kerap ditutupi dengan riasan agar tidak terlalu kentara. Untuk mengatasinya, Anda perlu mengetahui penyebabnya terlebih dahulu.
Jerawat batu atau dikenal dalam dunia medis sebagai jerawat kistik adalah salah satu jenis jerawat yang cukup parah.
Kondisi ini terbentuk jauh di dalam kulit yang disebabkan penyumbatan akibat penumpukan sel kulit mati.
Jerawat kistik juga dapat muncul karena terperangkapnya bakteri di dalam pori-pori dan akhirnya menginfeksi kulit.
Akibatnya, jerawat atau benjolan besar yang memerah dan berisi nanah pun terbentuk.
Beberapa orang dengan kondisi ini merasakan sakit ketika jerawat tidak sengaja tersentuh.
Namun, tidak sedikit pula yang mengakui tidak mengalami nyeri saat menekan jerawatnya.
Jika kondisi ini tidak segera ditangani, peradangan di lapisan kulit terdalam dapat menyebar yang menyebabkan pori-pori pecah.
Alhasil, peradangan menyebar ke jaringan kulit sekitarnya. Peradangan yang terlanjur menyebar luas dapat memicu kemunculan jerawat yang baru.
Seperti jenis jerawat lainnya, jerawat kistik termasuk penyakit kulit yang umum terjadi.
Menurut studi dalam International Journal Of Women’s Dermatology (2018), seseorang dapat mengalami jerawat batu sekitar 85% sepanjang hidup, terutama di usia remaja dan dewasa.
Umumnya, ciri utama jerawat kistik adalah benjolan merah besar menyerupai bisul.
Jerawat ini memiliki tekstur yang lunak dan sering menimbulkan rasa sakit ketika disentuh. Meski begitu, rasa nyeri ini tidak terjadi pada semua orang.
Selain benjolan merah yang besar, ada sejumlah ciri-ciri lainnya yang mungkin menandakan Anda mengalami jerawat batu.
Kondisi ini biasanya sering dijumpai di wajah. Namun, jerawat besar yang memerah ini juga dapat menyerang bagian lainnya yaitu jerawat di badan seperti di dada, punggung, dan area belakang telinga.
Anda bisa memeriksakan diri ke dokter atau mendatangi penyedia layanan kesehatan jika mengalami gejala berikut.
Pada dasarnya, penyebab jerawat batu sama dengan bentuk jerawat lainnya. Penyakit kulit tidak menular ini bermula dari penyumbatan pori-pori akibat kelebihan minyak (sebum), kotoran, dan sel kulit mati.
Pori-pori yang tersumbat memudahkan bakteri penyebab jerawat untuk berkembang biak, sehingga menginfeksi jaringan kulit sekitarnya.
Ada beberapa faktor yang memicu penyumbatan pori-pori kulit sebagai berikut.
Selain itu, jerawat kistik sangat dipengaruhi oleh keseimbangan kadar hormon dalam tubuh, yaitu produksi hormon androgen yang berlebihan.
Kadar androgen yang berlebihan mengakibatkan kelenjar sebasea menjadi lebih aktif. Akibatnya, produksi sebum pun menjadi lebih banyak, sehingga pori-pori lebih mudah tersumbat dan kulit berisiko mengalami jerawat.
Ketidakseimbangan hormon biasanya terjadi pada masa pubertas, menjelang menstruasi, hingga menderita sindrom ovarium polikistik (PCOS).
Memencet atau menggaruknya dapat meningkatkan risiko jaringan parut dan infeksi kulit.
Beberapa orang mengalami bintik-bintik perubahan pigmen (terang atau gelap) di area jerawat kistik setelah kulit bersih.
Bintik-bintik ini bisa berwarna merah muda, ungu, merah, hitam atau cokelat.
Sebenarnya, menurut situs Cleveland Clinic, tampilan bintik ini dapat memudar, tetapi mungkin memakan waktu lebih dari satu tahun.
Dokter spesialis kulit akan memeriksa kulit Anda ketika mendiagnosis jerawat batu.
Anda juga mungkin akan ditanyai seputar riwayat masalah jerawat pada keluarga untuk memastikan penyebab pasti kondisi Anda.
Setelah menentukan jenis jerawat apa yang tengah dialami kulit, dokter biasanya akan memberikan pilihan pengobatan untuk menghilangkan jerawat.
Berikut ini beberapa cara mengatasi jerawat batu yang biasa direkomendasikan dokter.
Pilihan obat topikal (salep atau krim) untuk jerawat biasanya tergantung pada usia, lokasi jerawat, dan tingkat keparahan kondisi Anda.
Berikut ini beberapa kandungan obat jerawat topikal yang biasa digunakan untuk menghilangkan jerawat batu.
Jika jerawat batu disebabkan oleh infeksi bakteri, artinya Anda membutuhkan antibiotik untuk mengatasi masalah ini.
Antibiotik digunakan untuk mengurangi jumlah bakteri dan mengurangi peradangan.
Sayangnya, obat ini tidak bekerja untuk menekan produksi minyak berlebih dan sel kulit mati. Oleh sebab itu, antibiotik tidak digunakan sebagai perawatan tunggal, melainkan obat tambahan.
Perlu diingat bahwa pengobatan jerawat dengan antibiotik hanya boleh digunakan dalam jangka pendek. Jika jerawat sudah membaik, pemberian antibiotik akan dihentikan.
Selain kombinasi antibiotik dan obat-obatan lainnya, terapi hormon juga dilakukan untuk menghilangkan jerawat batu, khususnya untuk para wanita.
Salah satu jenis obat untuk terapi hormon adalah spironolakton.
Spironolakton biasanya digunakan pada wanita yang mengalami peradangan jerawat. Pasalnya, obat ini dapat mengurangi produksi minyak berlebih yang dapat menyumbat pori-pori.
Isotretinoin atau lebih dikenal dengan accutane adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati jerawat batu.
Namun, penggunaan obat ini harus diawasi dokter. Pasalnya, penentuan dosis isotretinoin tergantung pada berat badan dan kondisi kesehatan pasien.
Metode ini akan direkomendasikan bagi Anda yang telah mencoba antibiotik dan benzoil peroksida, tetapi tidak mengalami kemajuan apa pun.
Meski dapat sembuh dan hilang, jerawat yang membandel dapat kembali muncul.
Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah jerawat batu.
Selain beberapa kebiasaan di atas, Anda perlu mengelola stres agar jerawat batu tidak kembali muncul.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar