Dermatitis perioral merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya kemerahan pada area mulut. Ketahui penyebab, gejala, serta pengobatan penyakit dermatitis perioral selengkapnya dalam ulasan berikut.
Apa itu dermatitis perioral?
Dermatitis perioral adalah dermatitis yang menimbulkan iritasi kemerahan di sekitar mulut yang muncul secara mendadak. Penyakit ini sering juga disebut dermatitis bibir.
Meskipun gejala biasanya ringan dan bukan penyakit kulit menular, dermatitis perioral bisa menimbulkan gejala yang cukup berat. Penderita umumnya mengeluhkan rasa gatal hebat, perih, serta panas seperti halnya gejala eksim.
Penyebab dermatitis di area mulut belum diketahui secara pasti, tapi faktor eksternal dari lingkungan dipercaya menjadi pemicunya.
Berdasarkan kebanyakan kasus, penyakit ini sering ditemukan pada orang yang memakai obat eksim atau salep kortikosteroid.
Gejala dermatitis di area mulut terkadang dapat menghilang tanpa pengobatan. Akan tetapi, hal ini tidak selalu terjadi.
Tanda dan gejala dermatitis perioral
Gejala utama dermatitis ini adalah ruam atau kemerahan yang tampak di sekitar bibir. Mengutip situs American Academy of Dermatology Association, biasanya ruam yang muncul tidak tampak terlalu mencolok.
Secara lebih lengkap, berikut tanda dan gejala dermatitis perioral yang bisa terjadi.
- Kemerahan di sekitar bibir.
- Bintil-bintil kecil di sekitar bibir. Bintil bisa serupa dengan warna kulit atau berwarna kemerahan menyerupai jerawat, tapi teksturnya lebih lunak.
- Kemunculan ruam dan bintil-bintil bisa berlangsung dalam waktu lama.
- Kadang tidak disertai gatal, tapi umumnya ruam atau bintil terasa perih.
- Kulit di sekitar mulut bisa mengering, mengeras, atau terkelupas. Rasa terbakar juga bisa muncul sesekali.
Ruam dan gatal pada mulut dapat muncul kembali sewaktu-waktu, bahkan bertambah parah dan berlangsung hingga berbulan-bulan.
- Selain di sekitar mulut, jenis dermatitis yang satu ini juga bisa muncul pada area sekitar mata, pipi, hidung, dan alat kelamin.
- Pada mata, dermatitis menyebabkan konjungtivitis.
- Pada alat kelamin, bagian kulit yang terdampak adalah kulit dekat anus, labia pada wanita, dan skrotum (buah zakar) pada pria.
Kapan Anda perlu periksa ke dokter?
Gejala dermatitis perioral bisa berlangsung dalam waktu yang lama dan mungkin tidak langsung tampak parah.
Namun, Anda sebaiknya segera temui dokter spesialis kulit begitu menyadari kemunculan gejala penyakit ini.
Jika dibiarkan tanpa pengobatan, gejala mungkin tidak akan hilang. Ruam dan bintil di sekitar mulut juga bisa bertambah parah sehingga kulit menjadi lebih rentan terinfeksi atau teriritasi. Bila sudah begini, kulit akan lebih sulit pulih seperti semula.
Penyebab dermatitis perioral
Penyebab eksim di sekitar mulut masih belum diketahui pasti. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang diketahui memengaruhi kemunculan gejala dermatitis perioral, seperti kondisi genetik, kerja hormon, dan lingkungan.
Pada sebagian besar kasus, ada kaitan antara efek samping penggunaan obat kortikosteroid oles dengan penyakit kulit ini.
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang diduga menjadi pemicu munculnya erupsi pada kulit. Obat kortikosteroid memengaruhi keseimbangan bakteri dalam folikel rambut di kulit wajah. Kondisi ini akhirnya menimbulkan erupsi kulit.
Ruam kemerahan dan bintil-bintil merupakan respons dari kulit terhadap kuatnya kandungan obat kortikosteroid.
Selain itu, ada laporan yang menyebutkan bahwa kemunculan gejala dermatitis perioral dipengaruhi oleh oleh penggunaan obat kortikosteroid semprot dan isap. Akan tetapi, mekanismenya masih belum diketahui secara pasti.
Faktor risiko dermatitis perioral
Penyakit ini paling banyak diderita oleh wanita berkulit lebih terang dan kelompok yang paling rentan mengalami dermatitis perioral adalah perempuan berusia 20- 45 tahun.
Namun, anak-anak berusia antara 7 bulan hingga 13 tahun juga dapat mengalami jenis penyakit kulit ini. Selain itu, di bawah ini adalah kondisi lain yang dapat meningkatkan risikonya.
- Mengalami ketidakseimbangan hormon.
- Memiliki alergi.
- Menggunakan salep kortikosteroid secara rutin.
- Menggunakan produk perawatan kulit yang mengandung pewangi.
- Menggunakan kosmetik.
- Mengonsumsi pil KB atau menggunakan kontrasepsi jenis lainnya.
Berikut ini faktor lain yang mungkin berkaitan dengan munculnya dermatitis perioral dan masih diteliti lebih jauh.
- Infeksi jamur kulit, seperti Candida albicans, bakteri, atau tungau jenis Demodex.
- Penggunaan pasta gigi mengandung fluor.
- Paparan produk kosmetik seperti foundation dan pelembap.
- Penggunaan jenis tabir surya tertentu.
- Pengaruh perubahan hormon akibat pil kontrasepsi.
Diagnosis dermatitis perioral
Dokter awalnya akan mempelajari gejala yang muncul dan melihat persebaran ruam pada kulit Anda. Dokter biasanya juga mencari tahu kondisi kulit seperti apa yang memicu munculnya gejala dan berapa lama gejala telah berlangsung.
Anda mungkin akan dianjurkan untuk menjalani berbagai tes alergi pada kulit. Prosedur ini bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit kulit lain, misalnya dermatitis kontak, rosacea, atau jerawat parah.
Dokter terkadang juga melakukan tes kultur kulit untuk mengetahui apakah terdapat infeksi. Pada kasus tertentu, pengambilan sampel kulit atau biopsi kulit mungkin diperlukan bila ada gejala yang tidak biasa.
Pengobatan dermatitis perioral
Apabila diketahui penggunaan salep kortikosteroid berpengaruh terhadap kemunculan ruam kemerahan, penggunaannya harus secepatnya dihentikan.
Gejala dermatitis perioral juga bisa diatasi dengan penggunaan obat-obatan dan perawatan kulit secara rutin.
Namun, pengobatan seperti ini membutuhkan waktu yang lama hingga gejala betul-betul hilang. Berikut pilihan pengobatan perioral dermatitis yang tersedia.
1. Obat topikal
Dokter mungkin akan merekomendasikan obat topikal, seperti gel atau krim. Perawatan ini biasanya dilakukan selama 4 – 8 minggu atau lebih.
Pengobatan yang terlalu singkat dapat menyebabkan penyakit mudah kambuh. Ada pun obat topikal yang dapat membantu mengatasi dermatitis perioral, antara lain:
- azelaic acid,
- metronidazole,
- eritromicine,
- pimecrolimus,
- tacrolimus,
- adapalene, dan
- sulfacetamide.
2. Antibiotik
Apabila pengobatan topikal tidak membantu meredakan gejala, dokter akan memberikan obat antibiotik minum dengan tujuan mempercepat pemulihan.
Jenis antibiotik yang umum digunakan adalah tetracycline, doxycycline, dan minocycline. Selama mengonsumsi antibiotik, Anda bisa tetap menggunakan obat-obatan topikal.
Pengobatan antibiotik biasanya akan dihentikan kurang dari tiga bulan bila sebagian besar gejala telah hilang.
Perawatan rumahan dermatitis perioral
Pada dasarnya, salah satu cara mengobati perioral dermatitis adalah dengan menghentikan penggunaan krim yang mengandung kortikosteroid.
Namun, ketika Anda menghentikan penggunaan krim kortikosteroid, terkadang kemerahan atau ruam kulit justru dapat memburuk. Meski hal ini terjadi, jangan gunakan krim kortikosteroid kembali.
Sebaiknya, hubungi dokter jika ruam semakin parah dan tidak kunjung membaik setelah berhenti menggunakan obat topikal yang mengandung kortikosteroid.
Selain itu, berikut beberapa perawatan rumahan lainnya yang dapat Anda lakukan untuk mempercepat penyembuhan.
- Tidak menggaruk atau menyentuh terlalu keras bagian kulit yang bermasalah.
- Menghentikan penggunaan produk skincare yang mengandung pewangi selama gejala berlangsung.
- Membersihkan muka dengan hanya menggunakan air selama gejala muncul.
- Memilih sunscreen atau produk tabir surya dalam bentuk cair atau gel.
- Menggunakan pelembap kulit nonkosmetik pada kulit yang bermasalah secara rutin.
Dermatitis perioral adalah penyakit kulit dengan gejala khas berupa ruam kemerahan yang muncul di sekitar mulut. Kondisi ini bersifat ringan, tapi gejalanya dapat bertahan hingga berbulan-bulan sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman.
Anda bisa mengatasi gejala penyakit ini dengan menghindari faktor-faktor pemicunya dan menjalani pengobatan. Beberapa perubahan gaya hidup dan perawatan di rumah juga dapat membantu mengurangi tingkat keparahan penyakit.