backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Anak Sering Ngompol? Waspada 6 Kemungkinan Penyakit Ini

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Maria Amanda · Tanggal diperbarui 10/01/2023

    Anak Sering Ngompol? Waspada 6 Kemungkinan Penyakit Ini

    Apakah anak Anda masih sering ngompol di malam hari? Hal ini biasa terjadi pada anak di bawah usia sekolah. Umumnya, anak mengompol di malam hari terjadi setelah beberapa jam ia tidur pulas dan dilakukan tidak sengaja.

    Namun, kebiasaan anak sering ngompol ini sering kali dikaitkan dengan gejala penyakit, benarkah demikian?

    Anak sering ngompol bisa menjadi tanda penyakit

    cara mengatasi anak ngompol, anak sering ngompol

    Mengompol biasanya dikenal dengan istilah nocturnal enuresis. Normalnya, anak masih mengompol hingga di kisaran usia 5—7 tahun.

    Seiring bertambahnya usia, biasanya kebiasaan ini akan hilang dengan sendirinya karena anak sudah mampu mengontrol kapan ingin buang air kecil.

    Orangtua bisa mengajak anak belajar mengontrol keinginan buang air kecilnya di toilet dengan latihan buang air atau toilet training.

    Latihan ini mengajarkan anak agar mampu mengenali kapan ingin buang air kecil ataupun besar. Dalam proses tersebut, tak jarang anak sering mengalami ngompol.

    Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa anak sering ngompol di malam hari? Padahal, Anda sudah melatihnya untuk buang air kecil sebelum tidur.

    Nah, kebiasaan anak sering ngompol bisa menjadi gejala suatu penyakit, berikut ini ulasannya.

    1. Infeksi saluran kemih

    Infeksi saluran kemih disebabkan oleh mikroorganisme atau bakteri yang masuk ke uretra dan kandung kemih sehingga menyebabkan peradangan dan infeksi.

    Mengutip Cleveland Clinic, ada lebih dari 90% kasus infeksi saluran kemih disebabkan oleh E. coli atau bakteri yang biasanya ditemukan di usus.

    Iritasi yang dialami anak tersebut membuat ia merasakan sakit saat buang air kecil. Biasanya, penyakit infeksi saluran kemih ini juga ditandai dengan anak yang sering ngompol.

    Pada kasus tertentu, infeksi saluran kemih juga mengindikasikan masalah lain, seperti kelainan anatomi.

    2. Kelainan anatomi

    Ukuran kandung kemih anak yang kecil dapat menyebabkan inkontinensi buang air kecil. Hal ini menyebabkan anak kesulitan dalam mengontrol atau menahan produksi urine di malam hari.

    Selain itu, pada kasus anak dengan kandung kemih yang terlalu aktif dan tidak stabil (OAB), dapat menjadi pemicu si Kecil sering ngompol di malam hari maupun siang hari.

    Melansir, Bladder and Bowel Community, sebuah penelitian telah menemukan tingginya kasus ketidakstabilan detrusor (OAB) dengan enuresis nokturnal atau anak mengompol.

    Dalam kondisi ini, overaktivitas detrusor telah ditemukan pada 70—80% pasien enuresis nokturnal primer atau anak terus-menerus mengompol ketika sejak ia masih kecil dan tanpa jeda.

    3. Diabetes

    Kondisi ini biasanya ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Diabetes pada anak dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil untuk membuang gula yang berlebih.

    Selain anak sering ngompol karena penyakit diabetes, terdapat sejumlah gejala lain yang mungkin turut menyertai.

    Hal ini termasuk buang air kecil dalam jumlah banyak sekaligus, rasa haus yang meningkat, kelelahan, dan penurunan berat badan meskipun nafsu makan baik.

    4. Mengalami stres

    Anak yang sering ngompol biasanya dipicu faktor stres dari lingkungan sekitar. Misalnya, ia berada di tengah konflik rumah tangga sangat mungkin mengalami stres.

    Stres yang dialami anak bisa termasuk perubahan lingkungan, seperti memulai hari pertama di sekolah, kelahiran adik, pindah ke rumah baru, hingga kekerasan psikis atau seksual.

    5. Sleep apnea

    Pada beberapa kasus, anak sering ngompol menjadi gejala sleep apnea obstruktif atau suatu kondisi di mana pernapasan anak terganggu saat tidur.

    Kondisi ini biasanya disertai dengan amandel atau kelenjar gondok yang meradang atau semakin membesar. Tanda dan gejala lain mungkin termasuk mendengkur dan mengantuk di siang hari.

    6. Sembelit

    Kondisi medis sembelit atau konstipasi yang terjadi karena penumpukan tinja di dalam rektum dapat mengganggu sinyal saraf yang dikirim kandung kemih ke otak.

    Selain itu, rektum yang penuh juga dapat mengurangi jumlah urine yang dapat ditahan oleh kandung kemih. Hal ini dibuktikan melalui studi dalam BMC Pediatrics.

    Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa anak-anak dengan nocturnal enuresis, terutama usia antara 5—12 tahun, memiliki tingkat konstipasi lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak tanpa kondisi nocturnal enuresis.

    Nocturnal enuresis adalah ketidakmampuan mengontrol urine atau mengompol.

    Kendati begitu, masih diperlukan lebih banyak uji klinis untuk mengevaluasi hubungan kasual antara konstipasi atau sembelit dengan nocturnal enuresis.

    Cara mengatasi anak sering ngompol

    melatih anak agar tidak ngompol

    Bukan hal mudah memang untuk menghilangkan kebiasaan ngompol pada anak. Di sini peran dan kesabaran orangtua sangat dibutuhkan agar anak tidak sering mengompol.

    Dalam hal ini termasuk melatihnya untuk mengetahui sinyal harus ke toilet. Ingatlah bahwa anak ngompol tidak melakukannya secara sengaja.

    Sebagai orangtua, Anda tak perlu menghukum anak jika ia sering mengompol. Cobalah untuk lebih bersabar dan memberikan pengertian pentingnya buang air kecil.

    Beri tahu bagaimana kandung kemih bekerja untuk melindungi tubuh dan membuang kuman penyakit. 

    Penjelasan sederhana semacam ini perlu dilakukan agar melatih pemahaman anak betapa pentingnya buang air kecil. Komunikasi terus menerus kepada anak meminimalkan frekuensi ngompol.

    Dalam kasus kebiasaan sering ngompol, Anda perlu menginformasikan kondisi anak  tersebut kepada dokter.

    Konsultasikan kepada dokter ketika anak mengalami sakit saat buang air kecil, ngompol pada kurun waktu tertentu, konstipasi, dan mendengkur. 

    Dokter akan merekomendasikan pengobatan atau tindakan sesuai dengan kondisi yang dialami anak.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Maria Amanda · Tanggal diperbarui 10/01/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan