Persediaan oksigen yang kurang pada bayi sebelum, selama, atau setelah melahirkan bisa terjadi dalam dua cara.
Pertama, kurangnya oksigen menyebabkan gangguan secara langsung yang terjadi selama beberapa menit setelah persalinan.
Kedua, gangguan muncul ketika sel-sel tubuh sebenarnya sudah tidak lagi kekurangan oksigen. Namun, sel-sel tersebut justru melepaskan racun ke dalam tubuh bayi.
Bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini?

Saat lahir, dokter dan tim medis akan memeriksa kondisi bayi baru lahir. Pemeriksaan ini meliputi:
- warna kulit,
- detak jantung,
- tonus otot,
- refleks, dan
- upaya pernapasan.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dokter akan memberi nilai 0 hingga 10 atau yang disebut dengan skor Apgar.
Jika skor Apgar sangat rendah (0 hingga 3) yang berlangsung lebih dari lahir, ini bisa menjadi tanda dari asfiksia neonatorum.
Selain melihat skor Apgar, dokter dan tim medis juga akan melakukan pemeriksaan lainnya untuk mencari tanda-tanda dari asfiksia neonatarum.
Misalnya, sirkulasi darah yang buruk, tekanan darah rendah, kekurangan energi, atau kelainan pembekuan darah.
Lalu, ada juga pemeriksaan laboratorium untuk mencari kemungkinan hasil asidosis (kadar asam tinggi) pada darah tali pusat.
Selain itu, berbagai pemeriksaan penunjang lainnya juga mungkin akan dilakukan untuk mendiagnosis asfiksia pada bayi baru lahir, seperti di bawah ini.
- Tes darah.
- Tes urin.
- Pemeriksaan tinja.
- Tes cairan di sekitar otak dan tulang belakang.
- USG.
- Ekokardiogram (EKG).
- Pemeriksaan electroencephalography (EEG).
- CT scan.
- MRI.
Bagaimana penanganan asfiksia neonatorum?

Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir tergantung pada tingkat keparahannya.
Pada kondisi yang ringan, dokter mungkin akan memberi alat bantu pernapasan berupa kanul oksigen atau CPAP (continuous positive airway pressure).
Kanul oksigen merupakan tabung plastik tipis dan lembut yang dipasang di hidung bayi. Tabung ini akan mengalirkan oksigen ke saluran pernapasan bayi agar ia lebih mudah bernapas.
Sementara pada CPAP, bayi juga akan mendapat oksigen tambahan melalui tabung yang dipasang di hidung bayi.
Hanya saja, oksigen yang dikirimkan berada di bawah tekanan yang lebih tinggi dan konstan untuk membantu saluran pernapasan dan paru-paru tetap terbuka.
CPAP biasanya diberikan bila bayi membutuhkan bantuan oksigen lebih banyak ketimbang menggunakan kanul oksigen, tetapi ia masih bisa bernapas sendiri.
Sementara bila asfiksia neonatorum yang terjadi parah hingga bayi terlihat lemah, lelah, dan sangat sulit untuk bernapas, ventilator biasanya akan diberikan.
Selain alat bantu pernapasan, dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala yang timbul. Misalnya obat antikejang untuk mengatasi kejang pada bayi.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar