backup og meta
Kategori
Tanya Dokter
Simpan
Cek Kondisi

Asfiksia pada Bayi Baru Lahir, Saat Bayi Kekurangan Oksigenasi

Ditinjau secara medis oleh dr. Amanda Rumondang Sp.OG · Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Asfiksia pada Bayi Baru Lahir, Saat Bayi Kekurangan Oksigenasi

    Bayi membutuhkan persediaan oksigen yang cukup selama proses melahirkan. Jika persedian oksigen kurang, otak serta semua organ di dalam tubuh bayi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bahkan, bukan tidak mungkin, salah satu komplikasi persalinan fatal bisa terjadi pada bayi baru lahir yang dikenal dengan nama asfiksia neonatorum.

    Apa itu asfiksia pada bayi baru lahir?

    risiko melahirkan bayi prematur

    Asfiksia pada bayi baru lahir dikenal juga dengan nama asfiksia perinatal atau asfiksia neonatorum.

    Secara harfiah, pengertian asfiksia adalah kondisi saat pasokan oksigen menurun atau terhenti.

    Perinatal adalah kondisi yang mencakup sebelum, selama, dan setelah melahirkan, baik melahirkan normal dengan posisi persalinan apa pun maupun operasi caesar.

    Sementara neonatorum merujuk pada penyakit yang dialami oleh bayi baru lahir.

    Berdasarkan pengertian tersebut, asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir adalah kondisi ketika bayi kurang mendapatkan oksigen saat dilahirkan.

    Hal ini otomatis membuat bayi menjadi susah bernapas, baik sebelum, selama, maupun setelah kelahiran.

    Adapun ini membuat otak serta organ tubuh bayi lainnya tidak mendapatkan asupan oksigen serta nutrisi yang cukup.

    Asfiksia neonatorum merupakan kondisi fatal bagi bayi. Pasalnya, kekurangan oksigen membuat sel-sel di otak dan tubuh bayi tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

    Ini pun menyebabkan produk sisa, seperti limbah asam, menumpuk di dalam sel dan menyebabkan kerusakan otak.

    Bahkan, kondisi ini dapat menyebabkan masalah jangka panjang pada bayi, seperti gangguan intelektual, kejang, perkembangan terhambat, hingga cerebral palsy.

    Apa saja gejala asfiksia neonatorum?

    asfiksia

    Gejala asfiksia pada bayi baru lahir bisa berbeda-beda antara satu dan lainnya.

    Bahkan kadang, gejala dari kondisi ini bisa langsung muncul, tapi bisa juga tidak terdeteksi sesaat setelah bayi dilahirkan.

    Salah satu tanda yang biasanya muncul yakni kadar oksigen darah atau saturasi yang lebih rendah.

    Secara umum, berikut berbagai gejala asfiksia perinatal sebelum bayi dilahirkan berdasarkan UCSF Benioff Children’s Hospital.

    • Irama atau denyut jantung bayi yang tidak normal.
    • Peningkatan kadar asam di dalam aliran darah bayi.

    Setelah dilahirkan, gejala asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir biasanya sebagai berikut.

    • Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.
    • Susah bernapas, hingga menyebabkan bayi bernapas dengan cepat atau terengah-engah, dan menggunakan perut.
    • Detak jantung agak melambat.
    • Otot melemah.
    • Bayi terlihat lemas.
    • Pertumbuhan terhambat.
    • Ada mekonium (feses pertama bayi) di cairan ketuban, kulit, kuku, atau tali pusar.

    Selain itu, gejala asfiksia neonatorum juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya. Berikut adalah penjelasannya.

    Gejala ringan atau sedang

    Berikut adalah gejala asfiksia kategori ringan atau sedang pada bayi baru lahir.

    • Kekuatan otot lemah atau tonus otot buruk.
    • Bayi mudah marah dan rewel.
    • Rasa kantuk ekstrem.
    • Bayi susah makan dan menyusu karena tidak mampu mengisap puting susu ibu.

    Gejala berat

    Sementara itu, berikut adalah beberapa gejala asfiksia neonatorum yang berat pada bayi baru lahir.

    • Tubuh bayi kejang.
    • Kulit dan bibir bayi berwarna biru.
    • Susah bernapas.

    Lama waktu bayi tidak mendapatkan persediaan oksigen yang cukup dapat memengaruhi ringan dan berat gejala asfiksia neonatorum yang dialami.

    Artinya, semakin lama bayi tidak memperoleh jumlah oksigen yang cukup, semakin besar pula kemungkinan gejala di atas muncul.

    Apa penyebab asfiksia pada bayi baru lahir?

    penyebab down syndrome bayi anak

    Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir.

    Itulah mengapa dokter dan tim medis harus selalu memantau kondisi ibu dan bayi sebelum, selama, bahkan setelah proses persalinan.

    Berikut adalah penyebab asfiksia neonatorum yang umum terjadi.

    • Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.
    • Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum maupun selama persalinan.
    • Ada masalah pada saluran pernapasan bayi.
    • Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah tubuhnya tidak mendapatkan cukup oksigen.
    • Ada penyakit infeksi yang menyerang ibu hamil atau bayi.
    • Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.
    • Ada masalah pada plasenta yang membungkus tubuh bayi, seperti plasenta lepas terlalu cepat saat melahirkan (abruptio plasenta).
    • Prolaps tali pusat atau tali pusat yang keluar lebih dulu daripada bayi.
    • Terjadi sindrom aspirasi mekonium, yaitu mekonium bayi terhirup sebelum, selama, ataupun setelah persalinan.
    • Saat kelahiran bayi sebelum 37 minggu (bayi prematur), paru-paru bayi prematur mengalami komplikasi karena belum berkembang sehingga sulit bernapas.
    • Bayi mengalami penyakit jantung bawaan atau penyakit paru-paru.

    Persediaan oksigen yang kurang pada bayi sebelum, selama, atau setelah melahirkan bisa terjadi dalam dua cara.

    Pertama, kurangnya oksigen menyebabkan gangguan secara langsung yang terjadi selama beberapa menit setelah persalinan.

    Kedua, gangguan muncul ketika sel-sel tubuh sebenarnya sudah tidak lagi kekurangan oksigen. Namun, sel-sel tersebut justru melepaskan racun ke dalam tubuh bayi.

    Bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini?

    skrining bayi baru lahir

    Saat lahir, dokter dan tim medis akan memeriksa kondisi bayi baru lahir. Pemeriksaan ini meliputi:

    • warna kulit,
    • detak jantung,
    • tonus otot,
    • refleks, dan
    • upaya pernapasan.

    Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dokter akan memberi nilai 0 hingga 10 atau yang disebut dengan skor Apgar.

    Jika skor Apgar sangat rendah (0 hingga 3) yang berlangsung lebih dari lahir, ini bisa menjadi tanda dari asfiksia neonatorum.

    Selain melihat skor Apgar, dokter dan tim medis juga akan melakukan pemeriksaan lainnya untuk mencari tanda-tanda dari asfiksia neonatarum.

    Misalnya, sirkulasi darah yang buruk, tekanan darah rendah, kekurangan energi, atau kelainan pembekuan darah.

    Lalu, ada juga pemeriksaan laboratorium untuk mencari kemungkinan hasil asidosis (kadar asam tinggi) pada darah tali pusat.

    Selain itu, berbagai pemeriksaan penunjang lainnya juga mungkin akan dilakukan untuk mendiagnosis asfiksia pada bayi baru lahir, seperti di bawah ini.

    • Tes darah.
    • Tes urin.
    • Pemeriksaan tinja.
    • Tes cairan di sekitar otak dan tulang belakang.
    • USG.
    • Ekokardiogram (EKG).
    • Pemeriksaan electroencephalography (EEG).
    • CT scan.
    • MRI.

    Bagaimana penanganan asfiksia neonatorum?

    melahirkan bayi besar asfiksia

    Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir tergantung pada tingkat keparahannya.

    Pada kondisi yang ringan, dokter mungkin akan memberi alat bantu pernapasan berupa kanul oksigen atau CPAP (continuous positive airway pressure).

    Kanul oksigen merupakan tabung plastik tipis dan lembut yang dipasang di hidung bayi. Tabung ini akan mengalirkan oksigen ke saluran pernapasan bayi agar ia lebih mudah bernapas.

    Sementara pada CPAP, bayi juga akan mendapat oksigen tambahan melalui tabung yang dipasang di hidung bayi.

    Hanya saja, oksigen yang dikirimkan berada di bawah tekanan yang lebih tinggi dan konstan untuk membantu saluran pernapasan dan paru-paru tetap terbuka.

    CPAP biasanya diberikan bila bayi membutuhkan bantuan oksigen lebih banyak ketimbang menggunakan kanul oksigen, tetapi ia masih bisa bernapas sendiri.

    Sementara bila asfiksia neonatorum yang terjadi parah hingga bayi terlihat lemah, lelah, dan sangat sulit untuk bernapas, ventilator biasanya akan diberikan.

    Selain alat bantu pernapasan, dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala yang timbul. Misalnya obat antikejang untuk mengatasi kejang pada bayi.

    Bisakah kondisi ini disembuhkan?

    rhinitis pada bayi

    Asfiksia yang terjadi pada bayi baru lahir dalam taraf ringan atau sedang dapat pulih dengan sepenuhnya.

    Namun, jika asfiksia parah dan sel-sel tubuh bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup dalam waktu lama, bayi mungkin akan mengalami cedera permanen.

    Jika tidak secepatnya ditangani, kondisi ini dapat memengaruhi otak, jantung, paru-paru, ginjal, usus, serta organ tubuh lainnya.

    Pendinginan tubuh (hipotermia terapeutik) dapat memperbaiki kondisi asfiksia pada bayi yang lahir cukup bulan atau hampir cukup bulan.

    Namun, bayi yang lahir prematur, umumnya tidak bisa mendapat pengobatan pendinginan tubuh ini.

    Sayangnya, dalam kasus yang cukup parah, asfiksia pada bayi baru lahir bisa mengakibatkan kegagalan organ tubuh hingga kematian.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Amanda Rumondang Sp.OG

    Kebidanan dan Kandungan · Brawijaya Hospital Duren Tiga


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan