Jaringan parut pada kulit adalah jaringan yang muncul pada proses penyembuhan luka. Saat terluka, kulit menghasilkan serat protein (kolagen) untuk memperbaiki jaringan yang rusak.
Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None
Jaringan parut pada kulit adalah jaringan yang muncul pada proses penyembuhan luka. Saat terluka, kulit menghasilkan serat protein (kolagen) untuk memperbaiki jaringan yang rusak.
Selanjutnya, terbentuklah jaringan parut yang menutupi luka sehingga jaringan ini disebut juga dengan bekas luka.
Bentuk jaringan parut bisa bermacam-macam, tergantung dari keparahan dan jenis luka.
Jaringan parut atau bekas luka pada kulit biasanya terlihat keras, kemerahan, dan menonjol. Jenis jaringan parut yang terbentuk akan dipengaruhi oleh penyebabnya.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan munculnya jaringan parut adalah luka parah akibat kecelakaan, cedera, luka bakar, luka robek, dan jerawat parah (nodul).
Faktor seperti usia, gen, etnis, dan kondisi kesehatan secara menyeluruh juga bisa memengaruhi pembentukan jaringan parut.
Lantas, apa saja jenis-jenis jaringan parut pada kulit?
Jaringan parut pada kulit ini mungkin sudah tidak asing bagi Anda.
Keloid adalah jaringan yang muncul berlebihan akibat tubuh memproduksi terlalu banyak kolagen di area luka.
Bekas luka ini terus tumbuh, bahkan saat luka sudah tertutup sempurna. Biasanya, bekas luka ini muncul dalam setahun hingga beberapa tahun setelah mengalami luka.
Bentuk keloid terlihat menonjol dan berwarna merah muda hingga lebih gelap daripada kulit lainnya.
Saat keloid tumbuh, tak jarang Anda merasa gatal, nyeri, dan membuat Anda susah bergerak karena jaringannya keras dan kencang.
Umumnya, keloid lebih mudah muncul pada orang dengan etnis Asia dan kulit gelap. Bagian kulit yang sering mengalami keloid, yaitu:
Jaringan parut pada kulit yang satu ini serupa dengan keloid, yakni tumbuh menonjol. Bedanya, bekas luka hipertrofik tumbuh tidak melebihi batas luka asli.
Melansir riset terbitan Molecular Medicine, sebanyak 40 hingga 70% bekas luka hipertrofik muncul akibat luka bekas operasi.
Selain itu, 91% kasus luka bakar akan menimbulkan jaringan parut hipertrofik pada kulit.
Jaringan parut ini lebih sering muncul di bagian:
Berbeda dengan keloid, hipertrofik pada struktur kulit muncul lebih cepat, yakni 4-8 minggu setelah luka. Pertumbuhan hipertrofik memakan waktu hingga 6 bulan.
Jaringan parut pada kulit yang satu ini muncul karena adanya bekas jerawat dan cacar. Bentuk bekas luka ini membulat, cekung, dan bopeng yang tidak rata.
Biasanya, jaringan parut ini kerap muncul pada bagian wajah.
Seiring bertambahnya usia, Anda akan lebih rentan memiliki bekas luka ini karena kadar kolagen pada kulit semakin berkurang.
Melansir penelitian terbitan Dermatology Research and Practice, bekas luka atropik lebih sering muncul pada jerawat yang sudah sembuh.
Jaringan parut atrofik pun lebih sering dialami daripada keloid dan hipertrofik, perbandingan kasusnya sebesar 3:1.
Bekas luka atrofik terbagi lagi menjadi tiga jenis.
Jaringan parut pada kulit ini biasanya muncul akibat luka bakar dengan ukuran yang cukup melebar. Tampilan kontraktur biasanya lebih datar dan terlihat mengilap.
Kontraktur muncul pada luka yang membuat jaringan kulit rusak parah, menyusut, dan bahkan menghilang.
Kerusakan tersebut menyebabkan jaringan parut tumbuh begitu kencang sehingga menghambat gerakan Anda.
Bila kontraktur berkembang sampai ke dalam otot, saraf, dan sendi, keberadaan bekas luka ini bisa semakin mengganggu pergerakan tubuh.
Meski bukan disebabkan oleh luka berdarah, stretch marks juga termasuk jaringan parut pada kulit.
Stretch marks muncul akibat adanya peregangan atau penyusutan pada kulit. Hal tersebut mampu merusak jaringan kulit, tepatnya bagian kolagen dan elastin.
Jaringan parut yang satu ini juga bisa muncul akibat berat badan naik atau turun secara drastis, kehamilan, dan, penyalahgunaan salep kortikosteroid.
Biasanya, stretch marks bisa Anda temukan pada:
Perlu Anda ketahui, bekas luka ini sulit hilang bila Anda menggunakan produk perawatan kulit biasa. Anda memerlukan obat maupun prosedur dari dokter kulit.
Ini adalah beberapa cara menghilangkan jaringan parut pada kulit.
Gel silikon terbukti baik untuk mengobati jaringan parut. Perawatan ini bekerja dengan cara menghidrasi lapisan kulit terluar, yaitu stratum korneum.
Gel silikon bisa mengatasi perkembangan jaringan parut hipertrofik hingga luka operasi caesar.
Dokter bisa mengangkat jaringan parut pada kulit dengan pembedahan.
Dokter biasanya melakukan operasi perbaikan jaringan parut ini dalam jangka waktu setahun setelah luka terbentuk.
Selanjutnya, dokter akan memastikan luka pembedahan ini mereda dengan baik.
Suntikan kortikosteroid berguna untuk mengatasi jenis jaringan parut keloid dan hipertrofik.
Kortikosteroid mengurangi pembentukan kolagen berlebih serta menghambat peradangan luka.
Dokter akan mempertimbangkan penggunaan laser dengan gelombang tertentu untuk memudarkan jaringan parut.
Cara kerja perawatan ini adalah untuk mengontrol kolagen pada luka. Alhasil, bekas luka pun lebih tidak kentara.
Dermabrasi menggunakan berlian atau sikat kawat halus untuk meratakan permukaan kulit dengan bekas luka.
Prosedur medis ini memicu timbulnya lapisan kulit baru sehingga kulit nampak lebih mulus.
Proses ini melibatkan suhu dingin dari nitrogen cair ke jaringan parut. Suhu dingin membuat sel-sel yang abnormal mati.
Dengan begitu, jaringan kulit tetap terkendali sehingga tetap tumbuh dengan optimal.
Bila Anda ingin menghilangkan jaringan parut pada kulit, selalu konsultasikan dengan dokter kulit.
Nantinya, dokter akan memberikan penanganan yang tepat. Mencoba-coba pengobatan sendiri justru berisiko menimbulkan luka baru.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar