backup og meta

Mengenal Vaksin Hepatitis B dari Manfaat hingga Efek Samping

ManfaatYang perlu mendapatYang perlu menundaEfek sampingKapan harus ke dokter?

Vaksin hepatitis B adalah 1 dari 5 jenis imunisasi yang wajib anak dapatkan sebelum ia berusia 1 tahun. Jenis imunisasi ini termasuk vaksin pertama yang harus bayi terima saat ia baru lahir. Apa manfaat vaksin hepatitis B dan kapan vaksin ini perlu dilakukan? Ketahui selengkapnya di bawah ini.

Apa manfaat vaksin hepatitis B?

Vaksin hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah infeksi hati dan komplikasi serius seperti sirosis serta kanker hati akibat virus hepatitis B, baik pada bayi maupun orang dewasa.

Vaksin HB0 adalah dosis pertama dari vaksin hepatitis B yang diberikan dalam 24 jam pertama setelah lahir, terutama untuk mencegah penularan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya.

Jenis vaksin hepatitis ini bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi terhadap virus hepatitis B, sehingga tubuh dapat melawan infeksi bila terpapar di kemudian hari. 

Vaksin hepatitis ini umumnya tidak mengandung virus hidup, sehingga tidak menyebabkan penyakit hepatitis B. 

Dengan demikian, manfaat vaksinasi hepatitis adalah membantu mengurangi risiko infeksi hepatitis B akut maupun kronis serta mencegah kerusakan hati jangka panjang, termasuk gagal hati dan kematian.

Menurut siaran pers Kementerian Kesehatan RI, vaksin hepatitis B sangat penting untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi saat proses kelahiran. 

Sementara itu, American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa vaksin ini efektif hingga 75–95% dalam mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke anak.

Vaksinasi hepatitis ini termasuk dalam program imunisasi anak wajib, terutama untuk bayi baru lahir, karena hingga saat ini belum ditemukan pengobatan yang benar-benar menyembuhkan hepatitis B.

Anda dan si Kecil bisa mendapatkan imunisasi hepatitis B di puskesmas, klinik, atau rumah sakit.

Untuk memastikan tubuh terlindungi sepenuhnya, anak juga bisa menjalani tes darah sederhana untuk memeriksa kadar antibodi terhadap hepatitis B dan memastikan bahwa vaksinasi  berhasil.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Siapa saja yang perlu mendapatkan vaksin hepatitis B?

vaksin influenza

Semua orang membutuhkan imunisasi hepatitis B karena penyakit ini bisa berlangsung dalam jangka pendek dan panjang. Berikut orang-orang yang membutuhkan vaksin hepatitis B.

1. Bayi (0—18 bulan)

Sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir masih lemah, sehingga ia sangat rentan terkena berbagai penyakit dari lingkungan, tidak terkecuali virus hepatitis B.

Itulah mengapa bayi baru lahir harus mendapatkan imunisasi hepatitis B pertama setelah kelahirannya. Apalagi penularan hepatitis pada bayi bisa terjadi dari ibu ke bayi saat persalinan.

Pada bayi yang lahir dari ibu yang positif terinfeksi virus hepatitis B, perlu pemberian imunoglobulin hepatitis B (HBIg) sebelum vaksinasi.

Jika penularan hepatitis B terjadi saat bayi, maka kemungkinan besar virus ini akan bertahan lama dalam tubuh bayi dan terbawa sampai ia dewasa. Akibatnya, bayi terkena hepatitis B kronis. 

Menurut jadwal imunisasi anak yang direkomendasikan oleh IDAI, berikut waktu vaksinasi hepatitis B untuk bayi.

  • Suntikan pertama: vaksin hepatitis HB0, diberikan saat bayi baru lahir (dalam 24 jam pertama kehidupan, terutama bila ibu terinfeksi hepatitis B).
  • Suntikan selanjutnya: saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.
  • Suntik hepatitis B booster pada bayi: saat berusia 18 bulan. 

Jika anak Anda melewatkan salah satu suntikan, tidak perlu mengulang dari awal. Misalnya, bila vaksin pertama sudah diberikan lalu tertunda, Anda bisa melanjutkan ke suntikan berikutnya sesuai kondisi.

Lalu, apabila pemberian vaksin pertama dan ketiga bersamaan dengan pemberian vaksin difteri, batuk rejan, dan tetanus (vaksin DPT), sebaiknya anak menerima 3 dosis vaksin hepatitis B saja.

2. Anak remaja yang belum menerima vaksin (2—18 tahun)

Bila saat bayi belum menerima vaksin hepatitis B, ketika remaja ia wajib mendapatkan vaksin.

Pemberian vaksinasi hepatitis B wajib pada anak-anak dan remaja yang berusia kurang dari 19 tahun, mengingat infeksi virus bisa menyerang kapan saja.

Terlebih jika kelompok ini tinggal di lingkungan atau negara endemik hepatitis B.

Jadwal vaksin hepatitis untuk anak ini sebanyak 3 sampai 4 kali dengan masing-masing dosis berkisar antara 5—20 mg atau setara 0,5—1 ml.

Dosis dan jadwal vaksinasi sangat bergantung dengan jenis vaksinasi hepatitis B yang dokter atau tempat layanan kesehatan gunakan.

Untuk memastikannya, sebaiknya konsultasikan pada petugas kesehatan atau dokter yang bertugas secara langsung.

Terkadang vaksin untuk hepatitis B juga bergabung dengan vaksin hepatitis A, maka aturan pemberian vaksin dan dosisnya juga berbeda.

Perlindungan vaksin hepatitis ini dapat bertahan hingga 20 tahun atau sampai seumur hidup.

Oleh karena itu, sebaiknya tidak memberikan vaksin ulang jika telah mendapatkan 3 dosis vaksin hepatitis B sebelumnya.

3. Orang dewasa

Tidak hanya bayi dan anak-anak, orang dewasa juga perlu mendapatkan imunisasi hepatitis B. Adapun orang dewasa yang berisiko terkena infeksi hepatitis B, yaitu sebagai berikut.

  • Memiliki pasangan yang mengidap hepatitis B.
  • Aktif secara seksual terlibat hubungan dengan lebih dari satu orang dalam jangka panjang.
  • Sedang menjalani pengobatan penyakit menular seksual.
  • Pria yang melakukan kontak seksual dengan pria lain.
  • Melakukan hubungan seksual dengan penderita hepatitis B.
  • Petugas kesehatan yang berisiko terkena darah atau cairan tubuh pasien.
  • Wisatawan yang berkunjung ke daerah dengan tingkat hepatitis B tinggi.
  • Orang yang memiliki penyakit hati menahun, penyakit ginjal, infeksi HIV, atau terkena diabetes.

Bila Anda belum pernah melakukan vaksinasi hepatitis B dan memiliki risiko di atas, sebaiknya segera hubungi dokter untuk mendapatkan imunisasi guna mencegah infeksi virus yang menyerang hati.

4. Ibu hamil

Mengutip dari NHS, infeksi hepatitis B pada ibu hamil bisa menyebabkan penyakit parah pada ibu dan infeksi kronis untuk bayi.

Hal tersebut yang membuat WHO merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk ibu hamil dalam kategori berisiko tinggi terkena infeksi hepatitis B.

Imunisasi hepatitis B termasuk aman untuk ibu hamil, bersamaan dengan vaksin DPT dan vaksin influenza.

Berapa harga vaksin Hepatitis B?

Harga vaksin Hepatitis B untuk anak-anak bervariasi tergantung pada merek dan tempat vaksinasi. Secara umum, harga vaksin hepatitis B anak mulai dari Rp104.500 hingga Rp395.000 per dosis. Beberapa rumah sakit dan klinik menawarkan paket vaksinasi Hepatitis B yang mungkin termasuk konsultasi dokter dan biaya administrasi.

Siapa yang perlu menunda vaksin hepatitis B?

vaksin hepatitis A

Meski imunisasi hepatitis B memiliki banyak manfaat, tapi ada hal yang membuat seseorang perlu menunda atau tidak disarankan mendapatkannya, yaitu sebagai berikut.

1. Memiliki alergi sampai mengancam jiwa

Vaksin hepatitis B pada bayi dan orang dewasa termasuk imunisasi wajib. Namun bila bayi memiliki alergi yang sangat parah sampai bisa mengancam jiwa, sebaiknya konsultasikan kepada dokter. 

Mengutip dari Immunize, ada dua kondisi yang kemungkinan tidak akan menerima vaksin.

Pertama, seseorang dengan reaksi alergi yang bisa membahayakan keselamatan jiwa setelah mendapatkan dosis vaksin hepatitis B.

Kedua, memiliki atau alergi parah terhadap bahan dalam vaksin. Anda bisa menanyakan pada dokter atau petugas kesehatan untuk mengetahui bahan dan komponen dalam vaksin hepatitis B.

2. Sedang tidak enak badan

Ketika Anda atau si Kecil sedang mengalami penyakit ringan, seperti pilek, batuk, atau demam, dokter biasanya akan menunda pemberian vaksin.

Bila seseorang tetap menerima vaksin saat sedang tidak enak badan, vaksin tidak bisa bekerja dengan sempurna untuk melawan virus.

Dokter akan menunggu sampai sembuh atau memberikan saran lain.

Apa efek samping vaksin hepatitis B?

mengatasi demam pada bayi

Vaksin hepatitis B berisi virus yang sudah tidak aktif sehingga tidak akan menyebabkan infeksi atau peradangan pada tubuh.

Jadi, jenis imunisasi hepatitis B sangat aman dan bermanfaat untuk kesehatan si Kecil di masa pertumbuhannya.

Namun sebagaimana obat pada umumnya, jenis vaksin hepatitis ini juga memiliki kemungkinan efek samping.

Kemungkinan efek samping imunisasi setelah seseorang mendapatkan imunisasi hepatitis B bisa tingkat ringan sampai sangat parah. Ini termasuk pada bayi Anda. 

Efek samping ringan setelah mendapatkan imunisasi hepatitis B yaitu bekas luka pada area suntikan serta demam di atas suhu 37,7 derajat Celcius

Efek samping tersebut biasanya timbul setelah penyuntikan dan berlangsung selama satu sampai dua hari. Dokter akan memberi tahu lebih lanjut mengenai reaksi ini. 

Meski kebanyakan orang yang mendapatkan vaksinasi hepatitis B tidak memiliki masalah efek samping, tetapi pada beberapa kasus langka bisa terjadi masalah serius, seperti berikut.

  • Pingsan.
  • Nyeri bahu.
  • Reaksi alergi parah, meliputi ruam kulit, sulit bernapas, jantung berdetak cepat, kelelahan, hingga bengkak pada wajah dan tenggorokan. 

Kapan harus ke dokter?

Dokter spesialis penyakit dalam sedang menangani pasien

Segera bawa anak Anda ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat jika setelah menerima vaksinasi hepatitis B muncul gejala berikut.

  • Demam tinggi (lebih dari 39°C) yang tidak kunjung reda.
  • Tangisan terus-menerus selama lebih dari 3 jam.
  • Kejang atau kaku.
  • Ruam atau gatal-gatal parah pada kulit.
  • Wajah atau bibir membengkak.
  • Sulit bernapas atau napas terasa berat.
  • Anak tampak sangat lemas atau tidak responsif.

Jangan ragu berkonsultasi kepada dokter jika Anda merasa ada hal yang tidak biasa setelah vaksinasi.

Meskipun efek samping serius sangat jarang terjadi, penanganan cepat dapat mencegah risiko yang lebih besar.

Kesimpulan

  • Vaksinasi hepatitis B wajib untuk bayi baru lahir dalam 24 jam pertama guna mencegah penularan dari ibu ke anak serta melindunginya dari penyakit hati kronis.
  • Vaksin ini bekerja dengan merangsang antibodi tubuh tanpa menyebabkan infeksi karena tidak mengandung virus hidup.
  • Semua kelompok usia, termasuk bayi, anak-anak, remaja, dewasa, dan ibu hamil yang berisiko tinggi, membutuhkan imunisasi hepatitis B.
  • Efek samping imunisasi hepatitis B umumnya ringan seperti demam atau nyeri di tempat suntikan. Namun efek serius bisa terjadi dan harus segera ditangani oleh tenaga medis.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Jadwal Imunisasi Anak Usia 0-18 Tahun, Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia tahun 2024. (N.d.). Retrieved May 2, 2025, from https://www.idai.or.id/news-event/agenda-nasional/others/6798

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2020). Retrieved May 2, 2025, from https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-hepatitis.pdf

Vaksin Hepatitis B. (2020). Retrieved May 2, 2025, from https://www.immunize.org/vis/indonesian_hepatitis_b.pdf

Why do newborns need the hepatitis B vaccine?. (2020). Retrieved May 2, 2025, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/324136

Hepatitis B Foundation: Hepatitis B Vaccination. (2020). Retrieved May 2, 2025,from https://www.hepb.org/prevention-and-diagnosis/vaccination/

Hepatitis Vaccines for Newborn Infants. (2020). Retrieved May 2, 2025, from https://www.healthline.com/health-news/newborns-to-receive-hep-b-vaccine-within-24-hours-of-birth

Know, H. (2020). Hepatitis B Vaccine – What You Need to Know: MedlinePlus Medical Encyclopedia. Retrieved May 2, 2025, from https://medlineplus.gov/ency/article/007613.htm

Hepatitis B vaccine overview. (2019). Retrieved May 2, 2025, from https://www.nhs.uk/conditions/vaccinations/hepatitis-b-vaccine/

Versi Terbaru

15/05/2025

Ditulis oleh Riska Herliafifah

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Kenali HBcAg, Tes untuk Mendiagnosis Penyakit Hepatitis B

Adakah Bahaya Imunisasi Saat Bayi Flu? Ini Fakta Medisnya


Ditinjau oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) · Ditulis oleh Riska Herliafifah · Diperbarui 15/05/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan