Imunisasi merupakan cara untuk mencegah penyebaran dan penularan penyakit akibat virus dan bakteri. Salah satu vaksin yang harus anak terima adalah pneumococcal conjugate vaccine (PCV). Apa manfaat vaksin PCV dan adakah efek samping dari imunisasi anak ini? Berikut penjelasannya.
Apa manfaat vaksin PCV?
Vaksin pneumococcal conjugate vaccine (PCV) adalah vaksin untuk mencegah penyakit akibat infeksi bakteri streptococcus pneumoniae atau kuman pneumokokus.
Penyakit pneumokokus mampu menyerang siapa saja, tapi paling rawan adalah anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua berusia lebih dari 50 tahun.
Kuman pneumokokus bisa menyebabkan beberapa penyakit, seperti radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), dan infeksi darah (bakteremia).
Bahkan, beberapa anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia dikabarkan meninggal karena pneumonia pada anak.
Inilah yang membuat pneumonia menjadi penyebab kematian utama anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia.
Menurut NHS, imunisasi PCV bekerja dengan cara merangsang produksi antibodi untuk melawan bakteri pneumokokus.
Menurut dokter anak, Nastiti Kaswandani, pemberian vaksin PCV dan HiB bisa menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia sebanyak 50%.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Apa saja jenis vaksin PCV?
Vaksin pneumokokus atau PCV adalah imunisasi yang dirancang untuk melindungi tubuh dari infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae, yang dapat menyebabkan penyakit serius seperti pneumonia, meningitis, dan infeksi aliran darah.
Melansir dari U.S. Center for Disease Control and Prevention, berikut adalah dua jenis utama vaksin pneumokokus.
1. Vaksin konjugat pneumokokus (PCV)
Vaksin ini menggabungkan polisakarida pneumokokus dengan protein pembawa untuk meningkatkan respons imun, terutama pada anak-anak.
PCV tersedia dalam beberapa varian berdasarkan jumlah serotipe bakteri yang ditargetkan, yaitu sebagai berikut.
- PCV13: Melindungi terhadap 13 serotipe bakteri pneumokokus.
- PCV15: Melindungi terhadap 15 serotipe.
- PCV20: Melindungi terhadap 20 serotipe.
- PCV21: Melindungi terhadap 21 serotipe.
2. Vaksin polisakarida pneumokokus (PPSV23)
Vaksin ini mengandung polisakarida dari 23 serotipe bakteri pneumokokus dan biasanya diberikan kepada orang dewasa atau anak-anak usia 2–18 tahun dengan kondisi kesehatan tertentu.
Di Indonesia, vaksin PCV13 telah digunakan dalam program imunisasi nasional untuk melindungi anak-anak dari infeksi pneumokokus.
Vaksin ini diberikan dalam tiga dosis pada usia 2, 4, dan 6 bulan, dengan dosis booster pada usia 12 hingga 15 bulan.
Berapa harga vaksin PCV?
Vaksin PCV termasuk ke dalam daftar imunisasi rutin wajib di Indonesia, artinya vaksin ini tersedia secara gratis di fasilitas kesehatan pemerintah, seperti Puskesmas dan Posyandu, untuk bayi usia 2, 3, dan 12 bulan. Namun, jika memilih vaksinasi di fasilitas kesehatan swasta atau menggunakan jenis vaksin tertentu yang tidak tersedia dalam program imunisasi gratis, maka biaya vaksin PCV dibanderol mulai dari Rp895.000, tergantung pada jenis vaksin yang dipilih.
Siapa yang perlu mendapatkan vaksin PCV?
Center for Disease Control and Prevention (CDC) menjelaskan bahwa pemberian imunisasi PCV terbagi menjadi dua, yaitu untuk anak-anak dan orang dewasa.
Pertama, pemberian jenis vaksin PCV13 pada anak usia kurang dari 2 tahun.
Sementara itu, jenis vaksin PPSV23 untuk anak usia 2—18 tahun dengan beberapa kondisi medis, seperti penyakit jantung, penyakit liver, penyakit paru, diabetes, atau gagal ginjal.
Berikut ketentuan pemberian imunisasi PCV untuk anak.
1. Pemberian vaksin PCV pada bayi dan anak
Badan kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bayi mendapat imunisasi PCV sebanyak tiga kali suntikan wajib dan dua suntikan booster atau pengulangan.
Jadwal pemberian imunisasi PCV, yaitu saat bayi berusia 6 minggu, dengan jarak 4—8 minggu.
Jadi bila bayi menerima imunisasi pada usia 6 minggu, pemberian vaksin berikutnya ketika ia berusia 10 dan 14 minggu (2, 4, dan 6 bulan).
Pemberian imunisasi PCV sering bersamaan dengan vaksin rotavirus. Imunisasi booster dilakukan ketika anak berusia 12—15 bulan. Anda bisa memilih di antara usia tersebut.
Bila anak terlambat mendapatkan vaksin PCV, ia tidak perlu mengulang dari awal, cukup lanjutkan sesuai usia si Kecil.
Sebagai contoh, bayi usia 6 bulan belum mendapat vaksin PCV, maka lakukan pemberian imunisasi PCV 1 dan 2 pada usia 7—11 bulan dengan jeda satu bulan.
Sementara jika bayi berusia 12 bulan belum menerima imunisasi PCV, lakukan pemberian vaksin PCV 1 dan 2 pada usia 12—23 bulan dengan jeda 2 bulan.
Jika belum diberikan pada usia 2—5 tahun, PCV10 diberikan dua kali dengan jarak 2 bulan, PCV13 atau PCV15 diberikan satu kali.
Untuk anak usia di atas 5 tahun dengan risiko tinggi dan belum pernah mendapat vaksin PCV, direkomendasikan mendapat 1 dosis PCV13 atau PCV15.
2. Pemberian imunisasi PCV pada bayi prematur
WHO menjelaskan bahwa bayi prematur tetap harus mendapatkan vaksin PCV, tetapi perlu pemantauan dari usia kronologis atau ketika ia lahir.
Untuk bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) yang beratnya kurang dari 1.500 gram, imunisasi baru bisa didapatkan ketika si Kecil mencapai usia kronologis 6—8 minggu.
Namun, vaksin sudah bisa langsung bayi dapatkan ketika beratnya sudah lebih dari 2.000 gram atau 2 kilogram.
Tanyakan kepada dokter atau petugas medis lainnya terkait ketentuan pemberian imunisasi untuk bayi prematur.
Siapa yang perlu menunda vaksin PCV?
Imunisasi memiliki banyak manfaat, tapi perlu Anda perhatikan kondisinya. Ada beberapa keadaan yang membuat anak perlu menunda pemberian imunisasi PCV, yaitu sebagai berikut.
1. Memiliki reaksi alergi sangat parah
CDC tidak menyarankan pemberian vaksin PCV pada orang yang memiliki reaksi alergi sangat parah hingga mengancam nyawa terhadap bahan yang terkandung di dalam vaksin ini.
Pada kasus yang sangat jarang, orang yang memiliki alergi pada kandungan vaksin PCV akan mendapatkan alternatif lain oleh dokter untuk jenis obat lain.
Reaksi alergi tersebut, seperti:
- kesulitan bernapas,
- detak jantung berjalan cepat,
- kelelahan sangat parah, dan
- napas berbunyi atau mengi pada anak.
Sebelum menerima vaksin, pastikan Anda berkonsultasi kepada dokter atau petugas medis lain tentang kondisi si Kecil. Ini penting agar dokter bisa menyesuaikan dengan kondisi bayi.
2. Mengalami sakit ringan (tidak enak badan)
Bila anak Anda sedang mengalami sakit ringan, seperti demam, pilek, dan batuk, dokter atau petugas medis akan menyarankan untuk menunda pemberian vaksin PCV.
Pemberian imunisasi ketika anak sedang sakit bisa membuat vaksin tidak bisa bekerja dengan maksimal. Anda bisa menjadwalkan imunisasi setelah anak dalam keadaan sehat.
Adakah efek samping vaksin PCV?
Seperti obat pada umumnya, vaksin bisa menimbulkan efek samping. Biasanya, orang yang mendapatkan imunisasi ini hanya mengalami efek samping ringan dan tidak ada masalah serius.
Beberapa efek samping dari imunisasi PCV yaitu sebagai berikut.
- Demam ringan (38 derajat Celsius).
- Kemerahan dan rasa sakit pada area suntikan.
- Kehilangan nafsu makan.
- Sakit kepala.
- Rewel.
Efek samping tersebut biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu dua sampai tiga hari.
Namun pada kasus yang sangat jarang, vaksin PCV bisa menyebabkan efek samping reaksi alergi parah, seperti berikut ini.
- Kulit ruam.
- Sakit tenggorokan.
- Detak jantung cepat.
- Kesulitan bernapas.
Namun, reaksi alergi parah ini sangat jarang terjadi. CDC menjelaskan bahwa ini hanya terjadi 1 banding 1 juta pemberian imunisasi.
Oleh karena itu, tidak perlu khawatir dengan efek samping dari pemberian vaksin karena tidak membahayakan.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi justru lebih rawan terkena penyakit menular karena tubuhnya tidak terlindungi secara maksimal.
Kapan harus ke dokter?
Pada beberapa kasus yang sangat jarang, imunisasi PCV bisa menimbulkan efek pusing hingga pingsan.
Untuk mengatasinya, minta si Kecil untuk berbaring sekitar 15 menit sampai tubuhnya terasa membaik.
Anda harus segera menghubungi dokter ketika anak mengalami reaksi alergi parah, terutama bila mengalami kondisi berikut ini.
- Sesak napas.
- Ruam kulit sampai terasa terbakar.
- Detak jantung berdegup cepat.
- Tubuh dingin dan berkeringat.
- Hilang kesadaran.
Ketika mengunjungi dokter untuk konsultasi, beri tahu dokter bahwa si Kecil baru mendapatkan vaksin PCV.
Ini untuk memudahkan petugas medis dalam menangani anak sesuai kondisi yang dialami.
Rangkuman
- Imunisasi PCV (pneumococcal conjugate vaccine) melindungi anak dari infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae, yang dapat menyebabkan pneumonia, meningitis, dan infeksi darah.
- Vaksin ini tersedia dalam dua jenis utama, yaitu PCV (konjugat) dan PPSV (polisakarida), dengan jadwal pemberian sesuai usia anak.
- PCV telah masuk dalam program imunisasi wajib di Indonesia dan tersedia gratis di fasilitas kesehatan pemerintah.
- Anak dengan kondisi medis tertentu serta bayi prematur tetap dianjurkan mendapat vaksin dengan pemantauan dokter.
- Efek samping imunisasi PCV umumnya ringan, seperti demam dan kemerahan di area suntikan. Namun, reaksi alergi parah sangat jarang terjadi.