Untuk mendapatkan diagnosis yang tepat terkait penyakit disleksia pada anak, Anda harus mendatangi sekolah dan menanyakan perkembangan belajar anak.
Saat konsultasi ke dokter, biasanya ada beberapa tes yang harus anak lakukan, seperti:
- Tes kemampuan berbicara misalnya tanya jawab atau menceritakan kembali sebuah kejadian.
- Tes pengenalan huruf, kata, atau angka.
- Tes pemahaman makna kata dan isi bacaan.
- Tes mengeja kata dan menulis kata.
- Tes psikologi dan kesehatan otak.
Selama proses penilaian, pemeriksa harus mengesampingkan kondisi atau penyebab lain yang membuat anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Berbagai kondisi lain ini misalnya masalah penglihatan, gangguan pendengaran, atau kurang jelasnya instruksi saat tes dilakukan.
Selain itu, dokter juga akan meninjau kembali riwayat penyakit pada keluarga.
Apa saja pilihan pengobatan untuk dysleksia?

Kondisi ini mungkin akan sulit untuk didiagnosis dan diatasi dengan sempurna.
Maka dari itu, agar pengobatan berhasil dan mengalami kemajuan, diperlukan dukungan baik dari sekolah maupun orangtua.
Berikut berbagai perawatan dan terapi yang biasanya digunakan untuk mengobati disleksia pada anak, seperti:
1. Stimulasi edukasi
Anak yang memiliki disleksia biasanya akan diajarkan dengan pendekatan dan teknik khusus.
Di sekolah, guru bisa menggunakan teknik yang melibatkan pendengaran, penglihatan, dan sentuhan untuk meningkatkan keterampilan membacanya.
Lewat cara ini, anak akan dibantu untuk menggunakan beberapa indra sekaligus untuk belajar, seperti mendengarkan materi yang telah direkam sambil menulis.
Selain itu, anak juga akan diajarkan untuk mempraktikkan gerakan mulut saat bersuara dan mengucap kata tertentu.
Tak hanya itu, anak juga akan belajar dengan bantuan flash cards untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak.
Berbagai teknik ini biasanya akan berfokus untuk membantu anak dalam:
- Belajar mengenali suara dalam kata yang diucapkan.
- Memahami bahwa huruf mewakili bunyi dan menjadi unsur pembangun kata.
- Memahami apa yang sedang dibacanya.
- Membaca dengan suara lantang untuk menciptakan ketepatan, kecepatan, dan kelancaran.
- Menggabungkan huruf untuk membuat kata dan kalimat yang lebih kompleks.
Anak dengan gangguan belajar yang satu ini juga biasanya akan diberikan perpanjangan waktu ujian sehingga bisa menyelesaikannya dengan lengkap.
Hal ini juga bisa dilakukan untuk melihat kemampuan belajarnya selama ini.
2. Menggunakan bantuan teknologi
Terapi disleksia bisa dengan bantuan teknologi dilakukan untuk mempermudah pembelajaran dan pekerjaan pada remaja juga orang dewasa.
Pasalnya, penggunaan komputer ini biasanya cenderung lebih memudahkan jika dibandingkan dengan buku.
Program pengolah kata misalnya bisa digunakan untuk membantu memeriksa ejaan secara otomatis sehingga bisa meminimalisir kesalahan dalam tulisan.
Selain itu, progam text to speech memungkinkan komputer untuk membaca teks seperti yang tertera di layar. Tujuannya, untuk melatih indra penglihatan dan pendengaran.
Anda juga bisa menyarankan anak menggunakan perekam digital dalam perkuliahan.
Kemudian, rekaman dapat didengarkan kembali di rumah sambil membaca catatan yang telah ditulis.
3. Mendukung anak untuk terus belajar membaca
Mengajari anak untuk membaca bukan hanya peran bagi pengajar, tetapi juga Anda sebagai orangtua.
Jadi, akan lebih baik jika Anda juga ikut mendukung anak untuk terus berlatih membaca, misalnya:
- Menyediakan waktu untuk membaca buku bersama.
- Pilih buku-buku bacaan yang disukai anak.
- Melatih anak untuk membaca buku dengan bersuara, bukan di dalam hati.
- Bermain tebak kata setelah selesai membaca buku.
- Berikan rasa nyaman dan menyenangkan bagi anak saat membaca buku bersama supaya tidak bosan.
Semakin sering anak berlatih membaca, semakin meningkat juga kemampuannya.
4. Menunjukkan perhatian dan kasih sayang
Agar anak tetap semangat untuk belajar, Anda harus menunjukkan perhatian dan kasih sayang. Caranya mudah, yaitu dengan memuji atau merayakan setiap kemajuannya dalam belajar.
Kemudian, bantu anak untuk memahami kondisinya. Dengan begitu, anak tidak akan merasa dirinya lebih buruk atau tidak beruntung dibandingkan teman-temannya.
Ini penting guna membangun kepercayaan diri anak untuk bersosialisasi dengan orang lain agar tidak terjadi gangguan emosional pada anak.
Tidak hanya itu saja, tetap beri anak kebebasan untuk melakukan berbagai hal yang disukainya seperti melukis, bermain bola, atau bermain musik.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar