Selain Diare, Ini Penyebab Lain BAB Air Plus Perawatannya
Buang air besar (BAB) berair biasanya disebabkan oleh diare. Selain karena diare, ternyata ada masalah kesehatan lain yang bisa menimbulkan gejala BAB cair seperti air. Supaya tidak salah mengenali penyebab dan cara mengatasinya, simak ulasan lengkapnya berikut ini!
Penyebab BAB air selain diare
Tidak hanya diare, beberapa gangguan pencernaan berikut ini bisa menyebabkan konsistensi feses menjadi lebih cair.
1. Intoleransi laktosa
Tubuh Anda membutuhkan enzim laktase untuk memecah laktosa menjadi gula yang lebih sederhana menjadi glukosa dan galaktosa. Laktosa sendiri merupakan gula yang ada pada susu sapi.
Terlalu sedikit enzim yang diproduksi oleh usus kecil ini dapat menyebabkan proses pemecahan laktosa menjadi terganggu. Akibatnya, Anda bisa mengalami masalah pencernaan, seperti BAB air.
Kondisi ini dikenal dengan istilah medisintoleransi laktosa. Selain BAB berair, Anda juga bisa mengalami gejala mengganggu lainnya, seperti:
mual dan muntah,
perut kram, dan
perut kembung.
Gejalanya ini biasanya muncul setelah Anda mengonsumsi susu atau produk yang mengandung susu.
2. Penyakit celiac
Selain intoleransi laktosa, BAB cair seperti air juga bisa disebabkan oleh penyakit celiac. Gangguan pencernaan ini terjadi karena reaksi kekebalan terhadap gluten, yaitu protein yang ada pada gandum, jelai, atau gandum hitam.
Bila Anda memiliki penyakit celiac, konsumsi gluten memicu reaksi di usus kecil. Seiring waktu, reaksi ini dapat merusak lapisan usus kecil dan mencegahnya menyerap beberapa nutrisi.
Kerusakan usus inilah yang sering kali menyebabkan diare, kelelahan, berat badan turun, kembung, dan anemia. Pada anak-anak, penyakit ini bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Penyakit Crohn
Penyakit Crohn adalah jenis penyakit radang usus. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan jaringan di saluran pencernaan, yang memicu gejala BAB air, kelelahan, penurunan berat badan, dan kekurangan gizi.
Peradangan yang disebabkan oleh penyakit Crohn dapat melibatkan berbagai area saluran pencernaanpada orang yang berbeda, paling sering adalah usus kecil.
Peradangan ini sering menyebar ke lapisan usus yang lebih dalam.
Penyebab peradangan tidak diketahui secara pasti. Namun ahli kesehatan percaya, bahwa kondisi ini terjadi karena sistem imun yang menyerang sel sehat dan faktor genetik.
4. Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS)
IBS (irritable bowel syndrome)adalah gangguan pada lambung dan usus. Penyakit ini menyebabkan perut kram, sakit perut, kembung, gas, dan BAB air, sembelit, atau keduanya.
IBS tidak menyebabkan perubahan pada jaringan usus atau meningkatkan risiko kanker kolorektal.
Namun, gejala IBS bisa sangat mengganggu aktivitas harian.
5. Penggunaan antibiotik
Diare terkait antibiotik terkait dengan BAB berair yang terjadi setelah minum obat antibiotik.
Mengutip situs Mayo Clinic, sekitar 1 dari 5 orang yang minum antibiotik mengalami kondisi ini. Jenis antibiotik yang sering kali memicu diare, di antaranya:
Fluoroquinolones, seperti ciprofloxacin dan levofloxacin.
Penisilin, seperti amoksisilin dan ampisilin.
Cara mengatasi BAB air sesuai penyebabnya
Selain gejalanya yang mengganggu, BAB berair bisa menyebabkan komplikasi jika tidak ditangani dengan tepat. Berikut berbagai cara mengatasinya yang perlu Anda pahami.
1. Perawatan untuk intoleransi laktosa
Pengobatan utama untuk pengidap intoleransi laktosa adalah menjalani diet rendah laktosa. Pasien harus tahu makanan atau minum berlaktosa mana yang memicu gejala BAB air.
Lebih jelasnya, berikut beberapa langkah perawatan intoleransi laktosa.
Batasi konsumsi susu dan produk susu lainnya.
Sertakan porsi kecil produk susu dalam makanan biasa jika ini tidak menimbulkan gejala berarti.
Tambahkan enzim laktase air atau bubuk ke dalam susu untuk memecah laktosa.
2. Pengobatan untuk penyakit celiac
Tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit celiac. Jangan berkecil hati, pengidap penyakit ini bisa mengikuti diet bebas gluten.
Namun, gluten ini tidak hanya ada pada makanan, tapi juga obat-obatan, kosmetik, mainan, atau pasta gigi.
Menghilangkan gluten dari diet Anda secara bertahap akan mengurangi peradangan di usus kecil, membuat Anda merasa lebih baik dan akhirnya sembuh dari BAB air.
Jika penyakit ini sudah menyebabkan anemia atau defisiensi nutrisi, dokter akan merekomendasikan suplemen dalam bentuk pil minum atau suntikan.
3. Penyembuhan penyakit Crohn
Tidak ada pengobatan untuk penyakit Crohn. Meski begitu, Anda dapat menjalani perawatan untuk meringankan gejala BAB air dengan minum obat antiradang dan obat penekan sistem imun.
Operasi untuk penyakit Crohn juga bisa dilakukan. Tujuannya, untuk mengangkat bagian yang rusak dari saluran pencernaan dan menghubungkan kembali bagian yang sehat.
Dokter juga merekomendasikan diet khusus dari mulut, selang, maupun disuntikkan ke pembuluh darah. Tujuannya, memaksimalkan kecukupan nutrisi dan mengistirahatkan usus sehingga peradangan dapat berkurang.
4. Pengobatan IBS
Hanya sejumlah kecil orang dengan IBS yang memiliki gejala parah. Beberapa orang dapat mengontrol gejala BAB cair seperti air atau gangguan pencernaan lainnya dengan mengatur diet, mengurangi stres, dan mengubah pola hidup.
Menghindari makanan mengandung gas tinggi, gluten, atau karbohidrat tertentu yang memicu gejala.
Minum banyak air putih setiap hari.
Cukup tidur dan olahraga.
Konsumsi makanan tinggi serat
Minum obat untuk meredakan gejala, misalnya laksatif atau suplemen serat.
5. Perawatan diare dengan antibiotik
Biasanya gejala diare antibiotik ringan dan tidak memerlukan pengobatan. Dalam beberapa hari setelah penggunaan obat dihentikan, kondisinya akan membaik.
Namun, jika gejalanya cukup parah, penggunaan antibiotik harus dihentikan. Mengingat efek sampingnya lebih parah ketimbang manfaatnya. Dokter akan meresepkan antibiotik lain yang efek sampingnya lebih minim.
Terdapat beberapa penyebab BAB air yang menimbulkan keluhan gejala yang hampir serupa. Jadi, diperlukan pemeriksaan dokter dalam menentukan diagnosis serta arahan dalam menangani kondisinya.
[embed-health-tool-bmr]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Mayo Foundation for Medical Education and Research. (2022, March 5). Lactose intolerance. Mayo Clinic. Retrieved 22 May 2023 from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/lactose-intolerance/diagnosis-treatment/drc-20374238
Mayo Foundation for Medical Education and Research. (2021, August 10). Celiac disease. Mayo Clinic. Retrieved 22 May 2023 from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/celiac-disease/diagnosis-treatment/drc-20352225
Mayo Foundation for Medical Education and Research. (2022, August 6). Celiac disease. Mayo Clinic. Retrieved 22 May 2023 from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/crohns-disease/diagnosis-treatment/drc-20353309
Mayo Foundation for Medical Education and Research. (2023, May 12). Celiac disease. Mayo Clinic. Retrieved 22 May 2023 from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/irritable-bowel-syndrome/diagnosis-treatment/drc-20360064
Versi Terbaru
02/06/2023
Ditulis oleh Aprinda Puji
Ditinjau secara medis olehdr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.