Kebiasaan anak ngompol rasanya lumrah terjadi sampai ia memasuki usia tertentu. Biasanya, masalah ini tidak berlangsung lama karena kebiasaan anak yang sering kencing akan berhenti dengan sendirinya, setidaknya sampai ia memasuki usia sekolah.
Namun, jangan anggap remeh jika kebiasaan anak sering buang air kecil atau pipis ini tidak berkurang atau sampai mengganggu kegiatan sehari-hari. Pasalnya, ada kemungkinan anak memiliki penyakit pada kandung kemih. Ketahui penyebab dan cara mengatasinya di bawah ini.
Apa saja gejala yang dialami anak ketika sering kencing?
Gejala anak sering kencing (frequent urination) dapat berupa kebiasaan buang air kecil yang berubah. Berikut perubahan yang perlu dikenali orangtua.
- Sering buang air kecil, tapi urine yang keluar sedikit (anuria) atau bahkan tidak keluar sama sekali.
- Sering mengompol di siang hari pada anak yang berusia di atas 3 tahun, serta malam hari pada anak usia di atas 4 tahun.
- Frekuensi buang air kecil meningkat.
- Tidur terganggu dan tidak nyenyak.
Apa penyebab anak sering kencing?
Penyebab sering buang air kecil bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat fisiologis maupun patologis. Berikut adalah beberapa penyebab utama sering pipis pada anak.
1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK atau infeksi saluran kemih merupakan penyebab umum anak pipis terus. Infeksi ini dapat mengiritasi kandung kemih sehingga menyebabkan rasa ingin kencing yang lebih sering.
ISK sering disertai dengan gejala lain seperti nyeri saat kencing, demam, atau urine berbau.
2. Diabetes mellitus atau diabetes insipidus
Akibat diabetes, tubuh berusaha mengeluarkan kelebihan gula melalui urine, sehingga anak lebih sering buang air kecil.
Diabetes insipidus, yang lebih jarang, terjadi karena ketidakseimbangan hormon yang mengatur cairan tubuh.
3. Kandung kemih overaktif (overactive bladder)
Melansir dari Children’s hospital pf Philadelphia, anak sering kencing bisa menjadi gejala kandung kemih overaktif.
Kondisi ini membuat anak merasa perlu buang air kecil meskipun kandung kemih tidak penuh. Penyebabnya meliputi iritasi kandung kemih atau pola buang air kecil yang tidak teratur.
4. Stres atau kecemasan
Anak yang mengalami tekanan emosional sering kali menunjukkan gejala fisik, termasuk sering buang air kecil.
Hal ini bisa terkait dengan perubahan rutinitas atau lingkungan.
5. Gangguan hormon antidiuretik
Pada sejumlah kasus, anak sering kencing bisa disebabkan oleh kurangnya produksi hormon antidiuretik (ADH) yang penting untuk memperlambat produksi urine, terutama di malam hari.
Kebalikan dari kelebihan hormon yang bisa menyebabkan anak dan bayi jarang pipis, produksi urine akan terus mengalami peningkatan jika tubuh tidak menghasilkan hormon ADH dalam jumlah normal.
Akibatnya, kandung kemih anak menjadi lebih cepat penuh dan mereka kesulitan menahan rasa ingin buang air kecil.
6. Alergi
Anak sering kencing bisa terjadi ketika alergi memicu peradangan atau iritasi yang memengaruhi fungsi saluran kemih.
Sebagai contoh, beberapa alergi makanan seperti alergi terhadap susu, gandum, atau pewarna makanan tertentu dapat menyebabkan gejala berupa dorongan kuat untuk buang air kecil.
7. Konsumsi kafein
Anak minum soda, kopi, atau teh akan lebih sering buang air kecil karena sifat diuretik pada kafein yang terkandung di dalamnya.
Kafein meningkatkan produksi urine dengan cara merangsang ginjal untuk melepaskan lebih banyak cairan tubuh.
8. Kelainan struktur kandung kemih
Kelainan struktur kandung kemih melibatkan gangguan pada bentuk atau fungsi fisik kandung kemih, yang dapat menyebabkan kesulitan dalam menahan urine atau meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Salah satu contohnya adalah vesicoureteral reflux (VUR), di mana urine mengalir kembali dari kandung kemih ke ginjal, meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK) yang dapat memicu peningkatan frekuensi buang air kecil.
9. Gangguan tidur
Kondisi seperti sleep apnea dapat memengaruhi pola buang air kecil pada anak.
Gangguan tidur seperti ini juga dapat menyebabkan anak sulit mengenali sinyal penuh kandung kemih saat tertidur, sehingga meningkatkan frekuensi buang air kecil di malam hari
10. Buang air kecil tidak tuntas
Buang air kecil tidak tuntas (urinary retention), atau disebut juga dengan anyang-anyangan, terjadi ketika kandung kemih tidak sepenuhnya kosong setelah buang air kecil.
Pada anak, masalah ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk infeksi saluran kemih, kelainan anatomi saluran kemih, atau gangguan fungsi kandung kemih.
Akibatnya, anak mungkin sering merasa ingin buang air kecil meskipun volume urine yang keluar hanya sedikit.
Bagaimana cara mengatasi sering buang air kecil pada anak?
Pertama-tama, dokter akan memberikan penanganan nonmedis berupa latihan kontrol kandung kemih.
Di sini, anak belajar mengatur jadwal atau pola buang air kecil agar lebih teratur dan berjarak, misalnya setiap 2 jam sekali dan terus ditambahkan seiring waktu.
Selain latihan kandung kemih, ada pengobatan lainnya yang disebut double voiding.
Anak akan berlatih buang air kecil sebanyak dua atau tiga kali setiap ke kamar mandi guna memastikan kandung kemihnya benar-benar sudah kosong.
Pelatihan biofeedback juga dapat diterapkan sebagai terapi untuk mengatasi anak sering kencing.
Dengan bantuan seorang terapis, anak akan dibantu belajar bagaimana caranya memusatkan perhatian pada otot-otot kandung kemih.
Selanjutnya, anak juga berlatih mengendurkan kandung kemih ketika buang air kecil.
Jika masih tetap sering kencing, dokter mungkin akan memberikan perawatan berupa obat-obatan serta melatih anak memperkuat otot kandung kemihnya.
Obat-obatan untuk mengatasi anak sering kencing biasanya ditujukan untuk mengurangi frekuensi buang air kecil.
Selama menjalani berbagai perawatan di atas, orangtua juga perlu menerapkan hal-hal berikut kepada anak.
- Menghindari makanan dan minuman berkafein agar kerja kandung kemih tidak terlalu aktif.
- Menghindari terlalu banyak minum sebelum tidur.
- Membiasakan anak buang air kecil sesuai jadwal, misalnya setiap 2 jam sekali.
- Membiasakan anak untuk menerapkan kebiasaan buang air kecil sehat, seperti mengendurkan otot kandung kemih sepenuhnya dan kencing hingga tuntas.
Sebagai orangtua, peran Anda adalah memantau kebiasaan buang air kecil si buah hati, termasuk frekuensinya dan apakah ia buang air kecil hingga tuntas.
Jangan ragu berkonsultasi kepada dokter spesialis anak atau dokter spesialis urologi bila terdapat hal yang belum Anda pahami.
Kesimpulan
[embed-health-tool-vaccination-tool]