Pernah mendengar inflammatory bowel disease (IBD)? Penyakit ini memang jarang ditemukan di Indonesia, tapi gejalanya mirip dengan gangguan pencernaan seperti kram perut, kelelahan, diare, hingga BAB berdarah. Cari tahu seputar penyakit IBD dan cara pengobatannya dalam artikel berikut ini.
Apa itu inflammatory bowel disease (IBD)?
Inflammatory bowel disease (IBD) adalah istilah yang bisa merujuk pada dua penyakit, yaitu penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Kedua kondisi tersebut ditandai dengan peradangan kronis pada saluran pencernaan.
IBD merupakan penyakit autoimun. Artinya, sistem imun menyerang sel-sel sehat di saluran pencernaan sehingga menimbulkan peradangan kronis.
Peradangan kronis bisa terjadi pada usus besar (kolitis ulseratif) atau peradangan pada semua bagian sistem pencernaan (penyakit Crohn).
Gejala yang ditimbulkan adalah diare, BAB berdarah, hingga berat badan menurun. Keparahan gejalanya bisa cukup serius sehingga membutuhkan pengobatan segera.
Seberapa umum kondisi ini?
Radang usus merupakan penyakit yang dapat menyerang siapa saja. Penyakit inflamasi usus ini bisa menghasilkan sebanyak 396 kasus per 100.000 orang/tahun secara global.
Sementara itu, kasus inflammatory bowel disease di Indonesia masih sulit ditemukan. Umumnya, kasus kolitis ulseratif lebih sering dijumpai dibandingkan penyakit Crohn.
Tanda dan gejala inflammatory bowel disease
Gejala IBD dapat berbeda pada setiap orang, tergantung pada tingkat keparahan dan organ yang mengalami peradangan.
Mengutip Cleveland Clinic, umumnya, penyakit Crohn dan kolitis ulseratif ditandai dengan gejala berupa:
- diare,
- kelelahan,
- kram dan sakit perut,
- BAB berdarah,
- nafsu makan berkurang, dan
- berat badan turun tiba-tiba.
Kapan harus periksa ke dokter?
Bila Anda mengalami penyakit diare hebat atau perubahan frekuensi BAB secara terus menerus, segera periksakan diri ke dokter. Hal ini juga berlaku ketika Anda merasa satu atau lebih gejala radang usus.
Walaupun tidak memicu gejala yang parah, IBD dapat menyebabkan komplikasi yang serius ketika tidak mendapatkan penanganan yang tepat.
Penyebab inflammatory bowel disease
Sama seperti penyakit autoimun lainnya, penyebab radang usus tidak diketahui dengan pasti. IBD adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh Anda menyerang sel-sel sehat yang tidak berbahaya.
Normalnya, sistem imun akan menyerang zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh sebagai upaya perlindungan, seperti virus dan bakteri.
Pada kasus inflammatory bowel disease, sistem kekebalan salah mengenali zat yang masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, peradangan pada saluran pencernaan pun terjadi.
Beberapa kasus menunjukkan kemungkinan adanya faktor genetik yang lebih mungkin mengembangkan respons imun yang tidak tepat ini.
Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dengan pasti apa penyebab IBD.
Faktor risiko inflammatory bowel disease
Radang usus memang dapat terjadi pada siapa saja. Namun, sejumlah faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit inflamasi usus.
- Usia. Radang usus dapat terjadi pada usia berapa pun. Namun, kebanyakan kasus menunjukkan bahwa penyakit inflamasi usus ini terjadi pada pasien berusia di bawah 30 – 35 tahun.
- Merokok. Para perokok lebih berisiko terhadap inflammatory bowel disease, terutama penyakit Crohn.
- Ras/etnis. Peradangan usus memang dapat dialami oleh siapa pun. Akan tetapi, kelompok etnis Kaukasia lebih berisiko mengalami penyakit inflamasi usus.
- Riwayat keluarga. Anda akan lebih berisiko bila memiliki orangtua, saudara kandung, atau anggota keluarga lain yang mengidap penyakit ini.
- Penggunaan obat NSAID. Penggunaan obat-obatan seperti ibuprofen, naproksen, dan NSAID lainnya dapat meningkatkan risiko radang usus.
Komplikasi inflammatory bowel disease (IBD)
Berikut ini sejumlah komplikasi yang muncul bila penyakit radang usus tidak ditangani dengan tepat.
- Kanker usus besar. Orang yang mengalami penyakit Crohn atau kolitis ulseratif berisiko mengalami kanker usus besar. Itu sebabnya, Anda perlu melakukan skrining kanker setelah didiagnosis IBD.
- Peradangan pada sendi, kulit, dan mata. Peradangan sendi, masalah kulit, dan mata seperti artritis, lesi, dan peradangan mata dapat terjadi ketika Anda mengalami radang usus.
- Efek samping obat. Penggunaan kortikosteroid untuk IBD dapat meningkatkan risiko osteoporosis dan tekanan darah tinggi.
- Kolangitis sklerosis primer. Peradangan pada usus dapat menyebabkan jaringan parut pada saluran empedu. Akibatnya, saluran empedu menyempit dan bisa menyebabkan masalah pada organ hati.
- Darah menggumpal. Pasien IBD juga berisiko mengalami penggumpalan darah di vena dan arteri.
Apakah penderita IBD bisa sembuh?
Diagnosis inflammatory bowel disease
Setelah menjalani pemeriksaan fisik, dokter akan meminta Anda untuk mengikuti pemeriksaan tambahan, yakni:
- tes darah untuk mendeteksi anemia atau infeksi bakteri dan virus,
- pemeriksaan feses,
- kolonoskopi,
- sigmoidoskopi,
- enteroskopi,
- endoskopi bagian atas, dan
- tes pencitraan, seperti X-ray, CT Scan, dan MRI.
Pengobatan inflammatory bowel disease
Pengobatan bertujuan untuk mengatasi gejala, mengurangi peradangan, dan mencegah kerusakan usus yang lebih parah.
Berikut ini sejumlah pengobatan yang dilakukan dokter untuk mengatasi gejala IBD.
1. Obat-obatan
Salah satu cara mengobati gejala yang dialami penderita radang usus adalah menggunakan obat-obatan.
Terapi obat ini pun bervariasi tergantung seberapa parah kondisi Anda dan jenis inflammatory bowel disease. Berikut ini beberapa pilihan terapi obat IBD.
- Obat anti-peradangan. Beberapa obat anti-inflamasi seperti kortikosteroid dan amino salisilat.
- Obat yang menekan sistem imun. Obat yang berfungsi untuk menekan sistem imun yaitu azathioprine dan methotrexate.
- Obat biologis. Beberapa di antaranya infliximab, adalimumab, dan certolizumab.
- Antibiotik. Contohnya ciprofloxacin dan metronidazole.
- Obat anti-diare. Obat untuk membantu mengatasi gejala diare seperti methylcellulose dan loperamide.
- Obat pereda nyeri. Contohnya acetaminophen.
2. Nutrisi tambahan
Salah satu gejala radang usus adalah kehilangan nafsu makan yang dapat membuat berat badan Anda turun drastis. Ini bisa memengaruhi kecukupan nutrisi tubuh.
Pada kondisi kekurangan nutrisi, dokter mungkin akan memberikan nutrisi tambahan melalui selang makanan atau suplemen yang disuntikkan ke pembuluh darah.
Bila Anda mengalami penyempitan usus (stenosis), dokter juga akan merekomendasikan diet rendah residu.
Diet rendah residu membantu mengurangi makanan yang tidak tercerna dan bisa tersangkut di bagian usus yang bisa menyebabkan penyumbatan.
3. Operasi
Bila terapi obat dan diet khusus tidak kunjung membuahkan hasil, pilihan lain dari pengobatan radang usus adalah operasi.
Operasi kolitis ulseratif dilakukan untuk mengangkat usus besar dan rektum.
Sementara itu, operasi penyakit Crohn dilakukan untuk mengangkat bagian saluran cerna yang rusak. Setelah itu, bagian-bagian yang masih sehat dihubungkan kembali.
Penderita penyakit Crohn setidaknya memerlukan satu operasi seumur hidupnya untuk meringankan gejala.