Sindrom Bayi Biru, Saat Kulit Bayi Menjadi Biru

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Angelin Putri Syah · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Sindrom Bayi Biru, Saat Kulit Bayi Menjadi Biru

    Pada kondisi tertentu, sebagian bayi baru lahir kemungkinan bisa mengalami kelainan darah sehingga mengakibatkan sindrom bayi biru. Sebenarnya, apa saja gejala dan penyebab kulit bayi membiru ini? Apakah bisa sembuh dan perlu pengobatan tertentu? Simak dulu artikel ini untuk mendapatkan penjelasan lengkapnya.

    Apa itu sindrom bayi biru?

    Sindrom bayi biru atau sianosis (cyanosis) adalah suatu kondisi pada bayi baru lahir yang mempunyai warna kulit kebiruan bercampur keunguan.

    Tak hanya kebiruan, kulit bayi juga tergolong tipis pada area bibir, mulut, daun telinga, dan juga kuku.

    Mengutip dari National Health Service, kulit yang menjadi kebiruan ini terjadi karena penurunan jumlah hemoglobin dalam darah bayi.

    Ketika darah tidak mampu membawa oksigen ke seluruh tubuh, kulit tubuh pun membiru.

    Tergolong jarang terjadi, kemungkinan penyebab sindrom bayi biru adalah karena aktor lingkungan hingga genetik.

    Jenis-jenis sindrom bayi biru

    Berikut adalah jenis-jenis dari kondisi sindrom kulit tubuh bayi menjadi biru, di antaranya adalah berikut.

    Acrocyanosis

    Ini adalah sianosis pada bayi yang terjadi pada area tubuh ekstremitas (dapat digerakkan) terutama telapak tangan, telapak kaki, hingga kulit sekitar bibir.

    Perlu Anda ketahui bahwa akrosianosis adalah kondisi yang umum terjadi selama tidak ada kebiruan pada bagian tengah tubuh.

    Sebagai contoh, terjadi ketika bayi atau anak kedinginan karena berenang. Itu sebabnya, kebiruan akan hilang setelah tubuh mulai hangat.

    Central cyanosis

    Berbeda dengan jenis sebelumnya, ini adalah sindrom bayi biru yang ditemukan pada bagian pusat tubuh seperti kepala, mulut, serta dada.

    Sianosis sentral bukan kondisi yang tergolong normal dan selalu berkaitan dengan rendahnya kadar oksigen dalam tubuh.

    Gejala sindrom bayi membiru

    Tanda atau gejala yang paling umum adalah perubahan warna biru pada kulit di sekitar mulut, tangan, dan juga kaki.

    Berikut adalah gejala dari tubuh bayi yang membiru:

    Pada kasus yang parah, kemungkinan sindrom bayi biru bisa menjadi penyebab kematian.

    Oleh karena itu, sekecil apa pun gejalanya, seperti kebiruan lebih dari satu menit, segera bawa si kecil ke dokter.

    Penyebab sindrom bayi biru

    Penyebab paling umum kulit bayi membiru adalah penyempitan jalur antara jantung dan paru-paru secara tiba-tiba sehingga terjadi penurunan hemoglobin.

    Selain itu, penyempitan ini bisa mengakibatkan penurunan jumlah darah yang masuk ke paru-paru.

    Orangtua juga perlu mengetahui bahwa sebagian besar bayi yang mengalami sindrom biru adalah yang mengalami penyakit jantung bawaan, seperti penyakit jantung sianotik.

    Melihat dari jenisnya, berikut adalah kemungkinan penyebab sianosis sentral, yaitu:

    • masalah pernapasan dan paru-paru,
    • kelainan jantung sehingga darah kurang oksigen,
    • gangguan aliran darah dari paru-paru,
    • penumpukan cairan di paru-paru karena gagal jantung, hingga
    • adanya gangguan pada hemoglobin.

    Sementara kemungkinan penyebab acrocyanosis atau peripheral cyanosis, seperti:

    • suhu dingin,
    • tangisan bayi baru lahir,
    • kejang, serta
    • terjadinya syok.

    Berikut adalah kondisi lainnya yang menjadi penyebab sindrom bayi biru.

    1. Methemoglobin

    Kondisi ini bermula dari keracunan zat nitrat. Hal ini dapat terjadi pada bayi yang mengonsumsi campuran bubuk susu formula dengan air mengandung nitrat.

    Setelah itu, tubuh mengubah zat nitrat menjadi nitrit yang mampu mengikat hemoglobin dalam tubuh sehingga membentuk methemoglobin.

    Kelainan ini mengakibatkan darah tidak mampu membawa oksigen sehingga kulit bayi pun membiru.

    Umumnya, terjadi pada bayi di bawah usia 6 bulan karena saluran pencernaan lebih sensitif dan belum berkembang dengan baik.

    2. Tetralogy of Fallot (TOF)

    Menjadi penyebab utama sindrom bayi biru, ini adalah kombinasi dari empat kelainan jantung yang dapat mengurangi aliran darah ke paru-paru serta oksigen ke seluruh tubuh.

    Ada kemungkinan Tetralogy of Fallot (TOF) sebagai penyebab umum ini terjadi saat bayi berada dalam kandungan atau sejak lahir.

    Cara mendiagnosis sindrom bayi biru

    Dokter akan bertanya terlebih dahulu mengenai riwayat kesehatan si kecil, lalu melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti mengukur saturasi oksigen.

    Berikut adalah beberapa tes yang mungkin akan dokter lakukan untuk mendiagnosis sianosis pada bayi.

    • Pemeriksaan darah,
    • Rontgen area dada untuk memeriksa paru-paru dan jantung,
    • Elektrokardiogram (EKG) untuk melihat aktivitas jantung,
    • Ekokardiogram untuk melihat anatomi jantung,
    • Kateterisasi jantung untuk melihat arteri jantung, serta
    • Tes saturasi oksigen.

    Pemeriksaan tambahan lainnya yang mungkin akan dokter sarankan adalah menguji air keran untuk mengukur kadar nitrat.

    Air dengan kadar nitrat di bawah 10 mg/L akan dianggap aman dan boleh bayi konsumsi.

    Pengobatan sianosis pada bayi

    Pengobatan atau perawatan sindrom bayi biru akan dokter lakukan sesuai dengan penyebabnya.

    1. Operasi

    Jika penyakit jantung bawaan adalah penyebab kulit tubuh bayi membiru, mungkin perlu untuk memperbaikinya dengan tindakan pembedahan.

    Idealnya, tindakan pembedahan ini dilakukan sebelum bayi berusia 1 tahun atau sekitar pada usia 6 bulan.

    2. Obat

    Untuk penyebab methemoglobinemia, kemungkinan dokter akan memberikan resep obat sesuai dengan tingkat keparahannya.

    Salah satunya adalah dnegan mengonsumsi methylene blue yang dapat membantu memberikan oksigen ke darah. Biasanya, pemberiannya melalui jarum yang langsung ke pembuluh darah.

    Selalu konsultasikan kondisi kehamilan serta perkembangan bayi Anda dengan dokter agar si kecil mendapatkan penanganan yang tepat.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Angelin Putri Syah · Tanggal diperbarui 31/10/2022

    Iklan
    Iklan
    Iklan