Mikrosefalus atau mikrosefali adalah istilah yang merujuk pada kelainan perkembangan di mana ukuran kepala bayi lebih kecil dari rata-rata. Kira-kira apa yang menjadi penyebab kondisi ini? Cari tahu jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu mikrosefalus?
Mikrosefali atau mikrosefalus adalah kondisi medis yang terbilang langka. Mikrosefalus adalah kondisi neurologis di mana ukuran kepala bayi lebih kecil ketimbang anak-anak lain dengan usia dan jenis kelamin yang sama.
Melansir dari laman National Institute of Neurological Disorders and Stroke, ukuran lingkar kepala pada bayi dengan mikrosefali lebih kecil dari normal karena otak belum berkembang.
Selain perkembangan otak yang belum berjalan dengan baik, mikrosefali atau mikrosefalus juga bisa dikarenakan berhentinya pertumbuhan otak.
Bayi dengan kondisi ini mungkin hanya mengalami mikrosefalus, tetapi tidak menutup kemungkinan ia juga bisa mengalaminya berbarengan dengan cacat lahir lainnya.
Mikrosefalus adalah kondisi yang dapat muncul saat lahir maupun berkembang pada beberapa tahun pertama sejak bayi lahir.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Mikrosefali bukanlah kondisi yang umum terjadi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor genetik dan lingkungan.
Namun, Anda dapat mengurangi risiko terserang penyakit ini dengan mengetahui kondisi yang bayi miliki. Konsultasikan dengan dokter untuk mencari tahu informasi lebih lanjut.
Apa saja tanda dan gejala mikrosefalus?
Seperti yang sudah dijelaskan di awal, mikrosefalus atau mikrosefali adalah kondisi yang berkaitan erat dengan ukuran lingkar kepala bayi.
Oleh karena itu, menurut Mayo Clinic, tanda atau gejala utama yang menunjukkan adanya mikrosefalus pada bayi yakni ukuran lingkar kepala bayi yang tampak jelas lebih kecil ketimbang anak seusianya.
Padahal seharusnya, bayi dengan usia dan jenis kelamin yang sama memiliki rentang ukuran lingkar kepala normal masing-masing.
Pengukuran lingkar kepala bayi dilakukan di bagian terluas dahi alias di atas alis, bagian atas telinga, dan kepala bagian belakang yang paling menonjol.
Bayi dengan ukuran lingkar kepala yang normal memperlihatkan hasil sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya saat ini.
Sementara ukuran lingkar kepala bayi yang abnormal berada jauh di bawah rata-rata berdasarkan jenis kelamin dan usianya saat ini.
Bukan itu saja, seorang bayi dengan kondisi mikrosefali yang tergolong parah mungkin memiliki dahi yang miring ke belakang.
Seiring bertambah usianya, wajah si Kecil yang mengalami mikrosefalus akan terus tumbuh, tapi tidak dengan tengkorak kepalanya.
Kondisi ini tentu dapat menyebabkan anak mengalami ukuran wajah yang besar, dahi yang mengecil, serta kulit kepala yang kendur dan keriput.
Bayi pun dapat mengalami kekurangan berat badan dan ukuran tubuhnya cenderung lebih kecil ketimbang seharusnya.
Dalam kasus yang cukup parah, mikrosefalus pada bayi berisiko berakibat fatal atau mengancam nyawanya.
Kapan harus periksa ke dokter?
Jika Anda melihat si Kecil memiliki tanda-tanda mikrosefalus di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah kepada dokter anak.
Kondisi kesehatan tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan kepada dokter agar mendapatkan penanganan terbaik terkait kondisi kesehatan Anda dan bayi.
Perlu Anda Ketahui
Apa penyebab mikrosefalus?
Mikrosefalus paling sering disebabkan oleh kelainan genetik yang mengganggu pertumbuhan korteks serebral selama beberapa bulan awal perkembangan janin.
Namun di samping itu, ada beberapa penyebab mikrosefalus yang perlu orangtua ketahui.
Penting bagi orangtua untuk mencari tahu penyebab mikrosefali karena akan membantu dokter dan keluarga untuk memprediksi gejala apa yang akan dialami oleh si Kecil berikutnya.
Berikut beberapa penyebab yang mikrosefali yang mungkin terjadi.
1. Craniosynostosis
Craniosynostosis merupakan kondisi cacat lahir yang menyebabkan bentuk kepala bayi tidak normal akibat adanya kelainan pada tulang tengkorak.
Kelainan ini memengaruhi perkembangan kepala dan otak bayi, sehingga dapat menjadi penyebab kepala bayi berukuran kecil daripada seharusnya atau mikrosefalus.
Untuk mengatasi kelainan ini, bayi memerlukan proses pembedahan untuk memisahkan tulang yang bermasalah.
Jika tidak ada masalah yang terjadi pada otak, operasi ini memungkinkan otak memiliki cukup ruang untuk tumbuh dan berkembang.
2. Kelainan genetik
Kelainan genetik sering menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan, salah satunya mikrosefalus.
Setiap gen terdiri dari DNA yang bertindak sebagai pengatur produksi protein yang erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Berdasarkan Stanford Children’s Health, warisan gen abnormal dari orangtua dapat menyebabkan bayi mengalami mikrosefalus.
Mikrosefalus adalah kondisi yang bisa disebabkan oleh kelainan gen resesif autosomal. Autosomal artinya sama-sama dapat memengaruhi bayi dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan.
Sementara resesif artinya terdapat dua salinan gen yang masing-masing berasal dari kedua orangtua. Beberapa kelainan genetik yang menjadi penyebab mikrosefalus ada kaitannya dengan gen X.
Ini berarti susunan gen yang salah terdapat pada kromosom X. Begini, anak perempuan bisa memiliki gen yang salah pada satu kromosom X, tetapi tidak memiliki tanda atau gejala penyakit tertentu.
Namun, ini artinya anak perempuan tersebut merupakan pembawa kondisi tertentu. Berbeda dengan anak laki-laki yang hanya memiliki satu kromosom X.
Jika kromosom X anak laki-laki tersebut membawa gen yang salah, ia bisa mengalami tanda atau gejala kondisi tertentu, termasuk mikrosefalus.
Adanya masalah atau kelainan gen yang terjadi pada bayi dapat membuat pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Salah satu kelainan gen yang dapat menyebabkan mikrosefali adalah down syndrome.
3. Kekurangan gizi
Ibu hamil memerlukan banyak nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin yang ada di dalam kandungannya.
Nutrisi penting selama masa kehamilan tersebut didapat dari makanan dan minuman, seperti sayur, buah, daging, ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Bila kebutuhan nutrisi ibu hamil tidak tercukupi dengan baik, perkembangan bayi bisa terganggu. Hal ini dapat menjadi penyebab kepala bayi berukuran kecil atau mikrosefalus.
4. Penggunaan zat tertentu dan paparan bahan kimia
Selain kebutuhan nutrisi yang harus diperhatikan, Anda pasti sering mendengar jika ibu hamil dilarang melakukan kegiatan atau menggunakan zat tertentu.
Ini meliputi pekerjaan yang menyebabkan ibu hamil terpapar zat kimia, kebiasaan merokok dan minum alkohol, atau menggunakan obat-obat tertentu.
Semua zat asing yang masuk ke tubuh sang ibu dapat mengalir bersama darah dan masuk ke tubuh bayi.
Zat-zat yang tidak dibutuhkan ini bisa mengganggu proses perkembangan otak anak sehingga bisa menyebabkan mikrosefalus.
5. Infeksi
Infeksi dalam tubuh ibu hamil bisa menyebabkan masalah pada perkembangan bayi. Pasalnya, infeksi bisa mengalir bersama darah dan masuk ke tubuh bayi.
Selain itu, infeksi juga dapat juga mengganggu kerja organ tubuh sang ibu yang seharusnya menyempurnakan janin.
Beberapa infeksi yang dapat menjadi penyebab mikrosefalus pada bayi, antara lain:
- Cacar air yakni infeksi virus varicella yang menyebabkan tubuh demam disertai lenting berisi air.
- Virus Zika yaitu virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan demam Zika.
- Toksoplasmosis yaitu infeksi yang menyebabkan tubuh demam, kejang, dan pembesaran limpa.
- Infeksi rubella yang menyebabkan ruam merah di seluruh kulit.
- Infeksi cytomegalovirus, yang menyebabkan demam, kelenjar getah bening membengkak, dan nyeri otot.
6. Cerebral anoxia
Komplikasi kehamilan juga bisa menjadi penyebab mikrosefalus, salah satunya cerebral anoxia. Kondisi ini terjadi karena pengiriman oksigen ke otak janin terhambat.
Asupan oksigen yang tidak memadai ini bisa menyebabkan perkembangan otak dan kepala bayi terganggu.
7. Fenilketonuria
Fenilketonuria adalah cacat bawaan lahir yang menyebabkan asam amino yang disebut dengan fenilalanin menumpuk di dalam tubuh.
Ini terjadi karena adanya kecacatan gen yang diwariskan orangtua untuk memecah fenilalanin.
Wanita hamil yang memiliki kondisi ini sangat berisiko, salah satunya dapat menyebabkan mikrosefalus maupun keguguran.
Apa komplikasi atau efek jangka panjang dari kondisi ini?
Sebenarnya, ada atau tidaknya efek jangka panjang dari mikrosefalus tergantung pada apa yang menjadi penyebabnya sejak awal.
Jika bayi mengalami gangguan tetapi dalam taraf ringan, mungkin tidak akan mengalami masalah lainnya. Si Kecil tetap dapat tumbuh secara normal dengan pertumbuhan yang sesuai usianya.
Namun pada beberapa kondisi, bayi dengan mikrosefali dapat mengalami masalah pada proses perkembangan dan pembelajaran.
Bahkan, si Kecil juga dapat mengalami masalah medis lainnya seperti epilepsi dan cerebral palsy.
Di sisi lain, kondisi ukuran lingkar kepala yang kecil ini ternyata dapat menimbulkan dampak terhadap perkembangan dan kualitas hidup bayi.
Berikut beberapa gejala yang muncul akibat dampak dari mikrosefalus pada bayi.
- Keterlambatan perkembangan seperti sulit belajar bicara, berdiri, duduk, hingga berjalan.
- Kesulitan belajar.
- Mengalami masalah terkait keseimbangan, pergerakan, dan koordinasi anggota tubuh.
- Adanya masalah dengan makan seperti kesulitan menelan.
- Mengalami gangguan pendengaran.
- Mengalami masalah pendengaran.
- Hiperaktif.
- Bertubuh pendek.